178
Pagi hari aku terbangun dengan posisi membelakangi Pak Anton si pria menyebalkan. Perkataan yang semalam sangat menyakitkan hingga membuatku kesal dan meninggalkannya dengan tidur begitu saja. Tidak lama setelah aku bangun, Pak Anton juga ikut terbangun tapi kemudian pria itu menarik lagi selimutnya.
"Kok, nggak bangunin suaminya buat salat subuh?" tanya Pak Anton.
Astaghfirullahaladzim wa atubu ilaihi! Aku baru ingat sesuatu, kenapa semalam mau menikah dengan dia. Padahal sebelumnya aku tahu, dia tidak beragama. Aku langsung loncat hingga menabrak dinding yang bersebelahan dengan kamar Ambu.
"Ehem ehem, Neng Dinda, jangan kencang-kencang nanti rumah Ambu roboh." Suara Ambu lebih mengagetkanku, ya aku lupa kamu sudah bangun di jam segini.
"Nggak Ambu, ini Dinda kena mukena keinjak. Maaf Ambu," teriakku panik.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com