webnovel

Cinta Sabrina

20+ Sabrina Anastasya Bramantio, gadis cantik berusia 23 tahun itu terpaksa harus menelan pil pahit secara bersamaan dalam hidupnya. Dia tidak pernah menyangka hidupnya akan hancur bagaikan pecahan kaca. Kehancurannya berawal dari kekasihnyanya Reyno Prasetiyo yang selama 3 tahun bersama, akhirnya malah menikahi adik tirinya, Cantika Zaipahusna. Hingga suatu hari, Reyno mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa. Sialnya, Cantika menuduh Sabrina yang mencelakai Reyno, karena semua bukti-bukti mengarah padanya. Peristiwa itu terjadi begitu saja dan berhasil membawa Sabrina ke penjara atas dakwaan kelalaian. Siapa sangka, saat ia memulai kehidupan baru dengan menjadi asisten rumah tangga, di tempatnya bekerja dia menemukan sosok Azka Purnama Assegaf, putra dari majikannya. Wajah tampan dan sikap bijaksana yang dimiliki Azka, nyatanya berhasil menarik perhatian Sabrina. Pun sebaliknya. Azka juga perlahan mulai terkesan dengan sikap lugu Sabrina. Seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka saling dekat dan mempunyai perasaan yang sama. Akan tetapi, hati Sabrina kembali dipatahkan, saat mengetahui bahwa Azka hendak dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya. Sakit. Hatinya bak hancur berkeping-keping. Untuk yang kesekian kalinya Sabrina terjerembap ke dalam lubang lara. Bagaimana kelanjutan kisah Sabrina dan Azka? Akankah pada akhirnya perjodohan itu berjalan dengan mulus, hingga mereka bisa bersatu? Mampukah Sabrina membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?

Miss_Pupu · Urbano
Classificações insuficientes
292 Chs

Bab 94-Mulai Tangguh

Paula terdengar menggerutukkan giginya, mengepal kedua tangan menaham emosi yang kian tersulut.

"Kamu sudah berani melawanku, Pembantu!" sergah Paula dengan hardiknya. Entah kenapa sampai detik ini ia masih murka terhadap Sabrina.

Sabrina beranjak dari tempat duduknya dan berdiri berhadapan dengan Paula. Ia nampak berani dan tak takut lagi.

"Maaf, Nona. Saya bukan lagi pembantu!" ucapnya dengan nada menantang. Terukir senyuman tipis yang dia sodorkan. Ia masih sopan dan tak merendahkan.

"Kamu lihat saja nanti!" Paula meluruskan telunjuk pada wajah Sabrina. Kemudian ia pergi dengan amarah yang masih meluap. Ingin sekali ia merobek bibir Sabrina yang mulai berani, akan tetapi ia merasa malu dengan orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya rendah.

Sabrina kembali duduk pada kursi sebelumnya, kemudian menopang kepalanya dengan telapang tangan.

"Sambutan yang cukup menegangkan!" ucapnya pada diri sendiri.

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com