Naya yang masih berbaring hanya bisa terdiam sambil menoleh ke arah mertuanya dan suaminya secara bergantian. Ia juga tidak menyangka jika dirinya akan hamil lagi, bahkan ia tidak curiga jika rasa mualnya itu adalah tanda-tanda kehamilan. Selama di kamar mandi Naya menganggap jika itu adalah mual biasa karena terlambat makan.
"Aku tidak tahu harus berkata apa, Seno. Sekarang kebahagiaan menimpaku secara bersamaan. Aku malu dengan diriku yang kemarin, karena selalu mengeluh tak bersyukur." Lirih Naya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Hei, istriku. Kamu tidak perlu mengatakan itu, dan kamu tidak perlu malu dengan apa yang sudah terjadi. Kamu tahu? Ini sudah menjadi ketentuan dari-Nya. Jadi lupakan yang sudah berlalu dan sekarang kita jaga anak kedua kita, oke?" Seno menenangkan Naya yang sempat tidak percaya diri dan pesimis dengan apa yang terjadi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com