webnovel

Part 32 : Gosip

Usai sarapan. Aku dan Bang Sam bergegas menuju ke sekolah. Seperti hari-hari biasa. Kembali ke rutinitas kami masing-masing. Tiba di sekolah aku langsung menuju ke ruang kelasku. Belum seluruhnya datang. Hanya beberapa anak saja yang sudah menampakan batang hidungnya.

''Vivo ... lo berangkat hari ini,'' tegur Berry pas aku di depan pintu.

''Iya ...''

''Kemarin lo sakit apa?''

''Biasa, mungkin kecapekan aja.''

''O, gitu ...''

Aku mengangguk sambil tersenyum simpul.

''O, ya, Vo ... akhir-akhir ini, gue tidak pernah lihat lo naik sepeda lagi ...''

''Iya, aku diantar jemput sekarang.''

''Oooo ...''

''Kenapa?''

''Kangen aja. Udah lama gue gak minum gratis. hehehe ...''

''Hehehe ... kalau lo mau nanti siang gue beliin, deh ...''

''Ga usah. Gue becanda. Sebenarnya gue kangen berangkat bareng lo naik sepeda.''

Aku hanya menyunggingkan bibirku.

''Vivo ... maaf apa gue boleh tanya sesuatu sama lo?''

''Tanya apa, Ber?''

''Sebenarnya lo sudah punya pacar atau belum?''

''Hehehe ... kenapa lo tanyain hal seperti ini?'' Aku jadi nyengir dan garuk-garuk kepalaku yang tak gatal.

''Jika belum apa gue punya peluang?''

Aku jadi terdiam.

''Hahaha ... pasti gue bukan tipe lo, ya, Vo ...''

''Berry ... apa sih inti dari omongan lo?''

''Gue naksir sama lo, Vo ... ''

Aku tersentak kaget mendengar pengakuan Berry. Aku bingung dan tak tahu harus bereaksi seperti apa.

''Hahaha ... santai aja keles! Gue cuma bilang naksir bukan suka, ya!''

''Hahaha ... kirain.'' Aku nyengir memamerkan gigi putihku.

''Udah, lupakan soal omongan gue!'' Berry menepuk bahuku, lalu cewek berkerudung ini ngeloyor masuk ke kelas dan duduk di bangkunya.

Aku hanya menghela napas dan geleng-gelengkan kepala. Kemudian berjingkat ke meja belajarku. Aku duduk manis di bangku dan menyiapkan buku-buku pelajaranku. Sesekali mataku melirik ke arah Berry. Gadis itu sedang asik bercengkramah dengan teman sebangkunya. Apa yang dikatakan Oppo memang benar. Blackberry ternyata naksir sama aku. namun sayangnya aku tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadap dia. Andai aku memiliki sedikit saja rasa itu, pasti aku akan menerima dia sebagai pacarku. Dia gadis pemberani. Pintar, energik dan ceria. Walau agak tomboy tapi dia memiliki wajah yang manis. Sungguh, beruntung bila ada yang mau jadi pacarnya.

''Hai, Bro!'' cetus Oppo tiba-tiba nongol di depanku, ''pagi-pagi bengong wae!'' imbuhnya.

''Oppo ...'' Aku menggeser posisi dudukku dan membiarkan cowok berkulit putih itu duduk di sebelahku.

''Kau sudah sembuh, Bro?'' tanya Oppo.

''Alhamdulillah, udah,'' jawabku

''Kemarin sakit apa?''

''Ga tau. Badan rasanya meriang.''

''Hahaha ... merindukan kasih sayang kali tuh!''

''Hahaaha ... bisa aja, lo!''

''Makanya cari pacar dong, Bro ...''

''Gue masih ingin konsen belajar dulu, Bro.''

''Alasan classic dari seorang homo!''

''PLAAAKKK!!!'' Aku menabok lengan Oppo. Dia meringai kesakitan.

''Aduh, sakit, Vo! Kenceng banget mukulnya!''

''Makanya kalo ngomong jangan sembarangan!''

''Hmmm ...'' Oppo mengusap-usap lengannya.

Aku bersingut kesal.

''Eh, Vo ... gue punya gosip baru, nih ...'' Oppo memegang bahuku.

''Gosip apaan, sih, Po?'' Aku melepaskan pegangan tangannya.

''Tentang Bang Sam.''

''O, ya ... gosip apa dari Bang Sam?'' Aku jadi lebih serius memperhatikan Oppo.

''Katanya selain nikah dengan seorang janda ternyata dia penyuka brondong.''

''Hehehe ... lo dapet gosip dari mana, sih?''

''Banyak yang lihat. Bang Sam sering berboncengan dengan cowok yang masih sekolah.''

''Hahaha ... lo jangan mudah percaya dengan gosip murahan seperti itu.''

''Bang Nokia juga pernah bilang padaku kalau dia pernah lihat Bang Sam ngajak brondongnya main ke tempat gym ...''

''Hahahah ....'' Aku jadi ngakak mendengar cerocosan Oppo. Ternyata dia salah satu korban hoax. Dia tidak tahu kalau brondong yang sering bersama Bang Sam itu aku. Biarlah dia dengan ketidaktahuannya. Aku cukup cekikikan saja.

''Kok lo malah ketawa gitu, sih?''

''Oppo, suatu saat lo pasti akan tahu kenapa gue ketawa, hahaha ...''

''Sue ...''

Kami tak bicara lagi karena bel tanda masuk telah berdering. Seluruh penghuni kelas langsung menempati tempat duduknya masing-masing. Kemudian kami menyiapakan peralatan belajar untuk mengikuti pelajaran di jam pertama.