webnovel

Bree: The Jewel of The Heal

Brianna Sincerity Reinhart, putri seorang Duke yang mengepalai Provinsi Heal di Negeri Savior. Suatu hari, Bree menyelamatkan seorang wanita yang berasal dari negeri Siheyuan, sebuah negeri yang merupakan negara sahabat kerajaan Savior. Bree membawa wanita tersebut ke kediaman keluarga Reinhart dan malangnya wanita itu mengalami amnesia dan hanya mengingat kalau dia biasa dipanggil Han-Han. Ternyata wanita tersebut memiliki kemampuan pengobatan tradisional yang sangat mumpuni, sehingga Duke Reinhart memintanya untuk menjadi tabib muda di Kastil Heal. Sejak kehadiran Han-Han Bree mulai semangat menekuni dunia obat-obatan dan menjadi lebih terarah. Bree menjadi rajin untuk memperbaiki diri karena ingin mendapatkan keanggunan seperti Han-Han. Di saat Kaisar Abraham, pimpinan negara Savior, mengadakan kerjasama dengan Siheyuan, mereka menerima delegasi yang dikirimkan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuan Muda Lacey, seorang jenderal perang yang masih muda, tampan, tangguh namun minim ekspresi. Bree langsung menyukai pria tersebut saat pertama kali mencuri pandang pada Tuan Muda Lacey tersebut. Bree yang mempunyai perangai terbuka dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Yue Lacey namun penolakan adalah yang menjadi santapannya. Puncaknya adalah saat Yue Lacey bertemu si anggun dan cerdas Han-Han. Tuan Muda tersebut tidak menutupi ketertarikannya dan itu membuat Bree sangat tersakiti. Haruskah Bree mengalah demi Han-Han yang menjadi sumber inspirasinya? Haruskah dia melepaskan pria idamannya, Yue Lacey? Kisah berawal di provinsi Heal. Apakah nama provinsi ini akan sesuai dengan pengharapannya, penyembuh. Ini kisah lika-liku Bree dalam mencari peraduan cintanya. Kisah ini bukan hanya mengajarkan mengenai mengejar dan mempertahankan cinta karena tingkat tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Siapakah yang akan mengikhlaskan, Bree atau Han-Han?

Pena_Bulat · História
Classificações insuficientes
48 Chs

Confession

Syukurlah hari ini keadaan Kak Han-Han mulai membaik. Leon sendiri senantiasa siaga membantu keperluan Kak Han-Han. Aku yakin itu adalah bagian dari usahanya untuk meluluhkan Kak Han-Han. Selamat berjuang Leon! Semangat! Sebenarnya ini lebih kutujukan untuk diriku.

Sore ini Kak Yue, aku memutuskan memanggilnya begitu. Satu pekan ini aku sudah memikirkannya, Naena juga kumintai pendapat, Leon juga pastinya.

"Lumayan sopan. Menurutku tak masalah jika kau menggunakan panggilan itu, Bree." Demikian respon Leon saat aku mengutarakan ini padanya. Sebelum dia memberiku ocehan panjang karena lanjutan kalimatku.

"Gila. Bree, kau itu tega atau tak berperasaan? Kau menceritakan mengenai ketertarikanmu pada Tuan Muda Yue pada Azlan. Kau tau sendiri apa yang Azlan punya untukmu. Ckk! Sepupuku ini sudah benar-benar nggak waras."

Aku hanya bisa meringis mendengar ocehannya. Aku memang mengirim surat pada Azlan dan menceritakan mengenai apa yang kurasakan mengenai Kak Yue. Aku mengirim surat di pagi hari setelah mendengar penjabaran Naena.

Aku sendiri bingung untuk apa aku mengabari Azlan. Tapi satu hal yang pasti. Aku tak ingin Azlan terus menumbuhkan harapannya sementara aku terus mencari jawaban atas hatiku. Dan sore ini perjuanganku memulai titik terang.

Berdasarkan yang sudah dijadwalkan, sore ini Kak Yue, dengan didampingi Daddy, akan bertemu dengan beberapa investor yang akan mendengarkan presentasi Kak Yue mengenai Gravor Silk.

Jadi begini. Delegasi Siheyuan yang dipimpin Kak Yue menempati sebuah Paviliun yang memiliki halaman yang sangat luas, sekitar hampir dua hektar. Paviliun mereka dinamai Gravor Silk, Rumah Bordir Sutera Kastil Graham - Savior.

Beberapa hari setelah kedatangan mereka di Provinsi Heal, Kak Xian, kepala bordir sutera, telah memulai produksi mereka. Kak Xian memang membawa persediaan kokon ulat sutera yang siap untuk dipintal menjadi benang sutera yang kemudian akan dijadikan beberapa produk tekstil. Namun karena keterbatasan komoditas, mereka baru membuat beberapa helai sapu tangan dan syal. Aku sudah melihat hasilnya dan aku tak menutupi kekagumanku atas hasil karya paviliun Gravor Silk.

Aku sangat yakin kalau Tuan Sebastian, investor utama yang diundang Daddy sore ini, akan langsung bersedia menggelontorkan dana besar untuk pembiayaan produksi Gravor Silk.

"Dikarenakan ini masih musim dingin dan persediaan daun murbeinya sangat terbatas, kami baru bisa memproduksi produk - produk aksesoris seperti sapu tangan dan syal. Untuk memproduksi pakaian, kita masih harus menunggu sampai awal musim panas karena itu saat tanaman murbei mulai tumbuh membesar. Bibit tanaman yang kami bawa diharapkan akan berkembang dengan baik. Namun akan lebih cepat produksinya kalau nanti saat musim semi kami bisa mendapatkan pasokan daun murbei yang banyak."

Saat melihat Kak Yue dan asistennya, Kak Li Ho - suami Kak Xian - berjalan bersama Daddy beserta Tuan Sebastian dan rombongannya, aku langsung mencari spot sembunyi yang baik agar aku bisa melihat dan memdengar presentasi Kak Yue tanpa ketahuan.

Seperti dugaanku, Tuan Sebastian langsung terpukau saat melihat hasil buatan Gravor Silk, sapu tangan dan syal.

"Karena keterbatasan bahan dasar, karena kami membawa kokon ulat sutera dalam jumlah terbatas, makan Gravor Silk baru bisa memproduksi sapu tangan dan syal.

Untuk produksi pakaian, baru akan bisa dilaksankan di akhir musim panas. Hal ini dikarenakan belum adanya pasokan daum mulberry yang cukup sebagai pakan ulat sutera, mengingat ini baru awal musim dingin. Jadi kami berencana membudidayakan ulat sutera dalam skala besar setelah menjelang akhir musim semi, saat pohon mulberry mulai berkembang lebih baik."

Aku sangat terpukau menyaksikan presentasi Kak Yue. Apalagi ditunjang dengan penampilannya dalam balutan Cheoangsam biru lautnya. Satu hal yang kusenangi dari Cheongsam ataupun Hanfu Siheyuan, yaitu lengannya yang tidak lebar seperti yang dimiliki orang-orang Tiongkok. Sama halnya pakaian kami di Savior yang banyak mengikuti gaya kerajaan Romawi tapi kami mengombinasikannya dengan lengan pakaian Cheongsam dan Hanfu.

Jadi ceritanya dulu saat awal pendatang masuk ke Savior, banyak dari mereka yang datang dari daratan Eropa dan tentunya membawa penampilan dari daerah sana juga. Namun, Kaisar Troy merasa bahwa, khususnya gaun, terlalu berat dan kurang fleksibel. Maka Kaisar Agung mencoba mengadakan sayembara desain pakaian nasional Savior. Maka dipilihlah desain yang memadukan pakaian kerajaan Romawi yang dipadukan dengan Cheongsam dan Hanfu Tiongkok namun dengan lengan yang tidak lebar.

"Duke Reinhart!" Suara Tuan Sebastian membuatku sadar kalau aku telah cukup lama memandangi Kak Yue.

"Kami akan pastikan pasokan daun murbei lebih dari cukup saat musim semi nanti. Dan kami menginginkan produk pakaian telah bisa digunakan menjelang musim panas dan ini akan langsung menjadi saat uji coba. Kalau para pelanggan puas, ini akan menjadi momentum yang pas untuk penjualan."

"Insting bisnis Tuan Sebastian sangat tajam. Dengan kesepakatan ini, maka Gravior Silk tak perlu menunggu sampai musim panas untuk bisa memulai pembiakan ulat sutra. Bukankah begitu Tuan Zhi Yue?"

"Anda benar, Duke." Singkat sekali jawaban Kak Yue.

Satu hal ini yang membuatkan sangat gregetan pada Kak Yue, minim ekspresi. Selain itu, dia juga irit bicara. He's such a cool man. But I like it.

Para pria itu meneruskan pembicaraan mereka pada beberapa hal yang tidak menarik perhatianku lagi. Aku memilih mendatangi gazebo markasku. Aku akan menunggu Kak Yue di sana. Aku sudah menitipkan pesan untuk Kak Yue pada Naena.

Dan benar saja, aku melihat Kak Yue berjalan di belakang Naena tak berapa lama setelah aku tiba di halaman belakang Paviliun Heal.

Aku terus mengamati Kak Yue yanh sedang menikmati hidangan teh yang disiapkan Naena. Ekspresi wajahnya sangat datar. Jawaban yang diberikannya tak lebih dari anggukan singkat ataupun gelengan kepala. Tanpa senyum.

"Kak Yue, mengapa ekspresimu selalu datar?" Aku memilih menyuarakan penglihatanku. Kak Yue orang yang cerdas. Aku yakin dia menyadari perasaanku untuknya.

Tapi makhluk minim ekspresi ini, bagaimana pun aku suka, bukannya menanggapi ucapanku malah memilih menikmati aroma teh melati yang masih hangat sebelum menenggak habis isi gelasnya. Itu membuatku berdecak kesal dan langsung merebut gelas kosongnya.

"Kak Yue, kau pria yang cerdas dan aku yakin kau paham maksudku!"

"Nona Bree gadis yang baik. Ada banyak pemuda yang jauh lebih baik di luar sana." Heh! Itu penolakankah?

"Kak Yue, apa kau selalu begini pada gadis-gadis yang mendekatimu. Dan tunggu... apa kau baru saja menolakku?"

Dia justru tersenyum tipis mendengar ucapanku dan aku tambah jatuh lagi, mengabaikan penolakannya barusan.

"Di Siheyuan tidak ada gadis yang menunjukkan ketertarikan mereka padaku."

"Cih!" Hanya itu responku.

"Mereka memanggilku, kaku, muka tembok, kutub..."

"Mereka tak sepenuhnya salah." Aku memutus kalimatnya sambil mendengkus kesal.

"Nona Bree, cuaca semakin dingin. Sebaiknya segera kembali!"

Bukannya menjawab dia malah melanjutkan penolakannya. Kemudian menunduk singkat sebagai ungkapan pamit. Apa-apaan pria ini.

"Kau pikir aku akan menyerah? Huh...tidak akan semudah itu!" Aku berucap setengah teriak saat Kak Yue mulai melangkah dari gazebo.

Lihat saja nanti, Kak Yue.