webnovel

Bree: The Jewel of The Heal

Brianna Sincerity Reinhart, putri seorang Duke yang mengepalai Provinsi Heal di Negeri Savior. Suatu hari, Bree menyelamatkan seorang wanita yang berasal dari negeri Siheyuan, sebuah negeri yang merupakan negara sahabat kerajaan Savior. Bree membawa wanita tersebut ke kediaman keluarga Reinhart dan malangnya wanita itu mengalami amnesia dan hanya mengingat kalau dia biasa dipanggil Han-Han. Ternyata wanita tersebut memiliki kemampuan pengobatan tradisional yang sangat mumpuni, sehingga Duke Reinhart memintanya untuk menjadi tabib muda di Kastil Heal. Sejak kehadiran Han-Han Bree mulai semangat menekuni dunia obat-obatan dan menjadi lebih terarah. Bree menjadi rajin untuk memperbaiki diri karena ingin mendapatkan keanggunan seperti Han-Han. Di saat Kaisar Abraham, pimpinan negara Savior, mengadakan kerjasama dengan Siheyuan, mereka menerima delegasi yang dikirimkan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuan Muda Lacey, seorang jenderal perang yang masih muda, tampan, tangguh namun minim ekspresi. Bree langsung menyukai pria tersebut saat pertama kali mencuri pandang pada Tuan Muda Lacey tersebut. Bree yang mempunyai perangai terbuka dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Yue Lacey namun penolakan adalah yang menjadi santapannya. Puncaknya adalah saat Yue Lacey bertemu si anggun dan cerdas Han-Han. Tuan Muda tersebut tidak menutupi ketertarikannya dan itu membuat Bree sangat tersakiti. Haruskah Bree mengalah demi Han-Han yang menjadi sumber inspirasinya? Haruskah dia melepaskan pria idamannya, Yue Lacey? Kisah berawal di provinsi Heal. Apakah nama provinsi ini akan sesuai dengan pengharapannya, penyembuh. Ini kisah lika-liku Bree dalam mencari peraduan cintanya. Kisah ini bukan hanya mengajarkan mengenai mengejar dan mempertahankan cinta karena tingkat tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Siapakah yang akan mengikhlaskan, Bree atau Han-Han?

Pena_Bulat · História
Classificações insuficientes
48 Chs

I'll be there for you

"Berhentilah melakukan perlawanan, Duke Reinhart!" Rabi itu terlalu merasa berada di atas awan. Aku mencoba menguatkan diriku meskipun salah satu anak buahnya telah memenjarakanku dengan pedangnya. Rabi itu sendiri menahan pergelangan kedua tanganku.

Anehnya warga sipil yang tadi menyerang brutal, diam tak bergerak. Mereka benar-benar berada dalam kendali sihir manipulasi mereka. Kami semua, termasuk Kak Li Ho dan pasukan Lacey, telah berada di bawah todongan pedang mereka.

Kak Li Ho terlihat 'berkomunikasi' dengan orang-orangnya. Aku juga mencoba memikirkan caraku. Aku mengamati orang-orangku. Kami telah bersama sejak lama. Kami sudah melalui puluhan misi bersama. Mereka adalah orang-orangku. Aku sengaja memanggil salah seorang ahli dari Bulwark untuk melatih mereka.

Orang-orangku semuanya homeless dan tak memiliki keluarga. Aku bertemu mereka saat tahun ke enam Daddy berada di Heal. Saat itu aku sedang berkunjung di sela-sela pendidikanku. Mereka hanya sekumpulan kecil pemuda tanggung yang hidup bergantung pada hasil melakukan kejahatan kecil.

Kami bertiga tak sengaja harus berurusan dengan kelompok kecil mereka saat mereka mencoba merampok kami. Lucu memang. Mereka yang mencoba merampok justru memohon pengampunan. Mereka menjanjikan pengabdian. Dan satu hal yang perlu diketahui, jangan pernah ragukan janji pengabdian warga Savior. Satu janji berlaku seumur hidup.

Kami bertiga menyiapkan rumah yang layak bagi mereka, saat itu hanya sekitar sepuluh orang, memberi keahlian dan kemampuan. Mereka belajar dengan baik meskipun aku sedang tidak berada di Heal. Mengapa mereka memilihku? Mengapa bukan Azlan atau Leon? Ini sederhana, Leon dan Azlan tidak begitu menginginkan mereka. Aku sangat menerima mereka karena feelingku mengatakan kami punya sesuatu untuk terus menjadi tim yang hebat.

Kebersamaan kami telah cukup lama dan kami telah menguasa berbagai teknik rahasia untuk saat-saat genting seperti ini.

"Cincin!" Meskipun berada di bawah todongan pedang mereka tetap mengangguk. Aku menekankan cincinku ke tangan Rabi yang menahan pergelanganku.

"Trik murahan!" Desis Rabi tersebut. Namun,kelengahan sesaatnya langsung kumanfaatkan untuk terlepas dari kungkungan mereka. Aku langsung membebaskan diriku.

Orang-orangku juga berhasil melepaskan diri, mereka juga sempat menyerangkan cincin mereka pada beberapa anggota pasukan para penyihir itu. Kak Li Ho dan pasukannya juga berhasil membebaskan diri.

"Memang hanya trik murahan. Tetapi setidaknya ramuan yang telah kami campur racun laba-laba itu cukup untuk melemahkan sebelah tangan Anda, Tuan."

"Sial!" Umpatnya saat dia tidak bisa menggunakan tangan kanannya untuk mengayunkan pedang.

Kami kembali melakukan penyerangan, mereka semua terlihat kewalahan, terlebih karena beberapa terken efek racun cincin orang-orangku.

Rabi itu terlihat mengambil sesuatu dari balik jubahnya dan tak lama kemudian dia melesakan suar bercahaya kehijauan ke udara. Sesaat kami seperti diliputi kabut kehijauan dan kami telah dikepung oleh sekumpulan pasukan baru. Mereka orang-orang Heal. Mereka tidak dalam pengaruh sihir.

"Sekali kalian boleh lepas. Namun, sekarang saatnya untuk menghabisi orang sok heroik di Heal ini." Rabi itu mengisyaratkan untuk menyerang kami.

"Bree, tetap bersama!"

"Iya, Dad."

"Duke Rein, ingat fokus serangan!"

"Saya perhatikan itu Tuan Li Ho."

Kami bahu membahu menyerang titik lemah mereka. Kami berhasil menumpas hampir separuh dari mereka. Namun, jumlah mereka hampir tiga kali lipat jumlah kami, termasuk warga yang kembali menyerang dengan brutal.

"Kak Li Ho, Dad! Mereka terlalu banyak."

"Tidak dengan kami di sini, Bree!" Seruan itu bersamaan dengan banyaknya pasukan penyihir itu yang jatuh bergelimpangan terkena serangan panah.

"Azlan!" Harapanku bertumbuh melihat Azlan yang dengan gagah memimpin pasukannya.

"Yeah, it's me,Babe." Azlan mulai menebaskan pedangnya.

Kedatangan pasukan Azlan memporak-porandakan formasi para penyihir itu. Kak Li Ho dan pasukannya kembali bergerak gesit. Aku membantu Daddy fokus menyadarkan para warga yang telah termanipulasi.

Menjelang senja kami hampir membekuk keseluruh pasukan penyerang tadi.

"Tuan Li Ho, serahkan urusan di sini pada kami! Segera susul Tuan Yue!" Kak Li Ho mengangguk.

"Kami akan merepotkan Anda lagi, Duke Rein."

"Jangan pusingkan soal itu. Senja hampir tenggelam. Ritual mereka akan dimulai saat purnama malam ini."

"Kami serahkan urusan di sini pada Anda, Duke Rein, Pangeran Azlan." Kak Li Ho Juga mengangguk hormat padaku, "Nona Bree."

"Berhati-hatilah! Kami akan segera menyusul." Ujarku sambil mengepalkan tanganku penanda semangat. Kak Li Ho hanya mengangguk sekilas dengan seulas senyum tipis. Itulah Kak Li Ho, dia tidak sekaku Kak Yue, tapi tidak juga bisa dikatakan tidak kaku.

Setelah pasukan Lacey yang dipimpin Kak Li Ho menghilang, kami kembali pada misi kami, melucuti para perusuh.

Pasukan yang berada di bawah kendali Rabi tadi, sudah seperti ayam kehilangan induk setelah kami mengalahkan pimpinan mereka. Pria yang berpenampilan seperti Rabi itu harus rela meregang nyawa di tebasan pedang Azlan. Kondisi tangannya yang mati sebelah, membuatnya kelabakan menghadapi serangan kami.

Pasukan Azlan telah menawan sisa-sisa pasukan Rabi tadi. Orang-orangku dan para pengawal Heal menggiring warga sipil, yang masih dalam pengaruh manipulasi sihir, ke tengah lapangan.

Begitu mereka semua terkumpul, senja telah menghilang berganti bulan yang mulai muncul.

"Dad, pasukan yang menyerang ke gua butuh pasukan penyokong. Tinggalkan warga yang masih dalam pengaruh sihir ini padaku. Satu bulan ini, Ayah mengajariku banyak hal tentang ilmu sihir."

"Apa itu tidak akan merepotkanmi, Azlan?" Azlan menggeleng dan seperti biasa, tersenyum.

"Daddy tenang saja. Mata-mata kerajaan mengabarkan kalau gua itu dipenuhi oleh pasukan mereka. Kemampuan sihir mereka bahkan lebih kuat. Akan dibutuhkan lebih banyak ramuan untuk menangkalnya."

"Baiklah. Daddy percayakan urusan di sini pada kalian berdua."

What? Daddy memintaku tinggal? Tidak, tidak. Aku sangat mengkhawatirkan Kak Han-Han. Aku tidak bisa berdiam di sini.

"Bree tidak akan berguna apa-apa di sini, Dad. Bukankah Azlan mengatakan kalau di sana mereka memiliki pasukan yang siap menyerang? Itu artinya kita membutuhkan sebanyak mungkin pasukan bantuan di sana."

"Itu akan sangat bahaya, Bree. Tapi aku yakin kau tidak akan menggubris itu. Seperti saat di Bulwark waktu itu. Kau bersikeras memaksa untuk ikut dalam regu penyerang yang..."

"Azlan!" Aku memberinya pelototan. Itu adalah sebuah rahasia besar. Aku akan berada dalam posisi sulit kalau Daddy sampai tau aku pernah ikut dalam pertempuran bahkan saat aku masih belum tiga belas. Dan Daddy menatapku penuh selidik. Ah Azlan!

"Bukan apa-apa, Dad. Kita sekarang harus fokus pada penyelamatan Kak Han-Han dan Lady Edellyn." Aku mencoba membuat pengalihan dan Azlan menyadari itu.

"Ah iya, Daddy sebaiknya segera menyusul Ayah ke lokasi ritual penyihir itu. Dua tetua juga sudah menuju ke sana." Ujar Azlan yang berhasil membuat Daddy teralihkan.

"Tetua? Maksudmu Kaisar Agung Serkan dan Tuan Besar Regan Lacey?" Daddy tidak menutupi keterkejutannya dan aku merasakan inilah kesempatanku.

"Kita harus bergegas, Dad! Alangkah buruknya kita sebagai tuan rumah kalau tidak mendampingi para tetua agung ini." Sudut bibir Azlan terlihat berkedut mendengar ucapanku.

"Daddy ajak saja Bree. Dia tidak akan menyerah sebelum Daddy bersedia mengikutsertakannya."

Daddy hanya menghela napas kasar sebelum mengisyaratkanku untuk mengikutinya. Aku tersenyum penuh kemenangan.

Azlan mendekat padaku, "Berangkatlah! I'll be there for you very soon." Azlan mendekapku sekilas sebelum membantuku menaiki kuda.