Dadaku rasanya masih sesak mengingat kenyataan yang baru saja aku terima. Ada permainan apa antara Mas Denis, Aisha, dan Mama Amberly. Sampai mereka sebegitu tega padaku, setidak suka itukah mereka hingga berniat menyingkirkanku secara halus.
Aku tidak mau pusing karena masalah ini. Seperti biasanya cuma Danisya tempatku bersandar. Malas bertemu dengan Mas Denis, aku mengirimkan berkas via ojek online saja. Mas Denis emosi mengirimkan pesannya dan aku tidak pedulikan.
Sesampainya di kantor pikiranku kacau jangan fokus mengerjakan tugas. Menatap layar ponsel saja mataku terasa sangat pusing. Beberapa kali aku menundukkan kepala ke meja, mata berat ingin menangis. Tapi malu karena ada Pak Anton saat ini.
"Dinda, kamu sakit?" tanya Pak Anton.
"Nggak Pak," jawabku singkat.
"Kenapa dari tadi gelisah saya perhatikan," kata Pak Anton.
"Maaf, ada yang sedang saya pikirkan, Pak. Maafkan saya," ucapku.
"Hati-hati dalam bekerja," kata Pak Anton.
"Baik, Pak," jawabku.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com