webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urbano
Classificações insuficientes
404 Chs

11. PERINTAH MENYEBALKAN

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Apakah seorang yang bekerja di media sepertiku tidak berhak menghabiskan waktu liburan?" Sander membuka perdebatan dengan Wuri.

"Tentu saja, lalu kenapa desa ini yang kau pilih?"

Sander melotot melihat ke arah Wuri, dari sudut matanya dia bisa melihat Darmin datang menghampiri mereka. Segera Sander menghentikan perdebatan sebelum Darmin mendengar semuanya. Tatapan seriusnya ke arah Darmin menjadi kode juga untuk Wuri menghentikan percakapan.

"Darmin, katakan pada Pak Ganda, Ratna harus di rawat di rumah sakit sampai sembuh total. Sekitar satu minggu." Dengan tenang Sander memberikan instruksi pada Darmin.

"Tidak! Wuri harus dibawa kembali ke desa!" Darmin menolak permintaan Sander.

Sambil mendekat ke arah Darmin, sampai mereka berdiri berhadapan, Sander mengarahkan pandangan tajam.

"Aku tidak ingin perdebatan. Aku telah membayar untuk Ratna, seratus juta bukan jumlah yang sedikit dan Ratna adalah hakku. Aku tidak ingin berdebat denganmu, Darmin. Dan Ratna akan tinggal di rumah sakit ini bersama Wuri."

"Bersamaku? Kenapa harus bersamaku? Kau tidak memintaku untuk itu tadi." Wuri dengan segera menanggapi perkataan Sander.

"Jadi menurutmu, Ratna akan lebih aman bersamaku?!" Sander membentak Wuri, seolah meminta Wuri untuk diam di hadapan Darmin.

Wuri dengan wajah geram menatap Sander tapi tidak satu kata pun terucap dari bibirnya.

"Darmin! Jangan melawanku, katakan pada Ganda aku telah memberikan sepuluh kali lipat dari harga yang dia minta. Aku berhak mendapat yang aku inginkan!" Sander mengatakan dengan nada dingin dan dalam.

Sambil menghentakkan kaki, Darmin pergi ke area parkir dan kembali ke desa seorang diri.

Sander mengangkat ponselnya yang berdering.

"Ya Dalu,"

"Calista dalam masalah, beritanya tentang Menteri itu dituduh fitnah. Partai yang menjadi beking Menteri sedang melayangkan gugatan ke kantor polisi. Aku rasa hanya kau yang bisa menyelesaikan masalah ini. Kapan kau akan kembali?"

"Sial Calista!" Sander memukul tembok dengan telapak tangannya. "Sudah kukatakan padanya untuk bermain dengan cara cantik sampai semua bukti terungkap. Dia malah masuk ke dalam masalah!"

Wuri yang berdiri di belakang Sander tersentak dengan pukulan Sander ke tembok. Membaca bahwa pria itu sedang dalam masalah besar.

"Dalu, aku sedang ada di salah satu rumah sakit Ciawi. Aku akan segera kembali ke kantor. Katakan pada Lia bahwa mulai hari ini akan ada tagihan dari rumah sakit ke rekeningku, suruh dia segera selesaikan."

"Kau sakit?" tanya Dalu heran.

"Aku ceritakan padamu nanti, sekarang aku harus segera ke kantor sebelum polisi itu menangkap Calista dan membuat jatuh reputasi Media terkini."

Sambil menyelipkan kembali ponsel ke sakunya, Sander berpaling melihat ke arah Wuri. Gadis itu tampak jelas terkejut meghadapi mata Sander. Sebuah kartu hitam Sander keluarkan dari dompetnya.

"Pegang ini, kapan pun kau perlu uang untuk kepentingan Ratna dan kebutuhanmu selama di rumah sakit kau bisa gunakan kartu ini. Berikan aku nomor ponselmu."

"No-nomor ponselku? Untuk apa?" Wuri mulai curiga dengan perkataan Sander yang seseolah memerintah dirinya. Ponsel yang ada di tangan digesernya ke arah belakang tubuh agar tidak terlihat oleh Sander.

Sander mendekat pada Wuri, gadis itu mundur hingga ke ujung tembok dan tidak ada lagi tempatnya bergeming.

"Kalau kau masih berpikir aku seorang penjahat, maka aku benar-benar akan menjadi penjahat bagimu. Ingat, tugasmu menjaga Ratna. Pastikan dia sampai sembuh di rumah sakit ini. Jika ada masalah segera hubungi aku."

Sander memberikan kartu namanya pada Wuri. Dia bersiap melangkah pergi, baru dua langkah Sander kembali menoleh ke arah Wuri.

"Simpan kartu nama itu hanya untukmu, jangan biarkan orang lain terutama warga desa melihatnya. Kirimkan pesan ke nomorku dua jam dari sekarang. Atau aku akan menemukan nomormu dengan cara yang tidak kau sukai."

"Kenapa? Kau selalu mengancam semua orang?" tanya Wuri cepat.

Bukannya menjawab, Sander justru melangkah pergi. Wuri yang berdiri di belakang Sander mulai menggerutu.

"Enak aja dia perintah-perintah aku, memangnya dia siapa."

Meski begitu dalam hati Wuri memuji Sander.

Dibalik sikap arogan, sombong dan otoriter Sander, Wuri merasa bahwa pria itu adalah orang yang baik dan peduli. Terlihat dengan apa yang dia lakukan pada Ratna. Kharismanya membuat semua orang tidak berkutik di bawah perintah seorang Sander. Dan tentu saja karena kekuatan uang. Seratus juta bukan jumlah sedikit, pasti ada sesuatu yang Sander harapkan di balik tindakannya itu. Tapi apa? Wuri sibuk dengan pikirannya sendiri.

'Ah! Kenapa jadi mikirin pria gila itu?!' Wuri tersadar dari lamunan dan bergegas menuju kamar tempat Ratna di rawat. Lift yang dinaiki Wuri berhenti di lantai tiga. Itu adalah lantai khusus untuk ruangan VVIP.

Wuri membuka pinta kamar Ratna dan melihat gadis kecil itu sudah tersadar. Dia tersenyum ke arah Wuri.

"Wuri,…?" nada heran keluar dari mulut Ratna dengan suara yang lemah.

"Ratna, aku bukan keberatan kau memanggilku dengan nama saja. Tapi aku sepuluh tahun lebih tua darimu. Mungkin hubungan kita bisa lebih baik jika kau memanggilku Kakak."

Dengan wajah termenung Ratna memejamkan mata. Entah kenapa dia mengikuti seluruh warga desa yang kebanyakan memusuhi Wuri. Meski mereka membutuhkan keahlian dan bantuan gadis itu selalu tapi Wuri selalu menjadi bagian yang dibenci.

Tak terkecuali Ratna. Ganda selalu mengatakan pada mereka semua bahwa Wuri adalah orang yang selalu menentang kebijakannya. Padahal kebijakan Ganda artinya adalah uang bagi sebagian penduduk desa.

Meski wajah Ratna terlihat enggan, Wuri tetap tersenyum dan masuk ke ruangan gadis itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Wuri ramah pada Ratna. Dia tahu, Ratna ada di dalam lingkaran Ganda yang selalu memusuhinya.

"Di mana Tuan Sander?" bukannya menjawab pertanyaan Wuri, Ratna malah menanyakan hal lain.

"Dia kembali ke kantornya."

"Lalu siapa yang akan membiayai rumah sakit ini? Tuan Ganda tahu aku di sini?"

Anggukan Wuri membuat Ratna melepas nafas lega. Dia tahu akibat yang akan di terima jika melanggar aturan Ganda. Beberapa kali hasil kerjanya membuat Ganda kecewa dan memuaskan Sander adalah kesempatan terakhir yang Ganda berikan pada Ratna.

"Sander yang membayar semuanya. Kau tenang saja."

"Dia pria yang sangat baik. Sekali pun aku sudah menyerahkan diri, tidak pernah dia menyentuhku. Tapi dia tetap bersikap baik padaku."

'Rupanya apa yang Sander katakan benar, dia tidak pernah menyentuh Ratna.' Sekilas rasa bersalah muncul di hati Wuri karena tuduhan dan sikapnya pada Sander.

"Beristirahatlah, Ratna. Dokter memintamu untuk tinggal setidaknya tujuh hari di rumah sakit ini. Aku akan menjaga dan mengurus segala keperluanmu."

"Kenapa harus kau? Kenapa tidak Tuan Sander?"

Kening Wuri berkerut, entah apa yang dipikirkan gadis kecil di hadapannya itu. Ratna yang terbiasa berpikir sederhana dan jauh dari pengetahuan akan dunia luar, hanya ingin nyaman berada di sekitar Sander.