webnovel

Bab 15* Kesadaran Bu Resty*

Seketika Randy dan Clarissa saking berhadapan dan menoleh ke arah pintu yang ternyata di sana telah berdiri sosok lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya. Clarissa pun tidak jadi menerima suapan nasi dari Randy karena sesendok nasi yang di sodorkan oleh Randy justru di makan sendiri akibat kaget mendengar suara lelaki dari arah pintu yang tak lain adalah Dokter Edward. Sedangkan wajah Clarissa berubah menjadi pusat pasi.

"Clarissa, aku cuma ingin memberi kabar baik untukmu. Saat ini Ibumu sudah sadar dari komanya, " ucap Dokter Edward sambil melirik Randy dengan tatapan mata yang sinis.

"Apa benar Dok? Syukurlah, sekarang aku ingin menemui Ibu. Bawa aku ke sana Ran! " sahut Clarissa yang kegirangan sambil memegang tangan Randy.

Ketika Dokter Edward melihat Clarissa memegang tangan Randy, dia memendam rasa cemburu. Karena selama ini dia telah memendam rasa cinta juga kepada Clarissa selama merawat dari koma sampai sekarang ini yang sudah mulai sehat. Dokter Edward pun tidak melontarkan kata-kata lagi dan langsung membalikkan badan dengan pasang muka yang sedih dan keluar dari ruangan Clarissa.

Sedangkan Clarissa tidak menyadari akan ekspresi wajah Dokter Edward yang telah di buat cemburu olehnya. Di sisi lain, Randy pun merasa bahagia saat tangannya di genggam oleh Clarissa. Ketika Randy hendak menurunkan badan Clarissa dari atas ranjang, datanglah Intan yang baru selesai mandi.

"Wih! Pada mau ke mana nih! Aku ikutan dong, " sahut Intan sambil membungkus rambutnya yang baru saja dia keramas dengan handuk kecil.

"Ini, Ibu sudah sadar. Aku dan Randy mau ke ruangan Ibu dulu, " balas Clarissa dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Ya ya ya! Aku ikutan. Ayo sekarang, " sahut Intan dengan penuh semangat.

Kini mereka bertiga mulai berjalan menuju ruangan Bu Resty. Rasa bahagia dan lega di hati Clarissa begitu besar mendengar orang tua satu-satunya yang dia miliki saat ini akhirnya sadar juga setelah menanti lama. Karena ruangan Bu Resty dengan ruangan Clarissa tidak begitu jauh, akhirnya mereka bertiga sampai juga di ruangan yang penuh dengan alat-alat medis.

Di sana sudah ada Dokter Edward yang sedang memberi minum Bu Resty pakai sedotan. Melihat bayangan hitam dari arah pintu, Bu Resty pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Yang tadinya melihat ke arah gelas, pandangannya langsung berubah ke arah pintu dengan sepasang mata yang berkaca-kaca.

"Clarissa? Anakku? " ucapan lirih yang keluar dari mulut Bu Resty dengan di iringi deraian air mata.

Mendengar suara Ibunya, Clarissa pun langsung menghampiri ke arah ranjang Bu Resty dengan di dorong oleh Randy. Lagi-lagi Dokter Edward pun merasa tidak suka melihat kedekatan Randy dengan Clarissa. Dia pun langsung pamit kepada Bu Resty untuk keluar ruangan tanpa melihat ke arah Clarissa dan teman-temannya. Sedangkan Clarissa langsung mengusap wajah Ibunya sambil menangis.

"Ibu! Aku bahagia sekali akhirnya Ibu sudah sadar juga, " ucap Clarissa yang di iringi isakan tangis sampai-sampai, nafasnya ikutan sesak akibat air mata yang dia keluarkan terlalu deras.

"Clarissa, Ibu sekarang sudah sadar dan bisa melihat kamu. Kamu jangan menangis lagi ya, terus Danes kemana? Kok, kamu di dorong oleh Randy? Ada Intan juga? " tanya Bu Resty yang penasaran.

Seketika Randy dan Intan hanya saling berpandangan dengan tatapan yang sedih sedangkan Clarissa,setelah mendengar ucapan Ibunya, dia segera menjelaskan karena yang ada di pikirannya bahwa Ibunya juga harus mengetahui sebenarnya.

"Ibu, mulai sekarang jangan tanyakan Mas Danes lagi ya, pasti suatu saat nanti aku bisa bertemu jodoh yang baik tanpa ada maksud tertentu, " Clarissa memulai pembicaraan dari pertanyaan Ibunya dengan nada setenang mungkin.

"Apa maksudmu Nak? Kamu mau berpisah dengannya? Bagaimana dengan cucu? Kalian kan baru saja menikah? Kenapa harus berpisah? Danes kan baik, mau memilih yang seperti apa sih Nak, kamu? " rentetan pertanyaan telah di lontarkan dari mulut Bu Resty kepada Clarissa yang berhasil membuat hati Clarissa merasa bersalah karena impian Ibunya yang ingin menggendong cucu segera sirna. Di sisi lain, dirinya harus menjelaskan semuanya karena jikalau tidak, pastinya Ibunya pasti selalu mengharapkan. Dengan mengatur nafas, Clarissa pun mulai menjelaskan semuanya.

"Ibu, Mas Danes tidak yang seperti Ibu kira. Ternyata dirinya hanya memanfaatkan uangku saja. Bahkan, di balik mulut manisnya yang selalu mengajakku menikah secara mendadak dan dia beralasan ingin berpacaran denganku setelah menikah, itu semua hanya omong kosong. Itu semua telah di rencanakan karena dia memiliki banyak hutang dan dia terus di tagih oleh rentenir itu. Makanya, dia langsung menikahiku. Dia anggap aku wanita yang mudah di bodohi, namun sayangnya aku tidak semudah itu. Dia juga telah mencuri liontin pemberian dari Nenek Bu, pasti dia telah menjualnya karena itu liontin kan mahal. Aku bukan masalah hilangnya, namun masalah kenangan dari Nenek, " balas Clarissa sambil menangis dan mengakhiri ucapannya.

"Tidak hanya itu Tante, dia juga yang telah merencanakan kecelakaan mobil Clarissa yang menyebabkan Tante dan Clarissa berada di sini. Bahkan, dia juga telah menghilangkan nyawa perawat Tante, " sambung Intan meneruskan penjelasan dari Clarissa.

Melihat penjelasan dari Clarissa dan Intan, air mata Bu Resty mulai berjatuhan. Rasanya dia masih tidak menyangka jika menantunya yang selama ini telah dia anggap menantu yang paling baik dan mengerti tentang hukum agama, justru ingin melenyapkan nyawanya. Akhirnya, dengan nada emosi, dia pun mengeluarkan suara.

"Mulai sekarang, dia mau kamu tinggalkan atau tidak, pokoknya urus langsung perpisahan itu. Satu lagi, jangan lupa penjarakan dia! " sahut Bu Resty dengan nada yang penuh emosi.

Clarissa yang telah merancang pembalasan dengan perlahan, akhirnya dia menjelaskan kembali kepada Ibunya dengan sedetail mungkin.

"Tidak Bu, aku tidak akan meninggalkannya sekarang. Untuk saat ini, yang aku inginkan hanyalah balas dendam kepadanya. Dia harus merasakan penderitaan dulu. Dia juga telah menganggapku sudah meninggal. Rasanya, jika hanya meninggalkan tanpa kesan aku belum puas, " sahut Clarissa dengan nada yang penuh semangat.

Mendengar penjelasan dari putrinya, Bu Resty pun hanya diam dan mengangguk paham. Dia yakin bahwa putrinya, sosok wanita yang cerdas dan sabar. Ketika Carissa dan Bu Resty saling beradu pandang, dering ponsel milik Intan pun berbunyi dengan keras dan memecah ketegangan akibat perbincangan tadi. Intan pun segera mengambil ponselnya yang ada di dalam tas dan melihat siapa nama yang telah menelfonnya.

"Clarissa! Danes telfon. Dia video call nih, bagaimana ini? " tanya Intan dengan panik.

Clarissa pun panik karena posisi saat ini Intan berada di Rumah Sakit. Pastinya Danes akan menemui Intan dan menanyakan alasan kenapa saat ini dia berada di Rumah Sakit. Suasana yang tadinya sudang tenang, kini berubah menjadi tegang kembali. Di tambah lagi, ponsel Intan yang terus berdering tanpa henti. Sedangkan Clarissa pun segera mencari cara untuk mengatasi kepanikan dengan ketenangan.