Bagaimana bisa cukup…
Beiming Shaoxi menghembuskan napasnya yang panas. Dulu ia bisa mengendalikan hawa nafsunya dengan baik. Bisa menjauhkan diri dari keinginan seks selama bertahun-tahun, dan menjaga dirinya masih tetap suci.
Ji An'an memprotesnya seperti kucing yang terus mengeong. Ia terus memarahi Beiming Shaoxi dengan kasar meski tubuhnya masih terasa lemas.
Beiming Shaoxi tersenyum licik, kemudian ia mengangkat pinggang Ji An'an dan mulai melakukan gerakan perlahan.
Ji An'an diangkat ke atas lalu diuturkan lagi ke bawah…
"Brengsek… lepaskan… Uh…"
Helikopter terus terbang dengan tenang, dan di kursi penumpang belakang diliputi oleh suara napas laki-laki dan perempuan yang erotis.
Ji An'an telah belajar menari sejak SD, sehingga gerakan badannya pun sangat lembut. Kini ia dipaksa melakukan gerakan dalam berbagai macam pose.
Beiming Shaoxi hanya membuka resleting celananya, dan area private mereka berdua perlahan-lahan menjadi semakin mesum…
Ji An'an tidak sadar kapan mereka mengubah pose tubuhnya, dan kini wajahnya menghadap pada pria itu. Ia menatap wajahnya yang tampan dari jarak yang sangat dekat, tatapan matanya dipenuhi hasrat yang berapi-api.
Mereka bisa dibilang masih merasa asing satu sama lain, tapi mereka sudah begitu intim dan juga sudah melakukannya beberapa kali…
Beiming Shaoxi masih terus mencium lehernya, ia ingin memiliki Ji An'an seutuhnya. Keinginan untuk mendapatkan wanita yang ada di depannya ini semakin lama semakin kuat.
*
Di kamar pasien VIP, Kakek Bei Ming menatap cucu keduanya sambil menyipitkan matanya, dan ekspresi wajahnya terlihat sedikit marah.
Beiming Yechen seperti tikus yang rakus, sejak memasuki bangsal, ia tidak berhenti makan.
Buah, minuman, dan berbagai macam daging ia habiskan sendiri.
Aroma makanan melayang di udara.
Tuan Beiming menelan ludahnya sambil melihat Beiming Yechen yang sedang menjilat tangannya yang masih ada sisa bumbu ayam panggang, kemudian Beiming Yechen pun bertanya dengan penuh perhatian, "Kakek, kamu baik-baik saja kan?"
"Kamu, kamu…" Jari Kakek Beiming gemetar dan ia berkata dengan cukup keras, "Keluar!"
"Mana boleh seperti itu? Cucumu ingin menemanimu, dan aku tidak akan pergi ke mana pun hari ini."
"Kamu benar-benar membuatku jengkel!"
Beiming Yechen perlahan mulai menggigit daging asam manis di hadapannya, ia menggigit dengan gerakan yang lambat persis seperti akting yang ada di iklan-iklan. Seolah-olah ia ingin menunjukkan daging yang ia makan itu rasanya sangat lezat, "Bagian luarnya renyah dan bagian dalamnya empuk, dagingnya sangat nikmat…"
Kakek Beiming sangat lapar sehingga ia dengan frustasi meraih cangkir yang ada di tas meja samping tempat tidur, dan ingin menghancurkan seluruh lemari yang ada di kamar agar menimpa kepala Beiming Yechen.
"Kakek, rasanya sangat enak loh... Apa Kakek yakin tidak ingin mencoba makan sesuap saja?"
"An'an… Apakah dia bersedia untuk menikah?"
"Udang ini sepertinya enak, sangat menggoda selera. Aromanya begitu sedap, dan ketika kamu menggigitnya, mulutmu akan merasakan sedapnya. Anak besar, anak kecil... dan orang tua, mereka semua sangat menyukainya."
Wajah Kakek Beiming yang sudah tua dan keriput… memperlihat ekspresi yang sedih.
"Kakek, coba saja? Bagaimana dengan menjilat saja?"
"Jika aku bisa dihancurkan oleh serangan mulutmu yang ceroboh itu, mungkinkah sekarang aku masih menjadi Kakekmu?"
Kakek Beiming menarik selimutnya itu ke atas kepalanya, dan ia sengaja tidak melihat Beiming Yechen yang sedang makan dengan lahap. Kakek sengaja tidak melihatnya supaya ia bisa menahan nafsu makannya. Sangat sulit menahan nafsu makan selama 3 hari tidak makan. Namun ia tetap bertekad, kali ini tidak akan gagal.
Beiming Yechen tidak menyangka lelaki tua itu begitu kejam, "Apakah kamu ingin aku menelepon gadis desa itu untuk menanyakan situasinya?"
Kakek Beiming langsung membuka selimutnya, "Telepon sekarang."
"Kalau begitu makan paha ayam ini dulu." Beiming Yechen menjilat bibirnya dengan ambigu, seperti kucing yang licik, "Aromanya sangat sedap loh..."
Kruyukkk… kruyukk…
Perut Kakek Beiming berbunyi cukup keras.
"Jangan khawatir, aku akan berada di pihakmu. Makanlah diam-diam, Kakakku tidak akan tahu… Aku akan meminta Steve untuk berjaga-jaga di depan pintu?"
Mendengar kata-kata itu, tekad Kakek Beiming yang begitu kuat untuk tidak makan akhirnya hancur.
"Dasar anak bau, ambilkan aku paha ayam yang sedap itu!"
Cara makan Kakek Beiming masih terlihat anggun meskipun sebenarnya ia merasa sangat lapar. Kemudian ia mengambil piring dan menjaga sikapnya saat mengunyah daging. Sambil makan Kakek Beiming kembali mengingatkan, "Setelah makan paha ayam, kamu harus menelepon An'an."