webnovel

Bab 14 *Menakut-nakuti*

Danes pun segera mencari cara agar Intan tidak menanyakan apa yang telah di ucapkannya saat dia berteriak tadi dalam keadaan ketakutan dan tanpa sadar. Seketika dia menceritakan hal mistis yang baru saja dia alami kepada Intan.

"Sebenarnya kamu tadi hanya salah mendengar Intan, soalnya tadi aku asal ucap dan perkataan yang keluar dari mulutku tidak ada yang ku sadari karena emang asal-asalan. Kamu harus tau jika Clarissa menjadi hantu. Aku saja di kunci di kamar ini barusan, loh! " ucap Danes dengan tatapan mata yang masih panik.

Intan yang mendengar ceritanya pun hanya bisa menahan ketawa dan berinisiatif mengerjai Danes dengan menambahi ucapan yang bisa membuat hati Danes semakin ketakutan.

"Em, Mas Danes tau nggak, aku pernah dengar cerita orang kalau korban kecelakaan yang tidak wajar itu, kebanyakan gentayangan loh! Awalnya aku tidak percaya, namun itu kenyataan ketika tetangga sebelah rumahku suaminya menabrak seseorang sampai orang itu meninggal dan kabarnya tetanggaku itu tidak bertanggung jawab alias kabur begitu saja saat selesai menabrak si korban.Eh, Mas tau nggak, suaminya itu terus di hantui sama si korban. Sampai-sampai di bawa ke Rumah Sakit Jiwa karena selalu berteriak-teriak nggak jelas. Ih, seram sekali pokoknya! Semoga istri Mas Danes memang kecelakaan karena murni takdir dan nasib ya, semoga saja kecelakaannya tidak ada sangkut pautnya dengan kejahatan orang, " Intan berkata dengan ucapan yang menyindir karena memang dia sangat kesal kepada Danes.

Mendengar ucapan Intan, hatinya semakin gelisah dan menganggap cerita Intan ada benarnya juga. Apalagi yang ada di dalam mobil ada tiga orang. Di dalam hatinya semakin tidak karuan dan menganggap bahwa pasti akan ada tiga hantu yang akan datang menghantuinya. Namun, sebisa mungkin perasaan itu dia tepis karena dia mengingat jika ini adalah zaman modern yang menurutnya sudah tidak ada hal mistis. Dia pun menanggapi ucapan Intan dengan nada yang di paksa santai.

" Aduh, berarti tetangga kamu kejam sekali ya Intan cantik, kok begitu tega tidak bertanggung jawab habis di tabrak malah kabur. Berarti ya itu karma baginya, "balas Danes dengan sedikit senyuman yang di paksakan.

Mendengar ucapan Danes, hati Intan terus bergumam.

" Ya, semoga kamu juga dapat karmanya ya, kamu saja jahat banget kok, pakai acara ngomongin orang jahat, haduh! Memang Danes ini benar-benar tidak mengaca! "gerutu Intan di dalam hati. Setelah berbincang dengan Danes dengan singkat, Intan pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai larut malam. Danes pun memberikan ucapan terimakasih kepadanya karena sudah perhatian dan menjenguknya.

Setelah pamit, Intan segera menuju jalan di depan rumah Clarissa yang sudah ada Randy untuk menjemputnya di sana. Sesampainya di dalam mobil, Randy pun penasaran mengenai hal tadi.

" Intan, bagaimana kejadian tadi? Kamu ketahuan jika tidak berada di kursi depan kamar tamu itu? "tanya Randy yang penasaran.

" Tenang saja, Danes ternyata menyebut jika dirinya telah di hantui oleh Clarissa. Dia memang benar-benar keterlaluan ya, sudah menganggap telah menganggap teman baik kita meninggal. Biarlah, sementara waktu dia menganggap Clarissa meninggal dulu. Ini justru malah kesempatan bagus untuk Clarissa untuk membalaskan perbuatannya secara perlahan, "balas Intan dengan senyuman yang mengembang.

Mendengar penjelasan dari Intan, Randy pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Dia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke Rumah Sakit tempat Clarissa di rawat. Hanya memakan waktu lima belas menit untuk sampai Rumah Sakit karena jarak dari rumah Clarissa memang lumayan dekat. Setelah sampai di ruangan Clarissa, barulah Intan menceritakan semua kejadian yang ada di rumahnya malam ini.

" Astaga Intan, kamu memang pintar sekali! Aku tidak menyangka jika Danes memang telah menganggapku sudah tidak ada. Em, bagaimana dengan perhiasanku, kalian dapatkan? "tanya Clarissa dengan penasaran yang memang dari tadi Randy belum sampai di Rumah Sakit karena dia berada di warung kopi yang letaknya tidak jauh dari rumah Clarissa sambil menunggu kode dari Intan yang memintanya untuk menjemput ketika ingin pulang dari rumah Clarissa jika sudah selesai.

"Kamu tenang saja Clarissa, perhiasan itu ada sama aku. Ini ku berikan untukmu, " balas Randy dengan menyodorkan kantong hitam kepada Clarissa.

Clarissa menerima kantong itu dengan senyuman dan dia segera membukanya untuk melihat isinya di dalam apakah masih utuh atau sudah berkurang. Dia pun mengingat-ingat lagi perhiasan model apa saja yang telah dia koleksi saat Ayahnya masih hidup. Sepasang matanya membulat karena liontin kenangan dari Neneknya tidak ada. Melihat ekspresi Clarissa berubah menahan emosi, Intan menatap Randy dan dengan rasa sedikit takut, Intan pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Clarissa, apa kamu marah? Kenapa ekspresimu berubah ketika menghitung jumlah emas yang ada di dalam kantong itu? Sungguh! Kami berdua tidak mengambil emasmu secuil pun. Bahkan, tadi ketika kami mengambil perhiasanmu, ada Bi Asih juga kok, dia juga bersedia membantu kita semua dalam menjalankan misi balas dendam ini, " tanya Intan yang dirinya sedikit gemetar.

"Intan, kamu tidak perlu takut. Kamu juga Randy, saya sudah curiga sama Mas Danes. Ini semua pasti ulahnya. Dia itu, sebenarnya punya hutang yang banyak kepada seseorang. Pasti perhiasanku sebagian sudah di jual untuk membayar hutang-hutangnya. Aku sekarang baru mengetahui bahwa aku di nikahi lantaran dia di tagih-tagih sama rentenir. Bahkan, aku pernah mendengar ucapannya saat aku pura-pura tidur, bahwa dia pernah menjabat sebagai Direktur namun perusahaan tempat dia bekerja bangkrut. Intinya begitu, aku juga tidak tau yang sebenarnya, " ucap Clarissa dengan perkataan yang menjelaskan.

Mendengar penjelasan dari Clarissa, membuat hati Intan dan Randy terasa lega. Intan pun langsung pamit kepada Randy dan Clarissa untuk mandi di ruangan rawat inap Clarissa yang memang dia telah bersepakat dengan Clarissa untuk menjaganya selama di Rumah Sakit. Ketika Intan sudah pergi, Randy mendekat di samping tubuh Clarissa. Dia menatap wajah Clarissa yang natural tanpa make up dengan penuh harapan yang sebenarnya dia menyimpan rasa untuknya tapi, dia selalu berpikir bahwa dia hanyalah seorang pegawai biasa sedangkan Clarissa seorang pemilik perusahaan. Perbedaan posisi kedudukan itulah yang membuat Randy selalu minder untuk menyatakan cintanya kepada Clarissa. Namun, sesekali dia menyatakan kalimat perhatian untuk Clarissa.

"Clarissa, aku lihat sekarang, wajahmu sudah sedikit gembira dan tidak pucat. Semoga kamu lekas sehat kembali ya, sini!aku suapin makan malam kamu. Jangan pernah kamu mengosongkan perut ya, aku tidak ingin jika asam lambungmu menjadi naik, " ucap Randy dengan perkataan perhatiannya kepada Clarissa.

Mendengar ucapan Randy, Clarissa pun hanya tersenyum sambil mengangguk dan menerima suapan nasi dari Randy. Sedangkan Bu Resty, saat ini masih belum sadarkan diri juga dan mendapatkan perawatan khusus dari Dokter Edward di ruangan khususnya. Ketika mereka saling bergurau karena Randy menyuapi Clarissa dengan perlakuan yang seperti sedang menyuapi anak kecil, di tambah sedikit godaan-godaan kecil, sampai-sampai mereka tidak menyadari jika ada yang membuka pintu ruangannya dan orang itu sudah berdiri untuk menyaksikan keseruannya dalam bergurau.

"E-hem, apakah saya boleh ikutan bergurau? " suara seseorang yang baru datang memecah gurauan Clarissa dengan Randy sehingga mereka langsung terdiam.