Setelah aku mengalami gejolak emosi yang luar biasa akibat tangisan tulus Val. Kami akhirnya memutuskan untuk menunda perjalanan dan membuat sebuah kamp kecil di dalam hutan pinus.
Malam yang dingin, api unggun mekar di tengah-tengahnya. Bergumulutuk mengupas kulit kayu kering yang malang, selagi kami mengelilinginya bagai orang kedinginan. Tiba-tiba saja Val menanyakan sesuatu yang sama sekali tidak bisa aku prediksi.
“Raven, apa kau memiliki sebuah impian?”
“Impian?”
“Umm”
“Ya, aku juga penasaran dengan impian Master,” celetuk Luk.
“Hehehehe. Ini pertanyaan yang menarik,” timpal Nheil dengan seringai kecil.
Aku pun hanya bisa tersenyum tipis, “Pasti”
“Dan itu?”
“Menjadi seorang raksasa... khakhakhakha!”
“Ravennn!”
“Uoooo!!”
Luk pun kaget dan akhirnya jatuh ke tepat di atas paha kananku. Sementara Nheil menertawakannya dengan geli.
Di sisi lain aku sendiri pun ikut tertawa karena melihat reaksi Val yang kesal karena aku permainkan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com