webnovel

CEO MENGEJAR CINTA

Oktavia Prayuda terpaksa harus menerima perjodohan dan pernikahan dengan seorang CEO muda bernama Elang Sastra Pratama sebagai pelunas utang dan  kerja sama perusahaan papanya. Oktavia Prayuda berumur 19 tahun. Seorang gadis cantik alami,  periang,  pintar, murah senyum dan menurut kepada orang tuanya.  Elang Sastra Pratama seorang CEO pemilik perusahaan Pratama. Corp berusia 30 tahun. Pria yang diincar setiap wanita di dunia. Suka menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya Akankah pernikahan Oktavia dan Elang bahagia nantinya? 

kirei_ardilla · Urbano
Classificações insuficientes
483 Chs

Bab.  8 Persiapan Pernikahan 2

Drt drt drt

Saat Via kembali ke kamar selepas makan siang tadi. Suara ponsel berdering minta diangkat secepatnya, tapi tetap diabaikan seperti tadi.

"Ini nomor yang sama dengan chat masuk  tadi pagi tapi ada perlu apa menghubungiku. Apa ada hal penting? Ya,  sudah aku angkat saja mungkin penting" Via bergumam dalam hatinya karena mendengar ponselnya yang tak berhenti berdering. 

"Assalamualaikum,  maaf ini siapa? " tanya Via dengan sopan kepada si penelpon. 

"Walaikumsalam,  maaf benar ini dengan nona Via maksud saya nona Oktavia Prayuda? " tanya si penelpon diujung sana

"Iya benar saya Oktavia Prayuda,  maaf anda siapa dan ada yang bisa saya bantu" Via menjawab dengan lembut

"Perkenalkan saya Andi wakil dari WO yang ditunjuk oleh tuan Elang untuk menghandle persiapan pernikahan. Apa nona punya waktu senggang untuk besok?" Andi memperkenalkan diri dan tujuannya kepada Via

"Untuk besok ada waktunya, saya masuk kuliah pagi sekitar jam 10 sudah selesai kuliah karena hanya ada satu mata kuliah saja" Via memberitahukan jadwalnya besok hari.

"Nanti saya atau utusan orang WO akan jemput nona di kampus besok. Besok kita akan mulai fitting baju untuk acaranya" jawab Andi menjelaskan acara besok kemana. 

"Baik,  saya tunggu besok di area parkir kampus Universitas Harapan Mulia. Jika saya sudah sampai parkiran nanti saya kabarin anda" ucap Via memberitahu harus menunggu dimana. 

"Oke,  nona Via sampai jumpa besok. Selamat siang" Andi mengucapkan salam untuk mengakhiri panggilannya ditelpon, begitu juga dengan Via. 

Pihak WO mulai bekerja sejak mereka ditunjuk hari itu sebagai penanggung jawab pernikahan tuan Elang. Sebenarnya mereka merasa was-was dan juga senang ditunjuk sebagai WO yang mempersiapkan pernikahan tuan Elang. Mereka was-was karena disitu  mereka akan mempertaruhkan nama baik WO yang pada akhirnya itu juga akan menghancurkan segalanya yang dirintis dari kecil usaha WO tersebut sampai sebesar sekarang. Jika acara tersebut berjalan lancar sampai selesai nama WO mereka akan dikenal masyarakat banyak dan mempermudah perluas jaringan bisnis itu nantinya. 

Cahaya matahari yang menyinari bumi sudah mulai digantikan dengan sinar bulan dan penerangan lampu-lampu di jalan. Semua anggota Prayuda sedang menikmati makan malam. Disela-sela makan Via berucap ke papanya kalau dia nanti ingin bicara dan tuan Raksa menyetujuinya dengan menganggukan kepalanya sedikit. Sandra dan Tia penasaran apa yang akan dibicarakan Via ke tuan Raksa. Via menyusul papanya ke ruang kerja selepas merapikan ruang makan. 

Tok tok tok

"Masuk" kata tuan Raksa melihat  ke arah pintu yang akan ke buka. 

"Apa kamu lupa tak boleh bicara saat di meja makan apalagi sedang makan seperti tadi. Apa ada hal penting yang harus kamu bicarakan kepada saya? " tanya tuan Raksa menodong pertanyaan ke Via. 

"Pa,  Via ingin memberitahukan kalau tadi ada telpon dari pihak WO yang ditunjuk tuan Elang membuat janji sama Via besok untuk fitting baju pernikahan setelah Via selesai kuliah dan ada mobil yang diutus untuk menjemput Via nantinya"

"Hmm,  baik papa izinin. Jika sudah selesai fitting baju kamu segera pulang ke rumah jangan sampai setelah selesai kamu pergi ke tempat yang tidak jelas" tuan Raksa memberi izin dengan tegas sekaligus memperingati Via. 

"Baik,  pa. Via izin kembali ke kamar. Selamat malam, pa" Via pun pamit dari hadapan tuan Raksa setelah mengucapkan salam. 

Pintu ruang kerja tuan Raksa sudah tertutup kembali seperti semula. Tuan Raksa melamunkan masa lalunya dulu. Tak terasa ada air mata yang menetes di ujung ekor matanya,  tuan Raksa cepat-cepat menghapus air mata itu. 

Dibalik tembok tanpa sepengetahuan siapapun nyonya Sandra dan Tia bersembunyi saat pintu ruang kerja tuan Raksa terbuka. Mereka tak mendengar semua pembicaraan Via dan tuan Raksa dari awalnya. 

Nyonya Sandra mengajak Tia kembali ke kamarnya. Mereka berjalan dengan senang dan tanpa beban bisa dibilang bahagia sekali saat selesai menguping pembicaraan antara Via dan Tuan Raksa. 

"Ma,  aku senang akhirnya si Via pergi juga dari rumah ini. Jadi tak ada lagi perempuan yang sok baik dan polos di rumah ini,  hahahahahaha" ucap Tia senang dan tertawa lepas tak ada beban bersama mamanya. 

"Iya,  mama juga senang anak sialan itu pergi juga dari sini. Kenapa tidak dari dulu saja papamu menikahkan Via dengan relasi bisnisnya kalau seperti itu kita tak perlu capek-capek mencari cara supaya dia angkat kaki dari rumah ini" ucap nyonya Sandra. 

"Iya,  mama benar. Kenapa kita tidak kepikiran ke situ tapi setidaknya hanya tinggal beberapa hari Via akan angkat kaki dari rumah ini. Aku ga bisa membayangkan kalau Via besok pas duduk akad nikah melihat calon suaminya itu udah tua,  perutnya buncit,  botak lagi ditambah Via itu bakal jadi istri yang kesekian" ucap Tia 

"Hahahahahahahaha" ketawa mereka menggema di ruangan kamar itu. 

"Mama membayangkan kejadian pas hari acaranya tiba, sekarang aja ingin ketawa terus" ucap nyonya Sandra. 

"Kalau Tia yang di posisi Via udah otomatis pingsan pas lihat calon suaminya seperti itu" Tia menjawab ucapan nyonya Sandra. 

"Ma,  nanti acara pernikahan Via diadakan di rumah atau dimana? Kalau nanti aku menikah dengan Alex,  aku ingin menikah di hotel SNOW DRAGON. Bisakan ma nantinya seperti itu? " ucap Via. 

"Bisa,  apa sih yang ga bisa buat anak mama yang cantik ini" jawab nyonya Sandra sambil mencubit hidung mancung Tia

Di kamar yang cahayanya temaram Via sedang memikirkan nasibnya dan mengabsen semua sudut kamarnya. Seakan sedang memfoto posisi semua barang dan mengingat masa lalunya. 

"Hanya tinggal hitungan hari aku akan meninggalkan rumah ini. Apa nanti aku masih bisa ke rumah ini dan menginap di kamar ini lagi. Nasib kuliahku nanti saja aku belum tau bisa dilanjut atau tidak. Jika aku tak diizinkan melanjutkan kuliah lagi sama suamiku nanti,  sayang sekali beasiswa ku itu,  huffttt " Via membatin dan menghembuskan nafas dengan kasar. 

Via mencoba memejamkan matanya untuk beristirahat dan mengisi tenaga untuk besok hari yang padat. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mansion Tuan Elang 

Seperti biasa Elang yang melangkah lebih dulu masuk kedalam mansion dan disusul oleh Roy. Mereka menuju kamar masing-masing untuk membersihkan diri dan berganti pakaian dengan santai. 

 

Elang menuju ruang kerja untuk mengerjakan pekerjaan yang belum selesai tadi di perusahaan. Tak lama Elang masuk ke ruangan itu, Roy masuk kedalam ruangan itu juga. 

Ceklek

"Ada apa Roy,  sepertinya penting sekali" tanya Elang yang mulai mengalihkan pandangannya dari tumpukan dokumen yang sedang dibaca.

"Tuan, pihak WO memberitahukan saya jika besok waktu untuk fitting baju pengantin. Waktu yang kosong milik tuan jika mengikuti jadwal ada disaat jam makan siang" Roy memberi penjelasan tambahan jadwal besok hari. 

"Baik, persiapkan semuanya jangan sampai telat pada waktu yang ditentukan. Untuk rapat dengan para divisi besok dan yang lainnya masih sesuai jadwal atau ada yang kau ubah, Roy" Elang menanyakan kembali agendanya besok hari. 

"Semua tak ada yang saya ubah,  tuan. Besok juga nona Via akan fitting baju di tempat yang sama dengan tuan,  ada kemungkinan tuan bisa bertemu dengan nona" jelas Roy lagi kepada Elang. 

"Hmmm,  kita liat besok saja Roy. Aku dan Via bisa bertemu disana atau tidak" balas ucapan Elang. 

"Baik,  tuan. Saya pamit undur diri,  selamat malam tuan" ucap Roy. 

Roy meninggalkan ruangan itu dan menuju kamarnya dilantai bawah untuk melanjutkan pekerjaannya juga yang belum selesai tadi baru setelah itu berganti dengan piyama yang nyaman untuk tidur setelah semuanya selesai dikerjakannya. 

Elang masih asyik dengan dunia nya sendiri mengecek dan mempelajari semua dokumen yang tadi sempat tertunda sebentar. Dirasa semua cukup dan selesai Elang pergi meninggalkan ruangan tersebut dan masuk kembali ke kamarnya  menuju ruang ganti baju untuk menganti bajunya dengan piyama dan membaringkan tubuhnya yang kekar dan berotot di tempat tidur yang ukuran sangat besar. Elang mengarungi dunia mimpinya secara perlahan dengan nafas yang mulai teratur.