webnovel

Part 31 : Pelukan

''Vivo ..., maafkan saya, saya terpaksa membuka pakaian saya dan memelukmu. Karena saya tidak tahu harus bagaimana untuk menghangatkan tubuhmu.''

''Tidak apa-apa, Bang ... aku yang seharusnya minta maaf karena sudah merepotkanmu.''

Aku dan Bang saling menatap. Terdiam untuk beberapa saat.

''O, ya ... bagaimana dengan kondisimu sekarang?''

''Aku sudah tidak dingin lagi, aku malah merasa kegerahan sekarang.''

Bang Sam memperhatikan sekujur tubuhku.

''Benar, kamu sudah berkeringat. Sebaiknya kamu lepaskan saja pakaianmu, Vo!''

Aku terdiam.

''Lepas saja pakaianmu, Nak!'' Bang Sam mendekatiku dan membantu melepaskan pakaianku hingga menyisahkan celana boxer saja.

Aku masih diam.

''Bagaimana sekarang perasaanmu, Vo?'' Bang Sam mengusap keringat yang mengucur di pelipisku.

''Ya, jadi lebih enakan.''

''Ya sudah, kalau gitu tidurlah kembali!'' Bang Sam membelai rambutku. Lembut. Mesra.

Aku merebahkan kembali tubuhku di atas kasur.

''Saya akan pindah ke kamar ibumu ...'' ujar Bang Sam sembari beranjak dari ranjang dan hendak keluar dari kamarku.

''Bang! ...'' seruku menahan langkahnya. Bang Sam menoreh.

''Jangan pergi! Aku takut ... aku takut akan menggigil kedingainan lagi ...''

Bang Sam tersenyum sambil berjalan mendekatiku lagi. ''Baiklah, saya akan menemanimu,'' ucapnya.

''Terima kasih, Bang!''

Bang Sam naik ke atas ranjang. Kemudian menelusup ke dalam selimut dan berbaring di sampingku.

''Ayo tidurlah, Vo ...''

Aku mengangguk dan mulai memejamkan kedua mataku. Namun aku tak dapat tertidur dengan cepat. Hingga tiba-tiba Bang Sam memelukku dan berbisik lembut di kupingku, ''Tidurlah, saya di sampingmu. Menjagamu. Melindungimu.''

Entahlah, ucapan dan pelukan Bang Sam itu memang terasa menenangkan dan membuatku terasa lebih nyaman. Seperti dihipnotis aku pun jadi menurut dan kembali tertidur dalam dekapan hangat Bang Sam hingga pagi menjelang.

Pelukanmu seperti bara api, membakar gelora memberi kehangatan

Bersamamu ... aku tak perlu lagi tebalnya selimut

Dirimu bagai sebuah guling yang membawaku pada rasa damai

Mencipta indahnya alam surga bagi kita

__***__

Kami terbangun dari lelapnya dunia tidur. Ketika cahaya matahari menerobos lewat celah jendela tanpa permisi. Sinarnya yang hangat menyentil kulit kami yang terbuka. Membangkitkan jiwa kami dari buaian jagad mimpi. Jagad yang terkadang lebih indah dari kenyataan.

Saat aku membuka mataku, aku merasa sangat terkejut. Ada yang berkedut-kedut tepat di belahan pantatku. Terasa keras dan panas. Seolah hendak mengoyak bahan katun celana boxer-ku. __Ya, Tuhan ... jangan-jangan itu kontol Bang Sam yang terbangun. Aduh ... kontolku juga ikutan bergerak-gerak tak terkendali. Kami sama-sama ngaceng. Mengalami morning erection. Seolah semangat menyambut pagi hari yang cerah. Terlalu indah untuk dilewatkan bila hanya bermalasan-malasan di kamar. Namun bila sekamar bareng Bang Sam rasanya tak ada hari yang lebih indah dari ini.

''Bang ....''

''Iya ...''

"Kau sudah bangun?''

''Kamu juga?''

Aku dan Bang Sam saling menarik diri. Saling menjauhi. Ketika kami menyadari ada yang berdiri di balik celana kami masing-masing.

''Hehehe ...'' Bang Sam terkekeh saat melihat gundukan besar di area selangkanganku.

Aku jadi tersipu malu. Mukaku langsung memerah seperti kepiting rebus.

''Kontolmu ikutan bangun tuh, Vo!'' ceplos Bang Sam.

''Hehehe ...iya, punya Abang juga, tuh ...'' Aku menutupi wilayah sensitifku dengan kedua tanganku.

''Hahaha ... kenapa ditutupi?'' Bang Sam mengacak-ngacak rambutku.

''Malu ...'' ujarku tersipu.

''Gak usah malu. Laki-laki kalau pagi memang selalu bangun berdua.''

''Hehehe ...'' Aku nyengir kuda.

''Udah sana kamu mandi. Udah merasa baikan, 'kan tubuhmu?''

Aku mengangguk.

''Ya udah buruan ke kamar mandi, gantian!''

''I-iya, Bang!''

Aku jadi merasa gugup. Sambil menutup kemaluanku dengan telapak tanganku, aku meraih kain handuk, lalu segera berjingkat meninggalkan Bang Sam yang tersenyum-senyum sendiri melihat tingkahku yang kekanak-kanakan begini.

Tanpa banyak berpikir aku pun langsung pergi ke kamar mandi. Aku merasa tubuhku lebih enteng dan lebih bugar. Jadi aku memberanikan diri untuk mandi. Dan hasilnya malah membuatku jadi bertambah segar. Aku senang. Aku bahagia. Entah karena apa. Mungkin karena aku bisa tidur bersama Bang Sam. Walaupun kami tidak melakukan apa-apa tapi buatku itu sangat berkesan. Lagipula aku juga tidak berani untuk melakukan hal lebih bersama Ayah Tiriku itu. Aku masih menghormati dia sebagai suami dari ibuku sendiri.

Ketika aku keluar dari kamar mandi. Aku melihat Bang Sam telah berada di depan pintu. Ia mengenakan handuk yang membelit di pinggangnya. Untuk beberapa saat aku termangu menatap keindahan nyata di depan mata. Wajahnya bersih seperti matahari. Meskipun bangun tidur, ia tetap terlihat berseri-seri. Dadanya yang bidang bagai roti bantal yang ditumbuhi bulu-bulu halus sungguh membuatku menahan napas. Perutnya yang kotak-kotak seperti roti sobek juga mampu membuat jakunku naik turun. Dan tonjolan di wilayah terlarangnya juga sangat menggoda dan menggemaskan. Tentu membuat mataku blingsatan tak karuan.

''Saya sudah menyiapkan sarapan buat kamu di meja,'' ujar Bang Sam sebelum tubuhnya menyelinap ke dalam kamar mandi dan hilang tertutup pintu.

''Terima kasih,'' balasku.