webnovel

Biarkan Mata Berbicara

Berawal dari kisah cintanya Anjani semasa SMK , yang takut untuk jatuh cinta, semua itu dikarenakan dia selalu melihat konflik antara kedua orang tuanya . Obsesinya untuk menjauhi arti cinta yang akhirnya membuat dia terpuruk akan cintanya sendiri. Ketika Anjani belajar untuk mencintai seseorang , Anjanipun menjalani kisah nya , ternyata dia hidup terombang ambing oleh bayangan dari pria yang dia cintai , membuatnya menjadi depresi dan mengambil jalan terakhir untuk masa depannya . " Akankah aku mengakhiri hidup ku ? atau aku harus bangun dari tidur panjangku ??... Anjani berkata dalam hati , matanya memandang lautan luas yang berada dihadapannya . cerita Anjani ini adalah awal novel saya, mohon kawan kawan berikan ulasan , saran dan kritiknya ya... agar saya bisa lebih baik lagi dalam menulis dan bercerita..(◍•ᴗ•◍) terima kasih , salam hormat penuh cinta dari saya. Chandrawati.

Chandrawati · Urbano
Classificações insuficientes
239 Chs

Oman Aku Membutuhkan Mu

" Kita makan disini aja yaa... kita balik kesini karena rumah makan ini sudah gue jadikan museum buat gue... ha ha ha ha..... soalnya disinilah gue bisa buat diri lo yakin jika gue sungguh sungguh sayang sama lo ... !!"

Dengan tatapan yang penuh kepastian Antoni berkata kepadaku dan ternyata ada alasan tersendiri bagi Antoni , kenapa dia memilih Rumah Makan ini untuk kami makan malam saat ini .

" Cowok ini ternyata sangat romantis sekali ..." gumamku dalam hati.

Antoni pun memilih tempat duduk yang menghadap ke arah taman , dimana kami berdua bisa melihat lampu taman yang indah dan cahaya bulan yang tidak begitu terang .

Sambil menunggu makanan datang aku mencoba untuk berkata kepada Antoni.

" Antoni , gue mau ngomong serius boleh ?" tanya ku kepadanya.

Akhirnya makanan yang di pesan pun tiba lalu Sambil menyantap makananku , Aku mulai memberanikan diri untuk berkata kepada Antoni tentang apa yang ingin kulakukan setelah ini.

" Boleh lo mau ngomong apa saja sama gue tapi gue tidak mau dengar jika lo mau pergi dari rumah gue... dan meninggalkan gue ! karena saat ini lo adalah bagian dari tubuh gue jadi jika lo pergi dari gue.. berarti lo telah pergi dengan membawa nyawa gue pergi juga dari tubuh ini."

kata kata Antoni ini bagaikan pisau yang tidak berbentuk yang telah menghunus dadaku dengan cepat, dia seperti bisa membaca pikiran ku karena ucapannya sangat tepat dan benar, apa yang dikatakan oleh Antoni dengan apa yang ingin ku katakan kepadanya dia telah mengerti. Tatapan mata ku kini terpaku melihatnya karena tidak mampu diri ini untuk melanjutkan ucapan ku kepadanya.

" Anjani , Lusa kita sudah mulai Ujian Akhir Sekolah , gue harap lo harus konsen terlebih dahulu dengan pelajaran , jangan lo mikirin yang lain dulu , setelah Ujian berakhir baru kita memikirkan langkah selanjutnya ".

Dengan santai dan menikmati makanan ini, Antoni berkata kepadaku , dia benar benar telah memahami diriku , dan benar benar ingin membahagiakan diriku .

Aku hanya bisa terdiam menundukan kepala ini dan hanya anggukkan kepala ku saja yang bisa menjawab semua perkataan dan pertanyaan dari Antoni .

Sesekali aku meliriknya dan ku lihat Antoni yang begitu lahap menyantap makanan ini, lalu aku pun berkata kepadanya ...

" Antoni , sekali lagi gue ucapin terima kasih untuk semua ini ".

Kedua Mata Antoni pun melotot setelah mendengar perkataanku..

" Ayoo cepet dimakan ituu..! lo tidak mau cepet pulang ? apa lo mau tidur dirumah makan ini ?! "

Mendengar dia memarahi diriku seperti anak kecil , aku pun dengan cepat menghabiskan makanan yang ada di piring ku ini dan setelah itu kami pun bersama tertawa bahagia .

*****

Hari pertama Ujian Akhir Sekolah kali ini, saya lulus dengan sedih di hati, karena kali ini mama tidak ada lagi yang menemani saya saat sarapan dan sholat subuh setiap hari. Biasanya kalau ujian datang Mama setiap pagi menyiapkan sarapan untukku dan kami selalu berdoa sebelum aku pergi ujian, tapi sekarang ... itu semua hanya tinggal kenangan, hanya doa dan air mataku yang menemaniku dalam ujian kali ini. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu aku memejamkan mata, agar air mata ini tertahan dan tidak keluar lagi, aku berusaha mengalihkan kesedihanku dan terus memikirkan untuk meraih semua impian dan masa depanku. Dengan lembut aku berkata pelan .... "Maa ... Anjani merindukan mu Ma ...."

Mata ini terasa kosong dan hampa karena mata ini terus menatap ke arah pohon ara yang ada di dekat lapangan sekolah, seolah-olah aku membayangkan Mama berdiri di bawahnya, dia melihatku dan tersenyum manis padaku. Membayangkannya, saya tersenyum sendiri, ada perasaan bahagia atau mungkin saya sudah gila karena kehilangan Mama.

"Anjani, jangan melamun ..! Entar kesambet Lo...!

Suara Oman mengejutkan lamunan ku. aku bersyukur Oman datang ke tempat ini, karena memang dari kemarin aku sangat mengharapkan dia agar bisa membantu saya.

"Eh man ... terima kasih sudah datang kesini, Gue benar-benar ingin bicara dengan Lo, tapi belum berani ... ku harap kamu mau membantu ku ..." dengan polosnya, aku menarik tangan Oman jadi dia duduk di samping ku dan dapat mendengar alasan mengapa aku mencarinya.

Dengan wajah penasaran, Oman duduk di sampingku, dia menatap wajahku dan mulai mendengarkanku ...

"Apakah Anda bertengkar dengan ma Antoni?" Tanya Oman kepada saya.

"Bukaaan ... bukan itu masalahnya" jawabku Oman sambil menggelengkan kepalaku lalu menjelaskan padanya.

"Man .... tolong bantu Gue, Gue ingin menjual rumah ....!!"

Alis Oman terangkat dan matanya memelototi saya karena merasa tidak mempercayai kata-kata ku ..

"Lo ini.... !!  apakah Lo salah minum obat ???" Oman menjawab ku dengan lelucon karena dia tidak percaya apa yang telah aku katakan padanya. Aku menjadi sedih melihat Oman yang tidak mempercayai diriku , aku tidak tahu siapa lagi yang aku harap jika dia tidak mau membantu diriku , rasanya aku sudah tidak memiliki kepastian lagi tentang semua yang akan saya lakukan, sangat sulit untuk menggambarkan dan tidak bisa di ungkapkan, apa yang saat ini aku rasakan.

Antoni tidak setuju dengan keputusan ku untuk menjual rumah itu, dan sekarang Oman marah kepada ku karena ide gila ini.

"Aku mau jual rumah dulu sebelum diambil Papa! Rumah itu hasil kerja keras Mama dan setahu aku rumah itu juga atas namaku, jadi aku bisa mengambil rumahku saat aku  berusia 17 tahun ... .. "

Aku mencoba menjelaskan kepada Oman, agar dia tidak menilai diriku sebagai anak yang durhaka.

"Hmmmm ... lalu Apa jawaban Antoni untuk masalah ini?" 

Oman bertanya kepada ku tentang keputusan Antoni. Aku hanya bisa terdiam dan terpana, aku teringat lagi kata-kata Antoni kepadaku tentang rumah.

Antoni ingin rumah itu tetap milikku, jika rumah itu atas namaku maka Papa pun tidak bisa mengambil rumah itu selama aku menyimpan surat rumah dan Papa tidak mengetahuinya.

"Anjani, aku tidak sok, tapi kuharap tindakan Lo ini, Lo harus memikirkannya lagi ...."

Oman hanya bisa menasihati diri ku, dia juga tidak mau membantu ku.

"Baiklah, Gue akan memikirkan semua ini kembali dengan sebaik-baiknya ..."

Dengan perasaan kecewa, aku menjawab Oman.

Kulihat Antoni yang sudah berdiri menungguku pulang di depan pintu gerbang, banyak anak cewek yang dengan senang hati menyambutnya .... perasaan sedikit panas ketika melihat Antoni selalu disayang oleh para anak cewek itu.

Siapa yang tidak mau mengenal Antoni, anak paling ideal di sekolah ini.

"Hhhhmmmmm .... ada yang cemburu rupanya ... !!"

Oman mengejek saya, saya lupa bahwa saya telah bergaul dengannya. Aku merasa malu jika dia melihat raut wajahku yang menunjukkan sedikit marah dan kesal kepada Antoni.

"Hiiih .. siapa lagi yang cemburu ... !! hebat sekali kalau aku cemburu! Masih banyak pria di dunia ini yang belum aku temui ... TAU .. !!" Dengan nada sombong, saya membalas ejekan dari Oman.

"Sungguh, Lo ingin mencari pria yang lain ??"

Tiba-tiba Antoni membalas kata-kataku, dia mendengar leluconku, membuatku berhenti dan sikapnya membuat rasa takut muncul di hatiku ... Aku menjadi takut jika dia akan marah dengan kata-kata ku.

"Anjani ... ayo jawab Antoni ... jangan seperti kriminal yang lagi ketangkep ! Loo ... sekarang bisa jadi gila, sekarang tutup mulut ... ha ha ha ha ....!" Lelucon Oman menambah keruh suasana saat ini.

============= °°° ============