Sesuai dugaan Marlon, rekan-rekannya memasuki lapangan dengan wajah tak bersemangat, terutama Ando dan Doni, yang menjadi saksi Arya bisa terluka seperti ini. Sedangkan Coach Alex masih bisa menyembunyikan wajah sedihnya dengan memaksakan untuk tersenyum dan kadang beberapa kali menundukkan kepala. Atmosfir di sekitar mereka tak diketahui siapapun, kecuali kakak tingkat mereka yang sebelumnya membawa universitasnya membawa kejuaraan berulang kali.
"Ada apa dengan wajah mereka? Kenapa mereka semua terlihat murung?" Reza, mahasiswa semester tujuh kini hanya bisa menonton.
"Mungkin mereka sedang memiliki masalah. Coba akan aku tanyakan pada Coach Alex nanti," balas Rangga, tak mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com