webnovel

ALVIONARA

Anara Zelsha, Gadis cantik nan manis tak lupa sifat cerianya itu yang membawa hawa hangat disetiap kedatangannya. Dia wanita yang dikagumi di sekolahnya, tak lupa kefamous-an seorang Anara dengan kekasihnya yang super dingin mampu membuat orang lain iri dengan hubungan mereka. Alvio Devandra, lelaki super dingin, possesif, dan overprotektif. Seorang bad boy terkenal di sekolahnya, dengan ketampanan yang mampu membuat setiap gadis menatap penuh ingin memilikinya. Ia lelaki yang seenaknya mengklaim seorang gadis yang baru saja pindah. Dia Anara, gadis ceria dan penuh kesabaran. Tapi apa jadinya jika ada salah seorang yang ingin merusak hubungan mereka. Apakah Nara mampu mempertahankan hubungannya? Atau bagaimana jika suatu saat Nara menghadapi masalah yang tidak pernah ia duga?

yayaulyaa · Adolescente
Classificações insuficientes
4 Chs

II

Saat ini Nara sudah tiba di kediamannya, setelah pulang dari mall bersama Alvio.

"sayang mau minum apa? anget apa dingin?" ucap Nara saat mereka sudah sampai diruang tamu rumah Nara, saat ini rumah Nara tengah sepi karena kedua orang tuanya pasti sibuk kerja pulangnya pun pukul 5 sore.

"yang dingin aja, terserah mau apa" balas Alvio sambil senyum manis kearah Nara.

"hmm oke, bentar yah.... eh sekalian makan gak Al? kita tadi kan gak sempet makan siang di mall" tanya Nara.

"boleh dong, kamu yang masak tapi!" ucap Alvio semangat, pasalnya dia juga rindu mencicipi masakan kekasihnya itu.

"hmm " ucap Nara malas lalu melangkah menuju dapur.

sesampainya Nara di dapur dia pun langsung memulai memasak, masakan yang terbiasa Nara buat yaitu Capcay.

saat Nara tengah mengiris bahan-bahan makanan, tanpa dia sadari sebuah tangan melingkar di pinggang gadis itu, sedangkan kepalanya diletakkan diceletuk leher Nara.

Nara yang merasa geli pun berusaha melepaskan pelukan Alvio darinya.

"Al bentar dong, gak bisa fokus ntar aku masaknya" ucap Nara.

"nggak Ra, udah gini aja" Alvio semakin mendusel-dusel celetuk leher Nara yang membuat empunya merinding.

"Al! plis stop, geli tau gak!" Nara geram.

Alvio pun melepaskan pelukannya dari pinggang Nara. " iya-iya maaf gabisa jauh-jauh" ucapnya lalu duduk di kursi meja depan Nara.

Nara hanya menghela nafas.

setelah mereka makan siang rencananya Alvio mau pulang tetapi perkataan Nara membuatnya mengurungkan diri.

"Al kata mama, papa pulang kerja malam hari. jadi gak ada yang nemenin aku".

"kamu mau ditemenin?" tanya Alvio.

Nara menampilkan cengiran manisnya, "heheh mau lah, gapapa kan?".

"ya gapapa lah sayang... udah kamu mandi sana. ntar ganti aku" ucap Alvio.

"enggak deh, ntar aku ambilin baju bang Sandy kamu mandi duluan gih" pinta Nara.

"hmm oke" Alvio beranjak pergi dari ruang tamu sebelumnya mengecup kening Nara dengan lembut.

Nara hanya tersenyum malu melihat perlakuan kekasihnya itu, dia berharap semoga suatu saat dia bisa seperti ini terus menerus. dia tidak mau kehilangan Alvio orang yang selalu ada jika kedua orang tuanya pergi kerja.

*19.45

saat ini Nara dan Alvio tengah menonton serial tv di channel SCTV itu, Nara dan Alvin yang sedang enak-enakan nyemil tiba-tiba mati lampu.

"Al, kok mati sih perasaan udah beli listrik deh gak mungkin kalau sampe mati gini" ucap Nara takut. ya! dia takut kegelapan maka dari itu dia trauma jika berada diruangan gelap.

"enggak sayang, kamu tenang aja. aku ke depan mau ngecek dulu ya" balas Alvio lalu beranjak keluar, namun tangannya dicekal oleh seseorang.

"aku ikut, gak mau sendiri disini" Nara sedikit ketakutan.

"hmm iya, yuk" ajak Alvio pada Nara lalu berjalan ke depan rumah.

tak lama...

lampu menyala, menampilkan sosok kedua orang tuanya dan satu laki-laki yang sangat Nara rindukan selama ini.

"KAKAKKKK!!!" panggil Nara pada kakaknya itu dengan riang, lalu dipeluknya dengan erat.

Alvio yang melihatnya seperti ingin marah namun bagaimana bisa? dia adalah kakak kekasihnya tidak pantas bukan untuk marah?

Nara lalu melepaskan pelukannya.

"ih mama sama papa sengaja ya! gak lucu tau. untung Alvio masih dirumah. bisa-bisa Nara pingsan kalo sendirian dikegelapan" ucapnya panjang lebar.

"ini juga bang Alex gak bilang kalo mau pulang. kan Nara juga mau ikut jemput" Nara menatap kecewa pada abangnya.

"jangan sedih dong sayang.. Abang kan udah didepan Nara sekarang" ucap bang Alex pada Nara.

Nara tersenyum, "hehe iya sih".

"yaudah yuk masuk ngapain masih disini" ucap bunda lalu membawa keluarganya tak lupa Alvio untuk masuk rumah.

.

"dek dia siapa?" tanya Abang Alex menunjuk pada sosok Alvio disamping Nara.

"oh iya gue lupa ngenalin ke Abang, soalnya kan Abang udah dua tahun disana hehe, jadi dia cowok gue bang. gimana? cakep kan" ucap Nara bangga sambil melirik ke arah Alvio yang tersenyum manis kearahnya juga.

"oh, kenalin gue abangnya Nara" ucap bang Alex.

"ya bang, gue Alvio" sapa balik Alvio pada abangnya Nara.

Nara yang melihat itupun tersenyum lega akhirna abangnya setuju juga akan hubungannya dengan Alvio, tidak seperti sebelumnya yang pernah dilarang.

"Lo beneran sayang sama adek gue?" tanya bang Alex seperti mengintrogasi.

"beneran lah bang, gue sama Nara udah satu tahun lebih dan baik-baik aja sampe sekarng" jawab Alvio santai.

"hmm.. jangan sampe lo nyakitin perasaan adek gue. Jangan harap hidup lo tenang" ancam bang Alex lalu pergi meninggalkan ruang tamu.

sedangkan Nara hanya menghela nafas, dan kedua orang tuanya pun ikut terkekeh melihat tingkah putranya itu.

"ya udah kalian udah makan malam?" tanya mama Aila-mamanya Nara.

"belum sih ma, iya kan Al?" Nara menanyakan balik pada Alvio.

Alvio hanya mengangguk, "iya ma belum, tadi si udah tapi makan siang. malamnya belum" ucap Alvio sedikit ramah.

"bagus lah ayo kita makan bareng" pinta mama Aila.

"mari Al" timpal papa Deni-papa Nara.

"iya om" balas Alvio sopan.

Nara tersenyum lalu memeluk pinggang kekasihnya itu dari samping, merasakan kebahagiaan yang lengkap untuk saat ini. entah sampai kapan.

"ya udah yuk kesana" ajak Nara pada Alvio.

"iya sayang" balas Alvio sambil mengelus pipi kanan kekasihnya itu dengan lembut.

.

sesampainya mereka dimeja makan segera Nara duduk lalu meraih lauk pauk didepannya itu.

"wahhh bunda yang beli ya?" tanya Nara.

"iya sayang bunda yang beli tadi, udah ayo makan. kamu juga ya nak Alvi" pinta mama Aila.

Alvio hanya tersenyum lalu melihat kearah Nara, "sayangg... hehehe" Alvio dengan cengiran manjanya itu pun sudah mampu membuat Nara paham maunya.

"iya Al, nih mau apa?" tanya Nara.

"terserah kamu" Alvio dengan melebarkan senyumnya, tanpa sadar membuat pipi Nara berubah warna menjadi merah tomat.

"apasih senyum senyum, sana makan" ucap Nara lalu melanjutkan makanannya.

.

setelah mereka selesai Alvio pun pamit pulang pada keluarga kekasihnya itu.

"Om...Tan.. Alvio pamit pulang ya" pamitnya pada kedua orang tua Nara.

"iya nak makasih ya udah nemenin Nara" ucap mama Aila.

"iya ma Tan, gapapa" balas Alvio.

"jangan panggil Tante dong Al, panggil mama aja. anggap keluarga sendiri. kan orang tua kamu juga gitu sama Nara, gak lama juga jadi keluarga beneran" mama Aila terkekeh dengan perkataannya barusan. sementara Nara hanya menahan malu.

"iya nak Al, panggil aja seperti keluarga" timpal papa Deni.

"iya ma, pa, Al pulang ya" pamit Alvio pada mereka tak lupa mendekati Nara lalu mencium kening gadisnya itu.

"aku pulang ya, langsung tidur udah malem. besok telat nanti" perintah Alvio.

"iya-iya bawel" Nara menyubit pinggang Alvio yang sixpack itu dengan keras.

"awww... jangan gitu dong Ra, sakit tau" ucap Alvio menahan rasa nyeri di pinggangnya.

"maaf..." pinta Nara dengan mata berbinar. Alvio tak bisa menahan tawanya melihat wajah gadisnya itu. tetapi dia juga sungkan jika tertawa didepan calon mertuanya.

"ya udah aku pulang" finalnya.

Alvio pun meninggalkan pekarangan rumah Nara lalu Nara masuk ke dalam rumahnya.

.

.

.