Marcus.
Aku selalu saja terdiam cukup lama tiap kali nama itu melintas dalam benakku. Tak bisa kupungkiri pria itu masih memiliki dampak tersendiri terhadapku. Tapi aku sudah bertekat menutup rapat perasaan jauh di dalam lubuk hati dan berusaha untuk melakukan hal yang terbaik demi Andrew. Pagi ini aku sengaja memasak nasi goreng sosis. Salah satu makanan kesukaan Marcus. Aku berharap dia bisa luluh dan tak bersikap sinis kepadaku. Nasi goreng buatanku akhirnya matang. Aku meletakkannya di atas piring ketika suara seseorang mengejutkanku.
"Apa ini? Kau memasak? Siapa yang mengizinkanmu untuk memasak di sini?" Aku berbalik dengan cepat. Marcus berdiri di dekat meja makan dengan alis terangkat, dia menatapku dengan pandangan tak suka. Seakan aku alien yang tak boleh menginjakkan kakiku di dapur ini.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com