webnovel

Segelas Jus Jeruk

Lima bulan telah berlalu. Semua murid kelas 12 mulai disibukan dengan persiapan untuk ujian nasional yang semakin dekat. Selama itu juga, Ali tak pernah bolos sekolah seperti biasanya. Namun Rania malah disibukan dengan kegiatan osis karena masa jabatannya akan segera berakhir.

Hubungan Rania dan Ali pun berjalan dengan sangat baik walau terkadang Ali selalu merasa kesal dengan Rania yang jarang menyempatkan waktu untuknya karena kesibukannya itu.

Kegiatan LDKS atau Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa untuk melatih calon-calon pengurus osis yang baru akan dimulai hari ini. Itu tandanya, Rania akan semakin sibuk mengingat ia adalah salah satu orang penting di organisasi siswa itu.

Upacara pembukaan LDKS telah selesai dilaksanakan. Semua murid calon pengurus osis pun mulai melaksanakan setiap kegiatan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh para panitia.

Rania yang bertanggung jawab untuk kelancaran acara bertugas sebaik mungkin agar semua acara dapat terselesaikan dengan baik. Ia bahkan rela ke sana kemari untuk mengendalikan setiap kendala agar tak menimbulkan kesalahan yang fatal yang dapat merusak acara yang diadakan. Rania juga bahkan seringkali meninggalkan waktu istirahat nya karena kesibukannya itu.

.

.

.

.

.

.

.

Istirahat...

Berbeda dengan staff osis yang sedang disibukan dengan kegiatannya saat ini. Semua murid kelas 12 yang lain justru belajar seperti biasa begitupun dengan Ali. Di waktu istirahat nya sekarang, ia hanya dapat melihat kekasihnya dari tempat duduknya di salah satu kursi kantin yang berhadapan langsung dengan lapangan tempat dimana Rania berdiri sekarang. Pandangannya tidak pernah lepas sedikit pun, ia terus mengikuti kemana kekasihnya ity melangkah. Dengan senyum yang tidak pernah pudar, batinnya selalu mengatakan jika wanita berambut panjang yang ia pandang sekarang benar-benar begitu cantik. Dan ia selalu bersyukur pada Tuhan karena telah menjadikan Rania sebagai miliknya.

Di tengah fokusnya ia menatap Rania, ketiga sahabatnya datang dan langsung mengagetkannya seketika.

"biasa aja kali ngeliatinnya, Al. Fokus amat" ledek Nadia yang disusul dengan tawa Rasti dan Aryo

Ali tak memedulikannya, matanya tetap fokus pada satu wanita dikejauhan sana. Karena merasa diabaikan, Rasti, Nadia, dan Aryo pun ikut juga melihat kegiatan para osis di lapangan.

"mereka hebat yah,, di cuaca panas gini masih mau dilapang. Apa untungnya sih jadi staff osis? Dibayar enggak cape iyah" ucap Nadia

"kayak aparat negara aja dibayar. Mereka itu dapet ilmu, Nad. Ilmu kepemimpinan. Ilmu yang gak diajarin secara langsung sama guru di sekolah. Ilmu non tertulis yang berguna untuk melatih kepemimpinan kita" jelas Rasti

"iya sayang, kamu gitu aja gak tahu" sambung Aryo yang langsung mendapatkan api kemarahan dari Nadia.

"ehh BTW, Rania cantik yah, Al. Udah mah pinter, berbakat, baik, berprestasi, cantik lagihh. Paket komplit banget sih" Nadia berkata dengan pandangan yang terus melihat Rania dengan rambut gerainya.

"pantes aja dia dijuluki bidadari sekolah. Kecantikannya unreal banget tahu gak" giliran Aryo yang memuji Rania, Ali langsung menoleh ke arah Aryo dengan tatapan sangat seakan ingin menerkam Aryo saat itu juga. Ali tak suka jika ada lelaki yang memuji Rania seperti itu.

Nyali Aryo langsung menciut kala itu juga. Ia pun langsung terdiam daripada membuat singa jantan marah.

"ohh ya,Al, kemaren Alena nelepon gue" ucap Rasti yang seketika mengalihkan perhatian Ali dan kini memandang Rasti dengan wajah bertanya-tanya. Bukan hanya Ali, Nadia dan Aryo juga ikut kaget mendengar ucapan Rasti.

"ngapain dia nelepon lo? " tanya Aryo

"iyah, tumben. Apa jangan-jangan dia mau pindah lagi ke Jakarta? " Nadia menduga-duga, sementara Ali sedari tadi hanya terdiam bak patung dengan perasaan yang mulai khawatir.

"dia nanyain kabar kita semua terutama lo, Al. Dan dia bilang dia udah beberapa kali nelepon lo, tapi handphone lo gak aktif" jawab Rasti

"kayaknya dia masih cinta deh sama lo, Al" ucap Nadia

Ali hanya terdiam. Ia tak ingin membahas orang yang selama lima tahun ini berusaha ia lupakan. Dan saat ia berhasil melupakannya kini, Ali berharap masa lalunya tak kembali karena ia telah menemukan pengganti yang jauh lebih baik sekarang.

"tapi Alena udah sehat kan, Ras? Kadang gue kasian sama dia, udah sakit parah, dan harus rela ngorbanin hubungannya sama Ali dan pindah ke luar negeri. Tapi---lo beneran udah ngelupain dia, Al? " tanya Nadia

Saat Ali akan menjawab, tiba-tiba saja Rania muncul dan duduk diantara mereka. Saking fokusnya, mereka bahkan tak menyadari kedatangan Rania saat itu.

"kalian ngobrolin apa sih? Kok pada serius gitu mukanya? " tanya Rania yang bingung dengan sikap teman-temannya itu, kemudian ia pun duduk bergabung bersama mereka.

"ohh kita--kita--lagi ngobrolin-----Aldo. Iyah Aldo. Iya kan? " jawab Rasti terbata-bata dengan tangan yang sedikit menyenggol tangan Nadia karena hampir saja mereka akan merusak hubungan Ali dan Rania.

Rania memang awalnya bingung dan sedikit curiga pasalnya teman-temannya itu tak pernah bersikap seperti ini seakan-akan mereka menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, ia tak ingin berpikiran negatif pada teman-temannya itu.

"tugas lo udah selesai, Ran?" tanya Aryo agar tak terlihat kaku

"kita semua istirahat dulu. Ohh yah kalian gak pesen makanan? " tanya Rania setelah menjawab pertanyaan Aryo.

"enggak kita udah kenyang kok. Ya udah kita duluan yah"

Aryo, Nadia, dan Rasti pun pergi meninggalkan Ali dan Rania berdua di kursi itu.

Beberapa menit kemudian masih tak ada perbincangan diantara mereka. Rania yang masih dengan wajah bingungnya dengan sikap aneh teman-temannya,bukan hanya itu Ali juga ikut bersikap aneh dan hanya membisu sedari tadi.

"Al, sebenarnya ada apa sih? Lagi nyembunyiin sesuatu yah dari gue? " tanya Rania pada Ali yang berada di sebelahnya.

Ali mulai tersenyum kaku. Hati dan pikirannya bingung apakah ia harus jujur pada kekasihnya tentang masa lalunya. Ia hanya takut jika Rania marah dan tak bisa menerimanya.

Ali memegang tangan Rania yang berada di atas meja dengan penuh senyuman.

"gak ada apa-apa. Kita lagi ngobrolin Aldo. Kita mau ngejenguk dia tapi kita gak tahu gimana caranya" jawab Ali kemudian

Rania menganggukan kepalanya tanda mengerti dengan jawaban Ali.

"gimana tugas lo?" tanya Ali

"lancar walaupun masih ada beberapa kendala" jawab Rania sambil mengambil segelas jus jeruk milik Ali kemudian meminumnya beberapa teguk menggunakan sedotan.

Ali mengusap-usap rambut Rania lembut. "lo pasti cape yah? " tanyanya kemudian

"iyalah. Udah cuaca nya panas kayak gini lagi"

"bener. Dan lo lihat tuh kulit lo jadi item gitu" ledek Ali

"enak aja. Gue mah putih dari dulu keles. Tapi gak papa juga sih item yang penting manis kan???" goda Rania dengan menaikan alisnya beberapa kali.

"manisan juga permen ini" Ali mengeluarkan sebutir permen dari dalam saku celananya kemudian membuka bingkusnya lalu memakannya.

"gue mau dong" pinta Rania dengan girangnya

"enggak ah. Kelas masih ada lagi, gue harus ngirit-ngirit nih permen " tolak Ali

"gue kan udah bilang jangan makan kalau lagi belajar di kelas"

"biarin"

"ihh dasar nyebeliiinnn" ucap Rania sambil memukul-mukul bahu Ali.

Keromantisan mereka disaksikan oleh banyak siswa di kantin itu. Ada yang merasa cemburu, baper, dan ada juga yang tak suka dengan mereka. Namun seakan dunia milik berdua, Ali dan Rania malah tak menyadari lingkungan sekitar yang memperhatikan mereka.

"lo pulang jam berapa? " tanya Ali setelah perkelahian romantis itu selesai beberapa menit yang lalu.

"sore deh kayaknya"

"mau gue tungguin? " tanya Ali

"gak usah. Kak Randy mau jemput soalnya"

"tumben"

"iyah. Sekalian dia juga mau ketemu pak kepsek buat tugasnya"

"ohhhhh"

Rania melihat jam di tangannya. Kemudian segera menghabiskan jus jeruk milik Ali tanpa sisa sekalipun.

"gue pergi yah. Bye sayang" Rania kemudian beranjak. Namun sebelum pergi, ia mengacak-acak rambut Ali terlebih dahulu.

Bukannya marah, Ali malah tersenyum lebar. Perlakuan-perlakuan kecil yang Rania lakukan terhadapnya justru menjadi bumbu-bumbu keindahan yang pasti tak akan pernah Ali lupakan.