webnovel

Orang Ketiga

Hari kedua kegiatan LDKS sedang dilaksankan. Para panitia seperti biasa kembali disibukan dengan tugas mereka masing-masing. Karena ada sebuah kendala yang cukup rumit, akhirnya semua para peserta dan panitia dan bahkan seluruh siswa diperbolehkan untuk istirahat lebih awal atas perintah guru. Bukan hanya senang, sorakan dan teriakan pun menggelegar kala semua murid mendengar pengumuman itu. Selain jam istirahat yang lebih awal, para siswa pun mendapat jam istirahat yang lebih panjang hari ini.

Karena perut yang sudah keroncongan meminta makanan, Rania pun langsung mengambil bekal makanan yang disiapkan ibunya di dalam tas kemudian menuju kantin dengan gembiranya. Beberapa kali ia mencari keberadaan Rasti dan Nadia. Namun mereka hilang entah kemana. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi sendiri.

Saat tiba di kantin, Rania menengok kesana kemari mencari seseorang sampai mata elangnya tertuju pada seorang cowok yang sedang duduk sendirian di meja paling pojok. Rania pun langsung mengembangkan senyuman dan menghampirinya.

"hai,Al" sapa Rania dengan sumringahnya kemudian duduk tanpa meminta izin cowok yang kini membalas senyumannya itu.

"lo gak makan?" tanya Rania sebelum membuka makanannya

Cowok dengan nama panggilan Al ini hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"kenapa? " tanya lagi Rania

"males aja"

"mau gue pesenin?"

"gak usah"

"masa gue makan sendiri sih. Kan gak seru "

"lagian lo ngapain ke sini? " tanya Ali dengan nada juteknya

"ya makanlah"

"gue kira lo gak bakalan kesini karena sibuk"

"buktinya gue ada disini sekarang"

"gue kan gak nyuruh" jawab cowok itu dengan wajah watadosnya

"ohh jadi lo gak mau gue disini. Ya udah gue pergi"

Saat akan beranjak, cowok bernama lengkap Ali Ardian itu langsung memegang tangan Rania untuk menghentikan niatnya.

"becanda. Serius banget sih lo"

Rania yang masih mengerucutkan bibirnya itu duduk kembali dengan mood yang kesal karena ulah pacarnya itu. Walaupun sikapnya terkadang membuat Rania kesal dan marah, namun disitulah hal yang membuat Rania bisa menyukai cowok berandal berparas tampan itu.

Saat Rania sedang sibuk dengan makanannya dan Ali yang sibuk dengan game di handphone nya, seorang siswi yang sepertinya peserta LDKS karena terdapat nametag di baju putihnya menghampiri mereka berdua. Hal itu pun otomatis membuat Ali dan Rania memandangnya bingung.

"kak, mau minta ijin. Tadi kan kita disuruh untuk meminta tanda tangan panitia, saya boleh gak minta tanda tangan kakak? " ucap siswi itu.

Ali langsung menatap Rania tajam. Rania tahu apa yang Ali maksud. Ia paling tidak suka jika ada yang menganggunya saat mereka sedang berdua apalagi saat sedang makan.

Rania tersenyum tipis kepada siswi dengan wajah yang masih polos itu. Kemudian ia mengambil buku dan menandatanganinya dengan cepat sebelum Ali marah dan mengusirnya.

Setelah mendapat tanda tangan Rania, bukannya siswi itu pergi malah memberikan buku itu pada Ali sehingga membuat Ali mengerutkan kepala bingung.

"apa? " tanya Ali kemudian

"minta tanda tangan kak" jawab siswi itu kemudian

Mata Ali mulai terlihat menahan emosi. Ia memang selalu sensitif terhadap hal-hal yang seperti ini.

Rania yang melihat Ali menahan emosinya langsung mengalihkan buku yang mengarah ke arahnya kemudian Rania tersenyum lebar kepada siswi itu.

"dia bukan panitia" ucap Rania kemudian

"ohh maaf kak" jawab siswi itu merasa bersalah sambil beberapa kali menundukan kepala ke arah Ali. Sementara Ali masih memasang wajah judes dan tidak sukanya kepada siswi yang menurutnya sangat lancang itu.

Karena Ali tak menjawab maka Rania yang menggantikannya dan segera menyuruh siswi itu untuk segera pergi. Bukan bermaksud mengusir tapi ia tidak mau jika siswi itu menjadi korban emosi Ali.

"Al, lo gak usahlah terlalu jutek gitu sama cewek. Kasian. Mereka pada takut sama lo" ucap Rania setelah kepergian siswi itu

"jadi lo pengen gue bersikap manis di depan semua cewek gitu? Lo yakin gak bakal cemburu? " tanya Ali

"ya gak bersikap manis juga kali. Nanti di gigit semut. B aja dong"

"B aja tuh kayak gimana? Gue kayak gini salah. Kayak gitu salah. Cewek tuh ribet yah"

Di sela-sela percakapan itu, siswi yang tadi meminta tanda tangan datang lagi menghampiri mereka. Ali pun hanya memasang wajah pasrah dan tak suka karena waktunya bersama kekasihnya diganggu.

"maaf kak, saya lupa nanya nama lengkap kakak" ucap siswi itu gugup

"ohh oke. Nama kakak Kanatta Rania Putri" jawab Rania yang tak lupa dengan senyumannya.

"makasih kak" jawab siswi itu kemudian pergi walau sempat sedikit melihat tampang judes Ali.

Rania hanya tersenyum lebar melihat Ali yang bete karena siswi itu.

"tuh anak gak bisa apa ya ngelihat orang lagi istirahat. Ganggu mulu" ucap Ali kesal

"jangan marah-marah mulu Al, nanti lo cepet tua"

"bodo"

"jutek amat sih"

"terserah lo deh"

Rania lagi-lagi hanya bisa tertawa melihat Ali yang benar-benar sangat kesal.

"lagian lo kenapa hari ini? Lagi kesel banget kayaknya?" tanya Rania

"lo gak nyadar? "

"apa? " Rania malah balik bertanya

"lo lihat dong, Ran. Cowok-cowok di sini pada ngelihatin lo. Gue gak suka ya rambut lo diiket gitu, gaya biasa aja kenapa sih" jawab Ali terlihat sangat kesal

Rania tersenyum. Jadi ternyata pacarnya itu sedang cemburu. Dan yah--memang rambut panjang Rania sengaja ia ikat karena dirinya selalu merasa gerah jika ada kegiatan seperti ini.

"oke oke. Gue minta maaf. Lo mau gue buka iket rambutnya sekarang? " tanya Rania

"percuma. Udah terlanjur "

"ya udah lo mau gue ngelakuin apa? " tanya Rania serius sambil memegang tangan Ali dengan tatapan saling mengunci satu sama lain.

Seakan waktu tak mendukung kisah mereka hari ini, seorang siswi berambut pendek datang. Dan tentunya hal itu malah menambah badmood Ali.

"kak boleh minta tanda tangan gak? " tanya siswi itu

Rania tersenyum lalu menoleh ke arah Ali dengan perasaan tidak enaknya. Sementara Ali, terlihat jelas di wajahnya jika kondisinya tidak baik-baik saja sekarang ditambah lagi bukan hanya satu orang yang menghampiri mereka, lebih dari sepuluh orang datang untuk meminta tanda tangan Rania sehingga membuat Ali semakin merasa risih.

"gue pergi aja deh" ucap Ali lalu segera beranjak

Rania sebenarnya ingin menyusul, namun karena tugasnya ia harus mengurungkan niatnya.

Pukul delapan malam....

Rania kembali ke rumahnya sekitar tiga jam yang lalu. Setelah memiliki banyak kegiatan di sekolah yang menguras tenaganya, ia juga harus tetap pergi ke tempat bimbel seperti biasanya. Dan tentunya hal itu pun membuat rasa lelah di tubuh Rania semakin terasa.

Rania melihat jam beker di meja belajar nya yang baru menunjukan pukul delapan malam. Rania pun membuka ponselnya. Melihat history panggilan barangkali Ali memanggilnya namun realita tak sesuai dengan harapannya. Sama sekali tak ada satu pun panggilan dari kekasihnya itu. Tak ingin menyerah, Rania kemudian membuka aplikasi whatsapp untuk mengeceknya, dan ternyata hasilnya pun tetap sama. 'apa Ali masih marah sama gue?' tanya Rania dalam hati.

Karena tak ingin terus terjebak dalam perasaan bersalahnya. Rania pun mencoba untuk menelepon pacarnya itu.

Tuutt tuutt tuutt

Satu panggilan tak terjawab.

Rania mencoba kembali menekan nomor Ali di handphone nya. Dan kali ini, ia pun mengangkat teleponnya.

"hallo, Al" sapa Rania

"hmmm" Ali hanya menjawab singkat. Rania tahu jika Ali masih kesal padanya.

"lo lagi dimana? " tanya Rania

"di basecamp"

"sama siapa? "

"temen-temen" lagi-lagi Ali menjawab dangat singkat dengan nada dinginnya.

"bisa ketemu gak? "

"buat apa? "

"gue mau ngomong sesuatu sama lo"

"sekarang aja"

Rania menarik napasnya sejenak.

"lo masih marah sama gue? Sorry.... " tanya Rania yang diakhiri dengan perkataan maaf

"enggak"

"gak usah boong deh. Cara bicara lo aja kayak gitu" elak Rania

"ya terus gue harus gimana Rania? "

"ya kalau misalkan masih kesel bilang aja masih kesel "

"kan gue udah bilang enggak"

"tapi cara bicara lo kayak gitu Al, kayak masih kesel gitu"

Terdengar Ali menghembuskan napasnya kasar. Hening sejenak diantara mereka.

"gue gak kesel. Gue cuma gak suka aja liat lo kayak sengaja banget bikin cowok-cowok ngelirik lo. Gue kan udah pernah bilang, gue mau lo jaga perasaan gue" ucap Ali yang mulai mengeluarkan unek-uneknya.

"gue gak bermaksud gitu kok, Al. Sama sekali enggak"

"gue percaya kok"

"terus sekarang lo masih marah? " tanya Rania

"kan gue udah bilang enggak "

"serius? " tanya Rania memastikan

"iyah"

"kok kayak gak ikhlas gitu sih"

" ya terus gue harus gimana SAYANG? " Ali menekankan kata sayang kepada Rania dan tentunya hal itu pun berhasil membuat Rania tersenyum kali ini.

"lo harus jemput gue besok pagi oke" ucap Rania kemudian

"jemput ke mana? "

"ke sekolah lah. Emang lo gak mau ke sekolah besok? "

"maksud gue tuh jemput ke rumah lo gitu? "

"ya iyalah"

"serius? "

"iyahh" jawab Rania tegas

"ohh oke"

Rania tersenyum lebar. Kemudian tak lama setelah itu ia menguap, matanya mulai kantuk. Tubuhnya yang serasa remuk ingin segera istirahat. Rania berpikir jika Ali tidak akan mendengarnya menguap, namun malah sebaliknya.

"lo udah ngantuk? " tanya Ali di kejauhan sana

"ahh iya nih, badan gue serasa remuk semua" jawab Rania sambil memijat bahu kanannya yang terasa sangat pegal.

"ya udah mending lo istirahat " suruh Ali

"iya kayaknya. Ya udah--gue tidur ya"

"iyah"

"lo jangan kebanyakan begadang. Oke"

"iyah"

"bye sayang. Love you"

"love you too"

Rania mematikan teleponnya lalu menyimpan ponselnya itu di atas meja belajar nya. Kemudian Rania segera membaringkan tubuhnya di kasur empuk kesayangannya dan bergelut dengan mimpi-mimpinya malam ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

👉Karena hidup itu bukan bagaimana cara kamu agar terlihat baik, karena bersikap apa adanya itu jauh lebih baik.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!!!