Paula terdengar menggerutukkan giginya, mengepal kedua tangan menaham emosi yang kian tersulut.
"Kamu sudah berani melawanku, Pembantu!" sergah Paula dengan hardiknya. Entah kenapa sampai detik ini ia masih murka terhadap Sabrina.
Sabrina beranjak dari tempat duduknya dan berdiri berhadapan dengan Paula. Ia nampak berani dan tak takut lagi.
"Maaf, Nona. Saya bukan lagi pembantu!" ucapnya dengan nada menantang. Terukir senyuman tipis yang dia sodorkan. Ia masih sopan dan tak merendahkan.
"Kamu lihat saja nanti!" Paula meluruskan telunjuk pada wajah Sabrina. Kemudian ia pergi dengan amarah yang masih meluap. Ingin sekali ia merobek bibir Sabrina yang mulai berani, akan tetapi ia merasa malu dengan orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya rendah.
Sabrina kembali duduk pada kursi sebelumnya, kemudian menopang kepalanya dengan telapang tangan.
"Sambutan yang cukup menegangkan!" ucapnya pada diri sendiri.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com