webnovel

Bad Girl VS Bad Boy

Gue Andrea Kellisha Winanta, cewek petakilan dan ga bisa diam. Senakal - nakalnya gue, gue ga suka sama yang namanya alkohol dan rokok. Kalau sampai gue liat cowok nge-rokok atau minum, sifat preman gue keluar. Hari pertama gue jadi siswi di SMA Jingga, gue lihat segerombolan cowok di kantin dan itu pun masih jam pertama. Sebenarnya waktu itu gue di hukum gara - gara terlambat sekolah. Tapi bodo amatlah, dan yah... sekarang gue di kantin lihat segerombolan cowok itu di meja pojokan, dan salah satu dari mereka nge-rokok. Gue sih ga masalah mereka bolos toh biasanya dulu pas SMP gue bolos, tapi ini salah satunya ada yang nge-rokok. Karena gue benci banget, mulai saat itu gue mulai ngibarin bendera perang. Dan saat itu hidup gue yang awalnya biasa aja, sekararang jadi luar biasa. maksud gue er... LUAR BINASA. Cover : Pinterest (Avatar Fan art)

SpringLoveyy · Adolescente
Classificações insuficientes
227 Chs

Chapter 4

Hari ini ia merasa lebih baik, Kelli mematut dirinya di depan cermin. Ia memakai dasi, memakai sabuk juga tapi baju masih di keluarkan. Tidak lupa roknya masih kependekan dan sepatunya tentu tidak hitam, kali ini warna kuning. Sangat mencolok.

Kelli turun ke lantai bawah. Disana ia dapat melihat mamanya menyiapkan sarapan untuknya. Ia senang mamanya bisa membuatkannya sarapan, karena biasanya yang memasak sarapan atau makan siang bahkan makan malam itu Bi Iyah.

"Pagi ma." Kelli menghampiri mamanya.

Mamanya tersenyum hangat. Sudah lama sekali ia tidak makan bersama dengan mamanya. Sejak papa nya meninggal, mamanya itu berperan sebagai papa dan mama sekaligus bagi Kelli. Perempuan itu sangat bangga dengan mamanya yang begitu kuat, hingga terkadang lupa untuk istirahat karena terlalu asyik dengan pekerjanya.

Papa Kelli memiliki restauran yang sudah memiliki cabang dimana - mana, dan sekarang mama nya yang mengola itu semua. Walau begitu, Kelli tentu tidak munafik jika ia berharap bahwa mamanya itu selalu ada waktu untuknya. Ia tidak bisa menjadi perempuan yang baik dan terlalu naif. Ia butuh kasih sayang orang tuanya. Untuk apa ia sekarang menjadi seperti ini? untuk menarik perhatian mamanya dan juga melampiaskan sakitnya karena seseorang. Seseorang yang meninggalkannya.

"Kell, mama hari ini mau berangkat ke luar kota mengurus restaurant yang ada disana" Ucap mamanya tegas.

"Terserah " Seketika Kelli kehilangan seleranya untuk makan. Ia bangkit berdiri, meninggalkan mamanya yang duduk di ruang makan seorang diri.

Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Untung saja ia bangun pagi hari ini. Karena jika ia bangun kesiangan pasti ia tidak bisa bertemu mamanya, dan mamanya berangkat pagi pulang malam. Tapi yang ia dapat mamanya mau pamit pergi ke luar kota, hal itu membuatnya kesal sekali. Ia sangat tahu betul bahwa mamanya bekerja untuk dirinya, tetapi Kelli juga masih anak - anak yang butuh kasih sayang orang tua.

Sesampai di sekolah, Ia berjalan ke arah kelasnya. Ia menelungkupkan wajahnya di atas lipatan tangannya. Ketika rasa ngantuk menghampirinya, ia menyadari ada yang mengelus kepalanya. Hal itu membuatnya terkejut dan mendongak melihat orang yang berani - berani menyentuh rambutnya. Dan tentu saja itu membuatnya terkejut, karena ia tidak menyangka laki - laki di depannya ini mengelus kepalanya untuk yang kedua kalinya.

"Lo ngapain? " tanya Kelli dengan tatapan sinisnya, Reyhan menaikkan alisnya.

"Gue? Emang gue kenapa? " tanya Reyhan balik

"Lo pegang - pegang gue," ucap Kelli sinis, membuat Reyhan menyeringai.

"Lo geer lagi, lo jadi cewek jangan terlalu berharap. Gue nggak tertarik sama lo. Di kepala lo tadi ada daun kecil yang nyangkut," jawab Reyhan tidak masuk akal, membuat Kelli mencibir.

"Ikut gue." Reyhan menarik Kelli keluar dari kelas, membuat perempuan itu memberontak. Tapi Reyhan tidak menyerah, ia menyeret Kelli ke arah parkiran. Masih sepi, tidak ada seorang pun.

"Mana kunci mobil lo? " tanya Reyhan, Kelli menyerahkan kunci mobilnya. Perempuan itu mengerti maksud Reyhan sekarang, ia tidak memprotes itu. Karena ia juga butuh bolos hari ini, lagi pula Kelli bukan anak sebaik itu. Kelli bukan anak perempuan baik dan patuh. Kelli sudah biasa membolos waktu SMP. Jadi ia sudah terbiasa.

"Motor lo gimana?" tanya Kelli lagi,

"Tenang aja, ntar biar dibawa Vion. Kuncinya juga udah gue taruh di laci yang ada di pos satpam sekolah." Kelli mengangguk, keduanya sibuk dengan pikiran masing - masing. Sesekali Kelli melirik ke arah laki - laki disampingnya, ia memperhatikan wajah Reyhan yang sibuk di balik kemudi.

Laki - laki itu berjambul, memiliki alis tebal, mata tajam, hidung macung, bibir merah tipis dan rahang yang tegas. Kelli terkejut, ternyata laki - laki itu memiliki bulu mata yang lumayan lentik. Kelli mengalihkan pandangannya ketika mendengar Reyhan berdeham lalu tersenyum tengil, saat itu juga perempuan itu menyadari bahwa ia ketahuan memperhatikan wajah Reyhan yang nyaris sempurna.

Kelli membenarkan duduknya supaya lebih tegap. Ia pura - pura sibuk memperhatikan jalan, tapi entah kenapa matanya ingin melihat lagi wajah Reyhan. Kelli menyibukkan dirinya dengan ponsel di tangannya, ada satu notifikasi pesan yang membuatnya kesal.

Mama : Kell, mama berangkat.

Setelah membaca pesan masuk, tanpa membalasnya ia mematikan ponselnya. Rasanya ia ingin menangis, tapi tidak mungkin ia menangis di depan laki - laki tengil itu. Semarah apa pun Kelli, ia tidak akan menangis. Tapi jika ia sampai ingin menangis, berarti ia sudah benar - benar marah dan bingung cara meredakannya. Apalagi soal mamanya, itu adalah hal sensitif untuknya. Kelli berusaha mengerjapkan matanya, menghalau agar air matanya tidak turun.

Mobilnya berhenti, Kelli langsung keluar dari mobil meninggalkan Reyhan yang menggerutu kesal. Kelli terkejut melihat pemandangan di depannya. Ia memandang sekeliling, Kelli tidak berhenti berdecak kagum. Matanya berbinar, Reyhan bisa melihat itu. Perempuan di depannya terlihat senang. Saat menyadari jika di tatap laki - laki yang berdiri disampingnya, ia berjalan menjauhi Reyhan. Ia tidak ingin laki - laki itu tahu jika pipinya bersemu.

"Lo ada masalah?" tanya Reyhan setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Kelli. Bukannya menjawab, perempuan itu mendudukkan dirinya di atas pasir pantai. Ya, mereka di pantai sekarang. Reyhan ikut mendudukkan dirinya di samping perempuan yang kini diam membisu dan menatap laut dengan pandangan kosong.

"Gue selalu kesini, apa lagi kalau gue lagi ada masalah," ucap Reyhan, kali ini laki - laki itu tersenyum sendu dan terlihat rapuh. Kelli mengerjapkan matanya, ia takut salah lihat. Ternyata laki - laki arogan seperti Reyhan mempunyai masalah yang rumit, terlihat dari raut wajahnya. Laki - laki itu terlihat punya masalah yang cukup serius. Kelli pikir, laki - laki arogan semacam Reyhan pasti memiliki kehidupan yang nyaris sempurna dan tentu saja membuat orang lain iri. Reyhan menatap Kelli yang juga sedang menatapnya.

"Lo bisa teriak ngelampiasin semua amarah yang lo tahan disini. Tenang aja, lo nggak bakal kena amuk massa gara - gara lo teriak. Pantainya sepi, karena ini bukan hari libur." Reyhan menatap perempuan di sampingnya seraya terkekeh. Kelli tersenyum tipis, matanya menerawang jauh. Andai papa nya masih hidup, ia tidak akan seperti ini. Andai jika waktu itu ia tidak membiarkan papanya kerja, pasti tidak akan seperti ini. Kata andai memenuhi kepala Kelli.

"Ada kalanya bersikap sok kuat dan seolah baik - baik aja, walaupun hancur. Tapi ada kalanya juga melepaskan semuanya. Melepaskan beban yang menekan tepat di pikiran dan hati kita. Menangis bukan berarti lemah. Selama ini kebanyakan orang bilang kalau menangis itu lemah, tapi mereka salah. Justru menangis membuat beban lo berkurang." Mendengar penuturan Reyhan yang panjang tapi mengena itu membuat Kelli menoleh menghadap laki - laki di sampingnya. Reyhan memandang lurus, dengan tatapan sendu. Siapa pun bisa tahu dan mengerti betapa muramnya laki - laki itu sekarang. Kelli bisa merasakannya.

Kelli berdiri, ia berlari ke arah bibir pantai. Ia berteriak, mengeluarkan apa yang selama ini yang ia rasakan. Lututnya lemas, ia jatuh terduduk. Tapi beban di pundaknya kali ini lebih ringan. Reyhan yang melihat Kelli terduduk, ia menghampiri perempuan itu.

"Gimana?" tanya Reyhan, Kelli tersenyum lemah.

"Makasih," ucap Kelli tulus seraya tersenyum lebar, sedangkan Reyhan tertegun melihat senyuman lebar yang tercetak diwajah Kelli.

Reyhan menggendong perempuan itu, karena ia mengerti perempuan ini lemas. Kelli berusaha memberontak, tapi ia mengalah karena tidak sanggup untuk berdiri. Reyhan mendudukkan Kelli di bawah pohon kelapa.

"Gue beli minum dulu, " pamit Reyhan meninggalkan Kelli yang menyenderkan kepalanya di pohon. Semilir angin membelai lembut wajahnya, membuat dirinya mengantuk. Kelli pun menutup mata.

Reyhan menghampiri Kelli setelah membeli sebotol air putih. Begitu sampai di depan perempuan itu, Reyhan tersenyum melihat Kelli tertidur pulas. Reyhan duduk disamping Kelli dan meletakkan kepala perempuan itu di bahunya.

"Jangan sok kuat jadi cewek," ucap Reyhan tersenyum seraya melihat wajah perempuan itu yang damai.

"Jangan galak - galak jadi cewek," ucapnya lagi.