"Taya? Apa yang terjadi? Bunyi apa itu? Aku masuk, ya?" sahut Biserka kembali.
"Aneh, kenapa Mataya lama sekali mengizinkanku untuk masuk ke dalam kamarnya. Lalu ... suara ribut itu benar-benar berasal dari dalam kamar Mataya, kan? Apa aku salah dengar?" gumam Biserka pelan sembari bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
'Dasar Benvolio, sialan! Bisa-bisanya dia menabrak pot dan vas-vas kesayanganku! Awas saja kau!' gerutu Mataya dalam batinnya. Mulutnya tak henti-hentinya menyumpah-serapah pria yang sekarang berada di balkon nya tersebut.
"Tunggu sebentar, Bis." Mataya dengan cepat menyembunyikan jam tangan milik Benvolio yang tergeletak di atas nakas, dan di taruh nya di kantung piyama pakaiannya.
"Masuklah," sambung Mataya kemudian, mempersilakan saudari kembarnya untuk masuk.
Biserka lantas segera membuka pintu dan menjajakan kakinya masuk ke dalam ruang tidur Mataya setelah mendapatkan persetujuan dan juga izin dari pemilik ruangan nya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com