webnovel

Alasan Ara

"Hei, ada apa denganmu?" Tanya Ara saat ia masih memeluk Aya yang hampir jatuh karena menabrak meja di dekatnya.

"A..apa...apa maksudmu??" Jawab Aya terputus-putus karena gugup. Ia segera melepaskan diri dari pelukan Ara. Tanpa sadar, ia memegang dadanya dan merasakan jantungnya yang berpacu dengan cepat dan tak beraturan.

Dilihatnya Ara sudah tidak semengerikan tadi. Ia tampak seperti biasa. Ara berbalik dan duduk di sisi tempat tidur. Sedangkan Aya berjalan menjauhi Ara, ia berusaha menjaga jarak.

Tanpa disadari Aya, Ara tersenyum tipis dan matanya menatap tajam ke arah Aya. Saat Aya berbalik dan menatap Ara, Ara sudah merebahkan dirinya di tempat tidur dengan posisi telentang dan kaki masih menjuntai ke bawah.

Aya duduk di sofa yang biasa diduduki untuk menonton televisi. Dilihatnya Ara sedang memejamkan mata dan bersenandung. Kakinya digerak-gerakkannya bergantian.

Aya menebak-nebak, apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu. Aya menimbang-nimbang, apakah akan memberitahukan Ara tentang pertemuannya dengan Lando atau tidak.

Disaat Aya sedang asyik dengan pikirannya sendiri, Ara bangun dan melihat Aya sedang melamun. "Ada yang mau kamu sampaikan!" Tanyanya sedikit ketus. Aya kaget dan tersadar dari lamunannya.

"Ha, tidak ada." Jawab Aya cepat. "Hmmm, kamu yakin?" Tanya Ara lagi penuh selidik. "Yakin." Sahut Aya mantap.

👫💓👫💓👫

Saat Ara dan Aya sarapan pagi, tanpa sengaja mereka bertemu dengan Chandra yang merupakan salah satu rekan kerja Ara di perusahaan.

Akhirnya Ara dan Chandra asyik mengobrol mengenai pekerjaan yang saat ini sedang mereka kerjakan. Hal ini membuat Aya merasa tidak dipedulikan, sehingga ia berinisiatif untuk menjauh dari mereka berdua.

Disaat Ara asyik mengobrol dengan Chandra, tiba-tiba ia teringat dengan istrinya yang sedari tadi sudah pergi meninggalkan mereka berdua.

Ia merasa bersalah karena harus mengabaikannya untuk urusan pekerjaan. Padahal ia lah yang membujuk istrinya agar mau pergi berlibur dengannya. Dengan maksud agar istrinya bisa melupakan kesedihannya atas kehilangan kedua orang tuanya. Namun saat ini ia malah berbicara mengenai pekerjaan dengan rekannya.

Ara pun menghentikan pembicaraan ini dengan Chandra, dengan memberikan alasan-alasannya. Untungnya disaat yang sama, ternyata Chandra juga ingin berlibur dengan keluarganya tanpa adanya urusan pekerjaan. Sehingga mereka menyudahi pembicaraan itu dan berpisah masing-masing.

Ara segera pergi ke Bogey's Teras mencari istrinya. Sebelumnya istrinya sudah memberitahukannya, kalau ia akan pergi makan ke Bogey's Teras. Salah satu tempat makan di hotel tersebut yang mayoritas kursi dan mejanya terletak di luar ruangan. Sehingga para tamu yang hendak makan, bisa sambil melihat pemandangan hijau lapangan golf yang luas.

Sesampainya Ara di Bogey's Teras, ia mencari-cari keberadaan sang istri. Saat ia melihat ke arah luar, dilihatnya istrinya sedang berbicara dengan seorang pria yang tidak dikenalnya. Diperhatikannya gerak-gerik keduanya. Sampai pada lelaki tersebut mendekati istrinya dan seperti ingin menciumnya.

Ara berusaha menahan amarahnya dengan tetap diam di tempat. Ia ingin mengetahui, apa yang akan dilakukan oleh istrinya. Namun saat ini ia sudah mengepalkan kedua tangannya.

Dilihatnya istrinya yang bertatapan dengan lelaki tersebut. Lelaki tersebut berani membelai pipi istrinya. Walaupun pada akhirnya, istrinya beranjak pergi meninggalkan lelaki tersebut.

Ia segera bersembunyi agar tidak dilihat istrinya.

Disaksikannya kepergian istrinya keluar. Tak lama, berbunyi ponselnya di dalam kantong celananya. Tertera wajah dan nama istrinya di layar ponsel tersebut. Dibiarkannya ponsel tersebut berdering sampai pada akhirnya mati sendiri.

Setelah itu Ara keluar, namun bukan untuk mengejar istrinya melainkan duduk di sudut ruangan lobi yang tertutupi oleh rak-rak yang berisi beberapa pot kecil bunga. Ia dengan sabar menunggu istrinya mencarinya.

Selang beberapa waktu saat ia duduk disana, dilihatnya lelaki yang tadi bersama istrinya keluar dari Bogey's Teras. Ia terlihat mengarah ke luar hotel.

Ara berdiri dan pergi ke arah resepsionis. Ia menanyakan kepada petugas resepsionis tentang lelaki yang barusan keluar tersebut. Karena tampak oleh Ara, lelaki tersebut menitipkan kunci kepada petugas tersebut, yang menurut Ara itu adalah kunci kamar. Yang artinya lelaki tersebut memang tamu di hotel ini.

Saat Ara mendapatkan sedikit informasi mengenai lelaki tersebut, ia lalu menelepon anak buahnya, untuk minta dicarikan data pribadi yang lebih lengkap tentang lelaki tersebut.

Lalu ia kembali duduk namun di kursi yang bisa dilihat orang yang melewatinya. Tak lama istrinya masuk dan keluar kembali dari Bogey's Teras dengan terburu-buru. Namun saat ia hendak menuju lift, istrinya melihatnya sedang duduk. Ia berusaha bersikap sesantai mungkin, walau dalam hati dan pikirannya ia sedang marah.

Dipandanginya istrinya yang sedang melangkah mendekatinya. Ia yakin, istrinya pasti mempertanyakan kemana dirinya beberapa waktu tadi. Dan benar saja, istrinya memberondong ia dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Mas?? Kamu kok ada disini? Aku nyariin kamu dari tadi. Di kamar nggak ada, di tempat makan juga nggak ada. Kamu habis dari mana mas?" Tanya istrinya.

'Sudah kuduga.' Ara membatin. "Belum juga kamu duduk, pertanyaan yang kamu kasih ke aku itu sudah sepanjang lapangan pesawat." Sahut Ara sambil tertawa renyah. Ia berusaha agar tidak terlihat sedang mengetahui sesuatu.

Sengaja Ara memutar kata-kata dan membolak-balikkan pertanyaan dari istrinya.

Ia sengaja mempermainkan perasaan istrinya, dengan maksud agar istrinya bisa selalu jujur dengannya. Berharap agar istrinya selalu menceritakan apapun yang terjadi dengannya. Terutama yang terjadi pagi ini.

Setelah ia rasa cukup berbincang dengan istrinya, diajaknya istrinya kembali ke kamar. Dan sampai di kamar, Ara sudah tidak tahan dan tidak sabar dengan sikap istrinya yang belum juga menceritakan apapun yang terjadi pada saat ia sarapan tadi.

Ia pun membanting pintu kamar karena sudah mulai tidak bisa menahan amarahnya. Ingin sekali rasanya ia berteriak kepada istrinya. Namun ia masih berusaha terlihat santai.

Terlihat istrinya terkejut, bingung dan ketakutan dengan sikapnya. Sampai-sampai istrinya hampir terjatuh karena menabrak meja di belakangnya.

Ara sedikit merasa bersalah karena sudah membuat istrinya ketakutan. Ia mulai menyesali perbuatannya tadi karena ia khawatir akan sia-sia selama ini ia melakukan pendekatan dengan istrinya.

*

*

@@@#@@@#@@@#@@@

Salam

SiRA.