Leon duduk menundukkan kepala dengan sikap tenang mendengarkan Amelia, mamanya Clara yang mengungkapkan kekesalannya, namun tidak bisa berbuat apapun selain menerima pinangan Leon yang hendak meminta Clara untuk menjadi istrinya.
Sementara Clara yang duduk di sebelah Amelia tak tahan tak henti-hentinya mengusap air mata di pipinya. Dia sangat terharu melihat sikap Leon yang berlapang dada mengakui kesalahan yang tidak dia lakukan.
Leon menyatakan diri pada Amelia bahwa dia sudah membuat Clara hamil dan sebagai tanggung jawabnya dia ingin segera menikahi Clara secara sah.
Meskipun pertemuannya dengan orang tua Clara malam ini diwarnai dengan tangisan, namun Leon bisa bernafas lega melangkahkan kakinya ke luar dari apartment Clara setelah mendapatkan restu dari Amelia.
Leon berjalan menuju ke halaman parkir dengan di antarkan oleh Clara. Mereka berjalan bergandengan tangan, nampak serasi sekali. Meskipun terlihat Clara jauh lebih muda dari Leon, namun wajah mereka berdua sama-sama sangat menawan.
"Eng... Kak Leon.."
Begitu mereka melintasi taman yang ada di halaman itu sebelum sampai di area parkir, Clara membuka mulutnya yang sejak tadi sudah di tahannya.
"Hm? Ya sayang?"
Leon menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah Clara.
"Terimakasih ya, dan maafkan kata-kata mamaku tadi yang tidak enak di dengar.."
Leon tersenyum mendengar kata-kata Clara, dia menarik tangan Clara untuk duduk di salah satu bangku taman di dekat situ. Setelah mereka duduk berdampingan, Leon meremas lembut tangan Clara.
"Seharusnya aku yang berterimakasih padamu karena gadis secantik kamu bersedia menikah denganku, si bujang lapuk."
Mereka tertawa pelan. Wajah Clara yang putih tampak bersemu merah di bawah sinar lampu taman.
"Kak Leon saja yang terlalu pemilih, sampai jadi bujang lapuk dan belum ada pasangan sampai sekarang."
"Berani-beraninya kamu menghinaku." wajah Leon tiba-tiba berubah jadi serius.
"Menghina apa maksud kak Leon?" Clara kebingungan dengan perubahan Leon.
"Itu tadi kamu bilang aku belum punya pasangan sampai sekarang. Apa kamu tidak tau aku sudah punya calon istri yang sangat cantik dan masih muda sekali, aku sangat beruntung mendapatkannya."
Leon jadi tertawa melihat wajah Clara yang serius memandangnya dengan mulut sedikit terbuka. Di arahkannya tangan Clara ke bibirnya dan di ciumnya.
Clarapun baru menyadari jika Leon baru saja mengerjainya, dia jadi ikut tertawa.
Dalam tiga minggu ini hubungan mereka berdua semakin membaik, meskipun hati Clara masih terpaut pada Frans, namun kehadiran Leon yang terus mengisi kekosongan hatinya membuat Clara sangat terhibur.
Apalagi setelah kejadian itu, Leon mengurus segalanya supaya Clara mengikuti program homeschooling, sehingga semenjak hari itu dia benar-benar tidak pernah bertemu dengan Frans sama sekali.
"Cantikku, sudah malam nih, sebaiknya kamu cepat kembali ke dalam, aku pulang dulu." kata Leon sambil menyetuh ujung hidung Clara.
"Baiklah,tapi...."
Kalimat Clara langsung di putus oleh Leon.
"Kenapa, kamu masih tidak mau berpisah dengan calon suamimu yang ganteng ini hmm..?"
Clara terjengah mendengar Leon yang tidak bosan-bosan selalu menggodanya setiap ada kesempatan.
"Iiih kak Leon.. Maksudku yang tadi kita bicarakan degan mamaku, apakah benar akan kita lakukan minggu depan..?"
"Ya, tentu saja iya. Siap tidak siap minggu depan kamu harus menjadi pengantinku, aku tidak mau jika kamu di ambil oleh orang lain."
Wajah Clara bersemu merah setiap mendengar kalimat yang meluncur dari mulut Leon yang selalu tegas meskipun dengan nada bercanda.
"Ya sudah, masuklah, banyak-banyaklah istirahat, jaga kesehatanmu dan bayi kita ya.."
Kata Leon lagi sambil mengecup kening Clara dan menarik Clara untuk berdiri, dia hendak melangkah meninggalkan Clara. Sementara Clara yang mendengar kalimat terakhir Frans yang menyebutkan kata bayi kita, hatinya bergetar membuat matanya di genangi air mata tipis, secara reflek dia menarik tangan Leon yang akan berjalan menggalkannya.
"Kak Leon terimakasih..." terdengar suaranya lirih.
Leon sekilas melihat perubahan ekspresi gadis cantik di depannya itu, dia kembali memberikan satu kecupan di kening Clara sambil tertawa kecil dan berkata dengan nada menggoda.
"Kamu kenapa, sepertinya kamu memang masih tidak mau berjauhan denganku yang tampan ini ya.. Sabar sedikit ya sayang, minggu depan kita sudah bisa tinggal bersama tanpa ada yang bisa mengganggu kita. Sekarang biarkan aku pulang dulu..."
Clara menjadi salah tingkah oleh ucapan Leon, dia tersipu malu seraya melepaskan tangan Leon yang tanpa sadar tadi digenggamnya erat, rasa malu membuat dia lupa dengan rasa perih yang tadi sempat menghampirinya.
Beginilah Leon yang selalu bisa membuat hati Clara terasa hangat kembali.