''Ini dapurku ... tempatku berkreasi mengolah bahan makanan menjadi masakan yang lezat.''
''Keren.''
''Sama seperti laptopmu. Tempat kau berkreasi mengolah kata menjadi sebuah cerita yang enak dibaca.''
''Hahaha ... bisa aja analoginya.''
Pria Biru melebarkan cekungan bibirnya. Membentuk senyuman yang super manis. Wajah cerianya memancarkan pesona ketampanan sekaligus kecantikannya.
''Bila di laptopku terdapat cerita erotik, apakah di dapurmu ada masakan erotik?''
Pria Biru mengernyit.
''Hahaha ... just kidding.''
''Di sini aku punya kisah erotik.''
''Serius?''
''He-em.'' Dia mengangguk, ''kau mau mendengarnya?''
''Tentu ...''

__***__
Besok adalah hari di mana aku akan pergi ke Semarang. Menjalani kehidupan baruku sebagai mahasiswa. Di sana aku akan tinggal di sebuah kost yang sudah disewakan oleh Mr. Iphone__Ayah Kandungku. Beliau membantuku mencarikan tempat itu. Sebuah kost yang paling dekat dengan kampus.
Sebelum aku meninggalkan rumah ini, aku ingin memuaskan hobby-ku. Memasak bahan-bahan makanan yang tersedia. Menghabiskan semuanya. Karena aku tidak mau meninggalkan stock makanan dalam jangka waktu yang lama.
Well, langsung saja aku menyalakan kompor. Meletakan wajan dan memanaskan margarin. Sembari menunggu margarinnya mencair, aku memotong daun bawang, bawang merah, dan juga bawang putih. Aku mau membuat omelet.
Ketika aku sedang memotong-motong bahan masakan itu. Tiba-tiba dari belakang seseorang memeluk tubuhku. Seorang lelaki. Aromanya jantan. Hembusan napasnya harum. Maskulin. Tangannya gempal. Dekapannya hangat. Dan aku tahu ini pasti Bang Sam. Hanya laki-laki kekar ini saja yang terkadang datang tak diundang. Muncul begitu saja. Tanpa izin. Seperti jailangkung. Selalu memberikanku kejutan.
''Kamu lagi masak apa, Sayang?'' Suara baritonnya mengusik konsentrasiku. Dagunya menempel di leherku, sehingga rambut jenggotnya yang tipis dan tajam itu menusuk permukaan kulit leherku. Geli tapi asik sekali. Aku suka.
''Bang Sam ... kau datang?'' desahku.
''Iya, Sayang ... Abang kangen sama kamu.'' Bang Sam mengecup leherku. Mesra. Penuh gairah. Membuatku gerah. Mendesah manja.
''Aku lagi masak, Bang ...''
''Kamu mau masak apa, sih?'' Bang Sam terus mencumbuiku. Mencium pipiku. Mengecup leherku. Menggigit kupingku. Hingga aku menggeliat.
''Aku ingin menghabiskan bahan masakan yang ada, Bang ... kebetulan tersisa sosis dan telur. Aku mau membuat omelet.''
''Masaknya nanti saja, Sayang ...'' bisik Bang Sam di kupingku sambil mematikan kompornya. ''Mendingan kamu mainkan sosis dan telur Abang saja ...''
''Abang nakal!'' Aku menyiku perut Bang Sam.
''Hehehe ...'' Bang Sam jadi meringis. "Ayolah, Sayang ... Abang sudah tidak tahan!''
''Jangan di sini, Bang!'' desahku resah.
''Tidak apa-apa.'' Bang Sam membalikkan tubuhku. Kami jadi saling berhadapan. Saling mempertemukan bola mata. "Sekali-kali kita main di dapur buat variasi imajinasi.''
''Imajinasi yang liar!''
''Tapi kamu suka, 'kan?''
Aku tersipu.
''Abang sayang kamu, Vivo!'' Bang Sam mengecup bibirku. Mencium, melumat, dan mengulumnya. Enak. Nikmat. Sedap. Aku pasrah. Membiarkan Bang Sam menjelajahi tubuhku dengan sesuka hati.
Sambil mencumbuiku. Tangan Bang Sam bergerak aktif menggerayangi bagian tubuh sensitifku. Meremas dadaku. Mengusap lembut kedua puting susuku. Lalu turun ke perutku. Menyentuh tonjolan kontolku. Meremasnya pelan-pelan hingga aku terangsang. Kontolku pun jadi tegang. Lidah dan bibirnya terus bergumul dengan bibirku. Menciptakan sensasi demi sensasi yang melambungkan kalbu. Telapak tangannya yang kekar juga tak henti bergerilya mengobok-obok wilayah tubuhku. Mengelus-elus pahaku. Meremas-remas bokongku. Dan mengusap halus belahan pantatku.
PLAK!
Bang Sam menabok bokongku. Cukup keras. Aku jadi meringai manja. __Iiiihhh ... Bang Sam, kamu nakal!
Ough ... Aku melengkuh. Saat lidah basah Bang Sam menjilati tengkuk dan leherku. Aacckkhh ... Aku mendesah. Saat mulutnya mengigit bibirku. Uuuucckkhhh ... Aku merancau. Saat ujung lidah itu meliuk-liuk di kupingku.
Bang Sam mencengkram tubuhku. Kuat dan kasar. Memberikan gelora asmara yang terbakar. Dengan cepat lelaki bertubuh kekar ini melolosi pakaianku. Seluruhnya. Hingga aku telanjang bulat. Sebulat-bulatnya. Dia menjadikan aku sebongkah batu es yang rindu kobaran api. Meleburkan segala rasa dalam kehangatan yang hakiki. Setiap pori tubuh ini bagai tanah tandus yang haus semprotan hujan bertubi-tubi. Aku laksana pengembala di padang pasir yang dahaga tetesan suci. Aku butuh tubuh laki-laki. Aku ingin menghisap keringatnya tiada henti. Aku mau menghirup aroma jantannya berkali-kali.
Bang Sam membawaku ke dalam freezer sekaligus ke dalam tungku. Memberikanku kesejukan sekligus nyala api yang terbakar. Membara berkobar-kobar. Ia menjilati setiap mili tubuhku. Tanpa satu pun yang terlewati. Seperti seekor kucing yang memandikan anaknya. Ia memang pintar membangkitkan nafsu. Seperti escort profesional yang memanjakan customer bermutu. Ia mahir melakonkan adegan percintaan yang terlarang. Hubungan badan antara dua insan berbatang. Telor ketemu telor. Sosis ketemu sosis. Kontol ketemu kontol. Namun bisa nyantol. Lancar seperti jalan tol. Nikmat seperti masakan semur jengkol.
Tanpa banyak kata. Bang Sam melucuti semua pakaiannya. Dia bugil. Memamerkan keindahan anatomi tubuhnya sebagai seorang laki-laki. Dada bidang. Perut lapang kotak-kotak. Kontol panjang berurat-urat. Membuatku menggeliat. Seperti ulat. Tak tahan ingin mengisap dan menjilat.
Bang Sam duduk di kursi. Ia menyuruhku untuk menduduki kontolnya yang menjulang tegak lurus seperti tugu monas. Keras dan panas. Namun sebelum aku menuruti intruksinya, terlebih dulu aku melumuri batang kontolnya dengan margarin. Hingga benda bulat panjangnya itu mengkilat dan licin.
Aku mengocok kontol Bang Sam hingga organ kelaminnya itu semakin kencang, kuat dan keras seperti kayu. Setelah yakin perkakas pribadi Bang Sam sekeras yang aku inginkan, aku segera melompat ke atas tubuh Bang Sam. Kemudian perlahan-lahan kepala kontolnya yang merona itu kutuntun memasuki lubang boolku. Dan sesasat berikutnya ... JLEBBB! Tanpa susah payah organ kejantanan Bang Sam menerobos goa basahku.
OUGHHH ... AH ... AH ... AH ... kami langsung mendesah.
''Enak, Sayang ...'' desah Bang Sam dengan suara ngos-ngosan, ''Goyang, Sayang!''
Aku menggoyang pantatku. Naik turun. Maju mundur. Geal-geol. Seperti biduan dangdut kampungan. Mengumbar syahwat. Mengundang kenikmatan.
OUGH ... AH ... AH ... AH ...
Aku dan Bang Sam mendesah dan merancau mengekspresikan diri dalam rasa keenakan yang tiada tara. Saling bergumul. Saling melumat. Saling merapat. Saling bergoyang. Menggesek dan menghujam. Menarik dan mendorong. Keluar masuk. Kontol bertemu bool. Batang bertemu lubang. Jembut bertemu jembut. Biji ketemu biji. Saling memagut. Bergelimpangan. Membuat senam raga yang menggelora. Membuat tubuh menggelinjang tak karuan. Membuat mata merem melek tak tertahankan. Dan masa itu pun tiba. Masa di mana tubuh kami sama-sama mengejang hebat. Otot-otot sekujur tubuh kami seolah tersetrum dahsyat. Hingga sperma kami muncrat-muncrat. SERRR ... CROOT ... CROOT ... CROOT ... Nikmat. Seperti kawah yang menyemburkan laharnya. Panas membara dan banjir keringat. Kami sama-sama menang. Sama-sama enak. Sama-sama puas. Sama-sama lemas. Kami terkapar bermandi peluh dan pejuh. Terengah-engah kehabisan napas.
''I love you, Vivo,'' desah Bang Sam sambil mengecup lembut bibirku.
''I love you too, Bang Sam ... Ayah Tiriku, Idolaku,'' balasku manja.
__***__

''Wow ... Amazing! Bikin panas dingin ...''
''Hehehe ...'' Pria Biru meringis. Malu-malu kucing. Wajahnya memerah seperti kepiting yang mau ngajak kawin. Oooppps!