Assalamualaikum, Kak Arly."
"Waalaikumsalam, kenapa, Cih?"
"Kak, ini aku punya titipan buat, Kakak."
"Titipan apa?"
"Ini loh, Kak balasan surat dari Eby."
Sontak mata kedua orang di hadapanku melotot ke arahku mendengar pernyataan Acih. Tak hanya mereka, hatiku juga merasakan hal yang sama, di samping ada rasa yang tak bisa kuungkapkan lewat kata, entah ini bahagia entah apa, mendengar Eby membalas surat dariku.
"Oh ...," jawabku menyembunyikan seribu rasa.
"Oh doang? Ya udah, aku balikin lagi nih suratnya ke Eby, terus ngomong ke Eby, Kak Arly enggak mau terima surat darinya," ungkapnya kesal.
"Jangan atuh, entar Kakak ke sana dah, sekalian ikut makan hehe."
"Jangan entar, kalo mau sekarang saja, sore aku mau berangkat ke pondok."
"Iya deh iya, sekarang ke sana, sama Elang, ya," jawabku sambil menatap Elang yang sedang fokus mendengarkan. "Katanya kangen sama Acih udah lama enggak ketemu," sambungku.
Elang mengacungkan jempolnya tanda setuju.
"Ih enggak mau, Kak Arly aja, ditunggu ya, jangan lamalama. Jangan bawa Kak Elang pula, cukup Kak Arly aja sendiri, kalo enggak aku robek nih suratnya," jawabnya mengancam.
"Iya … iya, Kakak ke sana sekarang, makasih ya udah mau direpotin, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Telepon tertutup, terlihat Elang yang tampak kecewa.
"Sabar bro, Acih juga akan luluh pada waktunya kok."
"Iya, Lang tinggal elunya aja yang harus lebih berusaha," tambah Dafa.
"Berusaha apa lagi bro? Chat gua aja enggak pernah dibalas sama itu anak," ungkap Elang.
"Berusaha sadar kalo dia itu enggak suka sama elu." Dafa melepas tawa seolah tak berdosa.
"Kan lu sendiri Lang yang ngomong, sebelum janur kuning disetrika atau apa itu gua lupa." Aku berusaha menenangkan.
"Udah cepat pergi sana, Ly!" usir Elang, "Bidadari gua udah nungguin elu!"
"Oke, siap Mas bro, tenang aja sih enggak bakal gua apaapain ini si Acihnya juga." balasku dengan senyuman damai.
Dengan sigap aku menghidupkan motor Revo Vit lama warna biru pemberian Apa yang terparkir tidak jauh di depan saung.
"Bro, gua cabut ya, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Hati-hati, Ly ...!" sahut Dafa.
Jempol yang kuacungkan menandakan oke dari kejauhan.