webnovel

Part 8 Di Depan Rumah Acih

Di depan rumah Acih, motor kuparkirkan. Aku bergegas ke depan teras tepat di depan pintu.

Tok.. tok.. tok..

"Paket!"

Tok.. tok.. tok..

"Assalamualaikum."

Terdengar          suara               jawaban             salam               dari       dalam, "Waalaikumsalam." 

Seraya membukakan pintu, wanita usia sekitar tiga puluh delapan tahunan itu bertanya, "Paket untuk siapa, Mas? Eh Nak Arly, Ibu kirain beneran kurir paket. udah lama sih enggak ketemu Nak Arly, Ibu jadi enggak hafal lagi suaranya. Hayu masuk ke dalam," ajak Bu Mira, ibunya Acih.

Aku tertawa dengan lepas melihat Bu Mira kena prank. 

"Iya, Bu." Aku mencium tangan Bu Mira tanda takdim pada orang tua, "Enggak, Bu, makasih Arly di luar aja, Acihnya ada, Bu?"

"Ada tuh di kamar lagi beres-beres."

"Persiapan buat berangkat ke pondok ya, Bu?"

"Iya, kok Nak Arly tau?"

"Itu tadi Arly ditelepon sama Acih katanya kangen pengen ngucapin salam perpisahan sebelum berangkat ke pondok." Aku memberi alasan.

"Bohong, Bu! Jangan didengerin," teriak Acih dari dalam sambil lari kecil terburu buru menghampiri kami berdua.

"Ini!" Acih menjulurkan tangan kecilnya dengan kertas terlipat dihapit jempol dan telapak tangannya.

"Apa?" tanyaku pura-pura tak paham.

"Salam perpisahan," jawabnya dengan wajah kesal.

Aku        menggapai               tangan Acih               bersalaman        sembari mengambil secarik kertas yang ada di tangannya tanpa sepengetahuan Bu Mira.

"Jangan              lama-lama      pegangan               tangannya          takut jodoh," sahut Acih.

"Ya enggak apa-apa jodoh juga, kan udah pada kenal jadi enggak malu-malu lagi. Iyakan, Bu?" tanyaku asal.

"Hus, masih pada bau kencur udah ngomong-ngomongin jodoh, belajar aja dulu di pondok yang bener. Biar dapat ilmu yang bermanfaat, entar kalo Nak Arly udah jadi ustaz, Acih jadi ustazah, baru tuh ngomongin jodoh." Bu Mira berceramah. "Siap,   Bu,         laksanakan."                 Dengan                lantang kuucapkan seakan serius menanggapi.

"Udah yuk Nak Arly masuk dulu, kebetulan Ibu lagi masak, kita makan dulu yuk," ajak Bu Mira.

"Mmm... kayanya Arly langsung pulang aja deh, Bu, kan udah ketemu Acih."

Acih memutarkan bola mata tak terima.

"Arly juga harus siap-siap, buat besok. InsyaAllah Arly juga besok mau berangkat ke pondok." Aku memberi alasan, "Arly pamit ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati, Nak. Jangan kebut-kebut bawa motornya."

"Iya, Bu."

Aku pun menghidupkan motor, lalu meninggalkan perkarangan rumah Aci tersebut.