webnovel

Bree: The Jewel of The Heal

Brianna Sincerity Reinhart, putri seorang Duke yang mengepalai Provinsi Heal di Negeri Savior. Suatu hari, Bree menyelamatkan seorang wanita yang berasal dari negeri Siheyuan, sebuah negeri yang merupakan negara sahabat kerajaan Savior. Bree membawa wanita tersebut ke kediaman keluarga Reinhart dan malangnya wanita itu mengalami amnesia dan hanya mengingat kalau dia biasa dipanggil Han-Han. Ternyata wanita tersebut memiliki kemampuan pengobatan tradisional yang sangat mumpuni, sehingga Duke Reinhart memintanya untuk menjadi tabib muda di Kastil Heal. Sejak kehadiran Han-Han Bree mulai semangat menekuni dunia obat-obatan dan menjadi lebih terarah. Bree menjadi rajin untuk memperbaiki diri karena ingin mendapatkan keanggunan seperti Han-Han. Di saat Kaisar Abraham, pimpinan negara Savior, mengadakan kerjasama dengan Siheyuan, mereka menerima delegasi yang dikirimkan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuan Muda Lacey, seorang jenderal perang yang masih muda, tampan, tangguh namun minim ekspresi. Bree langsung menyukai pria tersebut saat pertama kali mencuri pandang pada Tuan Muda Lacey tersebut. Bree yang mempunyai perangai terbuka dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Yue Lacey namun penolakan adalah yang menjadi santapannya. Puncaknya adalah saat Yue Lacey bertemu si anggun dan cerdas Han-Han. Tuan Muda tersebut tidak menutupi ketertarikannya dan itu membuat Bree sangat tersakiti. Haruskah Bree mengalah demi Han-Han yang menjadi sumber inspirasinya? Haruskah dia melepaskan pria idamannya, Yue Lacey? Kisah berawal di provinsi Heal. Apakah nama provinsi ini akan sesuai dengan pengharapannya, penyembuh. Ini kisah lika-liku Bree dalam mencari peraduan cintanya. Kisah ini bukan hanya mengajarkan mengenai mengejar dan mempertahankan cinta karena tingkat tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Siapakah yang akan mengikhlaskan, Bree atau Han-Han?

Pena_Bulat · História
Classificações insuficientes
48 Chs

Pilihan Mutiara Ular

DUARRR!

Ledakan besar terdengar diiringi suara jeritan. Ternyata jeritan dari Lady Damesha.Tubuh Lady Damesha mulai terbakar dan berdebum jatuh ke dasar gua.

Sinar biru bulat tadi yang mereka sebut Mutiara Ular, hancur dan menyisakan sinar biru keputihan redup yang perlahan mendekati Ratu Ular.

Tiga orang yang tadi bertarung dengan Lady Damesha tampak terengah. Aku mendekati Paman Ab dan membantunya berdiri.

"Terima kasih, Bree." Ujar beliau dan aku membalas dengan anggukan kepala sambil tersenyum padanya.

Sementara Kak Han-Han mencoba menopang tubuh Kak Yue dan pria itu masih mencoba tersenyum pada istrinya, mungkin untuk menegaskan kalau dirinya baik-baik saja.

Tuan Regan Lacey memeriksa keadaan Kak Yue dan memberikan totokan di beberapa area peredaran darahnya. Ternyata benar dugaanku tadi mengenai tetua mana kakek Kak Yue.

Sekilas aku melihat Ratu Ular mendekati Lady Edellyn.

"Lady Edellyn, terima kasih atas penjagaan Anda selama ini. Kami bangsa ular berhutang banyak pada Anda." Ujar ular itu penuh penghormatan. Sepertinya dengan sisa kekuatannya ular itu sengaja berkomunikasi yang bisa kami semua pahami.

"Tapi Mutiara Biru, mutiara pusaka bangsa kalian telah hancur." Jawab Lady Edellyn penuh nada penyesalan.

"Yang Maha Kuasa menganugerahkan Mutiara Biru sebagai sumber energi sihir bangsa kami dan memberi energi untuk kehidupan yang lebih lama. Dengan musnahnya mutiara ini, kami memang kehilangan kemampuan sihir kami, namun kami masih bisa terus hidup di bumi milik Sang Pencipta ini. Pusaka bangsa kami hancur, tapi kami bisa tenang hidup di tanah Siheyuan, karena kami yakin Kekaisaran Qin akan senantiasa memegang janji untuk memberikan kehidupan yang adil bagi seluruh penghuni Siheyuan."

Qin Serkan beranjak ke sisi putrinya dan menatap Ratu Ular tersebut.

"Kita semua telah diamanahkan oleh Yang Maha Kuasa untuk hidup di bumiNya. Kita akan senantiasa hidup berdampingan. Abraham juga saya yakin akan memberikan penghidupan yang baik bagi bangsamu di tanah Savior dan kami bangsa Siheyuan juga selalu menjanjikan perlindungan untuk kalian selama kita saling menghormati jalan kita masing-masing." Paman Ab mengangguki ucapan Kaisar Serkan. Aku menuntunnya mendekati ular tersebut.

"Anda bisa pergi dengan tenang. Bangsa ular akan tetap mendapatkan penghidupan yang damai, In Syaa Allah." Ujar Paman Ab setelah berada di dekat Ratu Ular itu.

"Terima kasih, Kaisar Agung, Kaisar Abraham. Kaliam memang orang yang bijaksana. Maaf saya kembali menitipkan tanggung jawab pada garis keturunan Anda, Kaisar Agung Serkan."

"Hidup hanya sementara, dan semua ini hanya titipan. Saya dengan senang hati membantu selama saya mampu melaksanakannya." Jawab Kaisar Agung Serkan.

"Lady Edellyn, Kaisar Agung, Kaisar Abraham, Nyonya Muda Yue, sekali lagi terima kasih. Terimalah hadiah terakhir dari bangsa kami, Sinar Suci Mutiara Biru." Ratu Ular meniup sinar putih kebiruan yang berada di depan mulutnya.

Cahaya tersebut melayang ke arah kami semua. Sisa cahaya yang berasal dari Mutiara Biru tadi melayang dan terserap ke dalam diri Kak Han-Han dan sebelum masuk ke tubuh Kak Han-Han cahayanya berpendar dan ada sebagian cahaya yang terbias dan melayang masuk ke telapak tanganku.

"Sinarnya memilih Nyonya Muda Yue. Pemilik sinar ini akan senantiasa mendapat perlindungan bangsa kami di manapun berada." Lanjut Ratu Ular itu.

"Dan sepertinya Nona Muda Heal ini juga terpilih memiliki bias sinar mutiara ular. Keberanian Anda sangat membantu kami, Nona Muda." Ular itu menatapku dengan intens.

"Saya hanya melakukan hal-hal kecil yang saya bisa, Ratu Ular." Jawabku mencoba untuk tidak terlalu besar kepala atas pujiannya. Aku sadar aku bukan apa-apa di hadapan orang-orang hebat ini.

"Sifat Anda yang tidak suka menyombong inilah yang dilihat oleh mutiara ular." Lanjut ular itu lagi.

"Saya sangat tersanjung untuk itu." Ucapku sambil menunduk hormat. "Provinsi Heal akan senantiasa terbuka untuk bangsa Anda."

"Itu akan membuat saya bisa pergi dengan tenang." Ucapnya semakin melemah.

Perlahan tubuh Ratu Ular hancur perlahan menjadi butiran debu yang beterbangan di dalam gua dan akhirnya benar-benar sirna.

Keadaan dalam gua sesaat menjadi sunyi dan dengan hilangnya cahaya yang tadi dihasilkan Mutiara Biru, keadaan dalam gua menjadi agak temaram. Tiba-tiba sudut mataku menangkap bayangan seseorang bergerak maju ke arah Lady Edellyn menghunuskan pedang. Namun, ternyata Kak Han-Han lebih dulu menyadari itu.

"Mommy!" Kak HanHan berlari mendorong tubuh Mommy-nya.

Tubuh Edellyn terdorong ke samping namun Kak Han-Han tidak bisa menghindari tusukan pedang sang penyerang. Pedang tersebut bersarang pada bagian perutnya. Zhi Yue berusaha menangkap tubuh istrinya sementara sang penyerang,

Aku mencoba menyerang pria tersebut dan ternyata Paman Will orangnya. Baru beberapa tangkisan Paman Will terlihat meringis dan jatuh terguling, tak bergerak.

Aku melihat dua anak panah yang bersarang di punggungnya. Aku mengedarkan pandanganku. Tak jauh dari mulut gua, Daddy terlihat masih dalam posisi membidikkan panahnya. Kak Li Ho dan para pengawal Lacey sepertinya menangkap beberapa penyihir yang berusaha melarikan diri.

Setelah memastikan Paman Will tak bergerak, aku bergegas menyusul yang lain memastikan keadaan Kak Han-Han.

"Pedangnya mengenai perut Han-Han, tapi tidak mengenai janinnya." Tuan Regan Lacey memeriksa keadaan cucu menantunya. "Tapi kita harus bergegas, lukanya cukup dalam dan pendarahannya sangat banyak."

"Gunakan ini untuk pertolongan pertama!" Aku langsung mengeluarkan botol obat yang memang selalu kubawa bersamaku. Ramuan obat untuk pertolongan awal pada luka dengan pendarahan.

Tuan Regan Lacey menerima uluran botol obatku. Beliau terlihat membaui sekilas dan terlihat mengulas senyum sekilas.

"Sungguh bijak, Nona Muda." Beliau tersenyum padaku.

Kak Yue menekan bagian perut istrinya yang terluka, berusaha menghentikan pendarahan namun tiba-tiba tubuh Kak Yue meluruh dan tak sadarkan diri.

Kak Li Ho yang telah berada di dekat kami, dengan sigap menangkap tubuh Kak Yue. Tak lama setelahnya Kak Han-Han juga pingsan.

"Cepat bawa mereka ke Paviliun Obat atau ke Kastil Graham! Saya akan memerintahkan untuk mempersiapkan bahan ramuan." Ujar Daddy dan langsung disejutui oleh yang lain.

Orang-orang mulai berlalu dari dalam gua tersebut dan hanya menyisakanku. Aku melangkah perlahan menyisiri dalam gua. Leon adalah tujuanku.

Aku mencoba mengingat di mana tadi meletakkan tubuh Leon.

"Bree!" Suara seseorang memanggilku.

Aku menoleh ke arah sumber suara dan di sanalah dia berdiri. Pria yang senantiasa ada untukku, Azlan.

Azlan berjalan cepat ke arahku. Tatapan matanya penuh kekhawatiran. Dia menelisik tiap detail dariku.

"Kau tidak terluka, kan?" Terdengar sekali nada khawatir dalam ucapan Azlan.

"Aku baik-baik saja, Azlan. Jangan terlalu cemas begitu!"

Azlan langsung membawaku ke dalam dekapannya. Dekapan hangat yang sangat menenangkan.

"Aku sangat lega melihat kau baik-baik saja, Bree. Maaf aku terlambat datang. Ternyata begitu banyak kaki tangan penyihir itu yang memberikan bantuan. Kami dibuat kerepotan dalam perjalanan kemari."

"Yang penting semua berakhir sekarang." Ucapku sambil mendongak menatap wajahnya.

"Kau benar. Semua sudah berakhir sekarang." Tatapan mata Azlan melembut dan dari gelagatnya sepertinya Azlan hendak melakukan sesuatu. Jantungku berdetak lebih cepat.

"Eegghh."

Suara erangan membuatku spontan mendorong tubuh Azlan.