webnovel

Penghuni Pohon Belakang ( Part 3)

"Ini aku Yan!"

Sontak Yani kaget ketika Handoko mulai menggenjotnya, tiba-tiba saja bisikan dari mulut Handoko menyakini kalau itu bukan suaminya.

Yani tatap wajah Handoko dan dirinya menelan ludah ketika melihat Handoko nampak ada yang berbeda.

"Mas? Kamu kumisan?"

Sontak Handoko terbangun dan duduk untuk menghadap cermin yang ada di lemari, dirinya juga keheranan karena kumisnya cukup tebal dan saat diperhatikan juga kini sekujur tubuhnya memiliki bulu-bulu halus.

"Iya ya Yan, mas kok jadi berbulu gini."

Yani mencium bibir suaminya.

"Gak apa-apa mas yang penting aku suka."

Maka mereka pun melakukan hubungan badan yang sempat terganggu, sepanjang melakukan hubungan intim Yani begitu merasakan nikmat luar biasa karena ukuran penis Handoko sangat berbeda.

Entah berapa kali dia mendesah penuh nikmat, keringat membasahi hampir setiap inci tubuh mereka.

"Kamu kuat mas, sudah hampir setengah jam."

"Gak tahu ini juga Yan, mas kaya gak ada loyo-loyonya."

Padahal dalam hati Yani, dia sudah tahu kalau itu bukanlah penis suaminya tetapi milik sosok yang ada di dalam mimpinya. Dalam mimpinya Yani mengizinkan sosok tersebut untuk memakai tubuh suaminya saya hendak bersetubuh.

Akhirnya Handoko berejakulasi disertai lelehan sperma dan cairan kewanitaan bersatu padu keluar dari lubang vaginanya Yani.

Yani memejamkan matanya dan tiba-tiba teringat akan pesan sosok yang ada didalam mimpinya.

"Ambil keringat, darah, sperma dan rambut. Maka aku akan ada untukmu."

Pagi itu Yani mengambil semuanya, hanya darah saja yang belum dia ambil dari Handoko, dia bingung bagaimana mengambil darah Handoko.

Hingga jam 12 siang Handoko hendak mandi karena akan kerja, sudah biasa kalau Yani masuk hanya untuk menggosok punggung suaminya yang bedaki. Dia menelan ludah karena tubuh Handoko kini terlihat berubah dan sangat menggoda, tiba-tiba saja dia memeluk dari belakang.

"Mas aku..."

Belum lanjut bicara tiba-tiba saja Yani melihat suaminya yang sedang menggosok gigi mengeluarkan darah dari buih pasta gigi.

"Mas, kok giginya berdarah?"

"Iya, udah jelek gigi mas kayanya."

Pikiran Yani sudah jauh berpikir dan saat itu dia berpura-pura ingin mandiri bareng dan menyuruh Handoko mengambilkan handuk.

"Mas, bisa ambilkan aku handuk. Aku jadi pingin mandi bareng."

"Kamu tinggal pakai handuk mas aja."

Yani yang kesal melemparkan handuk Handoko keluar kamar mandi, sontak mereka tertawa karena kelakuan Yani. Saat itu Yani mengambil buih yang terdapat darah dari mulut Handoko.

"Lho, kamu mau ke mana?

"Gak jadi mandi barengnya."

Waktu sudah menuju jam 13.00, Handoko masih tidak nyaman dengan aroma ketiaknya. Deodoran dan parfum sudah dia pakai tapi aroma asem dan tidak sedap tidak bilang dari ketiaknya.

Pada saat dipabrik pun banyak yang menutup hidungnya karena bau ketiak Handoko.

"Han, tumben ketek lu bau gini?" Tanya salah satu teman Handoko.

"Iya Lim, padahal aku udah pake deodoran sama parfum juga."

"Tunggu Han."

Salim memperhatikan kalau Handoko nampak berbeda, selain badannya agak membesar. Bulu pada bagian tubuh Handoko membuat Salim heran.

"Kenapa?"

"Elu bukan Handoko ya?"

"Maksud lu apa sih?"

"Gua merasa kalau elu bukan Handoko."

Salim menaruh kecurigaan kepada Handoko yang menurutnya bukan Handoko yang dia kenal, sementara sosok yang ada dalam tubuh Handoko merasa kalau Salim adalah suatu ancaman.

Bersambung