webnovel

Ayu Sudah Enggak Waras!

Love is blind?

Ketika orang yang tidak pernah kita sangka akan berkhianat justru sanggup melakukannya, tentunya perih ya? Bukannya dia menyesal, minta maaf, ehhh justru terkadang kita yang memaksa mereka untuk pulang. Hingga harga diri pun berani kita taruhkan demi agar bisa kembali bersama.

Dia yang salah, kan? Kok kamu yang enggak enak hatinya?

“Oke, aku maafin asal jangan diulang. Aku yang akan merubah sikap aku sendiri. Kamu selingkuh itu karena aku posessif kan? Iya, aku akan ngerubahnya, aku enggak bakal ngekang kamu lagi. Asal kamu balikkan lagi sama aku dan putusin selingkuhan kamu itu!" _Ayu Alisya.

"Enggak bisa, aku udah enggak cinta lagi sama kamu Ayu! Putri lebih baik daripada kamu, dia lebih bisa ngertiin aku. Enggak kayak kamu yang suka memerintah aku, apa-apa harus diturutin. Aku cape! Kita putus aja,"_Rizky

"Terus janji kamu ke aku? Mana janji kamu, Ky?"

"Bodo!"

"Ky!"

"Ky!"

"Ky!" Ayu terus mengechat Rizky yang sudah menonaktifkan handphone-nya.

Itu adalah percakapan Ayu dan Rizky semalam, sebelum esok harinya Ayu memutuskan untuk melabrak Putri.

***

“Tadi aku udah nggak waras, ya?” tanyanya seperti orang yang memang sangat menyesal.

Aku pun termenung, pikiranku sibuk –seperti saling mengobrol satu sama lain, yang satu memang menyalahkan Ayu dan yang satu punya persepsi berbeda, yakni tidak menghakiminya … hanya saja dia juga satu pemahaman kalau Ayu tidak seharusnya seperti tadi.

Di mana rasa malu Ayu? Di mana pemikiran logisnya? Hanya karena enggak mau Rizky berpaling darinya, dia melabrak pasangan selingkuhan Rizky sampai ke wilayahnya, ya … kelas diibaratkan wilayah kekuasaan kan? Sampai membuat ricuh pula, dan mungkin kejadian tadi lambat laun akan membuat Ayu terkenal karena keberanian yang salah itu.

Putri merupakan wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. OSIS merupakan organisasi tersukses di sekolah, wajar kalau rata-rata anggotanya termasuk golongan orang-orang terkenal dan setiap berita hangat yang membuntuti kehidupan mereka pun akan selalu menjadi buah bibir di kalangan masyarakat sekolah. Dan padahal juga Putri tahunya si Rizky dan si Ayu itu sudah tidak pacaran lagi karena si Rizky bilang mereka sudah putus sebulan yang lalu.

Ayu … Ayu, kalau guru pada tahu mungkin Ayu akan menerima penilaian yang jelek. Ayu itu pinter di kelas, masa iya dia nyoreng nama baiknya sendiri demi memperebutkan seorang Rizky yang dikenal guru adalah anak pas-pasan saja. Sebenarnya, bu Aurel pun pernah nyindir Ayu.

Gini katanya, “kalian pacaran boleh kok, asal tahu batasan. Pacaran yang sehat, yang saling dukung, memberi semangat ke hal positif, bisa nambah mood belajar dan yang lebih bagus tuh kalian harus pilih-pilih. Jangan asal pilih, apalagi pilih cowok yang jarang nulis di kelas. Nulis aja males, nanti berjuang untuk melamar kalin juga males deh. Ibu yakin. Mau emang punya suami pengangguran? Yang kerjaannya malas-malasan?”

“Enggak, Bu!” jawab murid perempuan kompak.

“Nulis tuh enggak dapet duit Bu, kalau kerja dapet duit. Beda konteksnya,” celetuk Rizky saat itu, tapi tidak terdengar oleh bu Aurel karena dia mengucapkannya pelan.

“Nih kayak Fajar sama Deden, rajin nulis, rajin ngumpulin tugas. Ibu yakin kalau mereka udah besar nantinya mereka pasti rajin usaha buat nafkahin istri. “ Seketika murid-murid lelaki menyoraki Deden.

“Huuu, ah Bu si Dedenmah kebawa aja sama si Fajar. Kalau si Fajar absen nggak masuk, dia juga absen nulis kok Bu.”

“Eh, sembarangan. Kata siapa?” Deden sewot, tapi ekspresinya kemudian berubah jadi cengengesan. “Tapi kali-kalimah wajar ya, Bu?” tanya Deden sambil tersenyum malu pada bu Aurel.

Menurut kalian gimana? Kalau menurutku sih dua-duanya setengah matang, si Ayu harusnya jangan menghakimi si Putri karena yang benar-benar salah adalah si Rizky karena telah mempermainkan perasaan dua perempuan itu. Tapi si Putri juga aneh, masa iya dia mau menerima lelaki yang baru sebulan saja putus dari pacarnya? Emang dia enggak takut jadi pelampiasan apa?

Ah, kurasa si Rizky jago ngerayu … meskipun aku juga tidak bisa percaya si Rizky tega ngekhianati si Ayu. Rizky sangat baik pada Ayu dan teman-temannya, dia juga baik padaku. Alloh memang maha pembolak-balik hati manusia, kurasa.

Ah, bisa-bisanya batin dan isi kepalaku menilai semua tindakan mereka yang 80% nya kusebut salah kaprah padahal aku sendiri sudah menjerumuskan diri waktu itu. Mengirim surat cinta tanpa pikir logis sebelumnya, tanpa pikir panjang akan bagaimana jadinya. Kita memang lebih bisa menilai orang lain, ya? Hehe.

“Sudah lupain dulu aja yang tadi, sekarang kamu fokus ke penjelasan si Ibu. Nanti dia ngeh lagi kalau kita ngobrolin hal di luar materinya.” Ini memang waktu yang tidak tepat untuk mengomentari kejadian tadi, aku pun membalas pertanyaan Ayu dengan pelan dan tatapanku tetap fokus ke depan.

Tampaknya Ayu juga mengerti, tapi kutahu hati dan pikirannya sekarang sedang tidak sinkron. Sesekali Ayu masih terlihat memperhatikan si Rizky, ada pandangan tak percaya tapi rasa sayang yang masih membara di dada.

Dulu, saat Rizky PDKT dengan Ayu … lelaki itu sangatlah mahir untuk menjerat hati Ayu hingga Ayu kepincut. Pacaran hampir dua tahun ini pun, mungkin telah banyak memberi kesan bagi mereka terkhususnya Ayu yang selalu mengkhayal menikah dengan Rizky.

Cinta lokasi di sekolah berujung ke pelaminan nyatanya tidak akan menjadi kenyataan, hubungan mereka kandas karena orang ketiga dan pada akhirnya siapa yang tahu akan bagaimana ke depan? Aku angkat tangan deh untuk ngeramal. Bisa jadi mereka balikkan kan? Bisa jadi juga enggak.

Namun, resiko dari setiap hubungan cinta lokasi adalah jika hubungan itu tidak bisa berlanjut maka siap-siaplah keasingan di antara keduanya akan menerpa. Syukur-syukur kalau keduanya masih bisa bersikap biasa saja, tapi kebanyakan rata-rata sosok yang awalnya diprioritaskan itu akan berubah menjadi sosok yang paling terpojokkan.

Apalagi kalau kedua atau salah satunya egois, ahhh sudahlah, aib masing-masing pasti akan sengaja dibongkar untuk pembelaan diri mereka masing-masing dan bahkan mereka bisa saja mengumbar alasan yang berbeda-beda dari hubungan mereka. Siapa sih yang mau mengaku salah? Satu dari seribu saja sudah langka.

Kuharap kamu bisa kuat, Yu. Ada aku.

***

“Eh, malah bengong. Mau pulang nggak?” tanyaku pada Ayu. Tapi dia tidak menjawab dan menyelonong ke luar dari bangkunya dan dengan cepat menarik tas gendong milik Rizky yang sudah digantungnya di belakang punggung.

Murid-murid yang lain pun memperhatikan, tapi mereka tidak ingin ikut campur dan tetap konsisten berhamburan ke luar kelas. Terlihat mereka pun saling berbisik.

“Ky, kami duluan!” Dua teman Rizky pun, meninggalkannya.

“Eh, tunggu gue!” Rizky meronta, sambil mencoba mencabut tasnya dari genggaman Ayu. “Lepas, Yu! Gue mau pulang, urusan kita udah selesai.”

Kulihat, mata Ayu kembali berlinang sedang mata Rizky begitu bringasan, tajam dan penuh tatapan kebencian.

Fajar dan Deden yang pulang terakhir dari yang lain pun menyorotiku yang menjadi kambing conge di antara mereka. Sekar dan Lilis sudah tidak ada, katanya ada perlu, jadi mereka pulang lebih dulu.

Saat Fajar dan Deden sudah ke luar, air mata Ayu terjatuh. Risky pun terdiam dan berhenti meronta, dia kembali duduk tapi Ayu masih memegangi tasnya. Saat aku ingin meraih tangan Ayu untuk mengajaknya pulang, tiba-tiba Ayu semakin menangis.

“Beri aku kesempatan Ky, aku pengen balikkan lagi sama kamu,” pinta Ayu.

Seketika jantungku, DEG! Syok banget dengernya.

What? Why? How could it be? Ayu!

Dia bener-bener sudah gila kurasa. Masa iya Ayu minta balikkan? Enggak salah kan barusan yang udah aku denger? Tapi, sepertinya yang hanya terkejut sekarang hanya aku saja. Rizky acuh sekali, matanya terus memandang pintu keluar.

Tiba-tiba, kembali mengejutkan. Ayu tersungkur ke kaki Rizky.

“Maafin aku Ky, aku mau ngerubah sikap aku, aku mau benerin hubungan kita. Please, Ky!”

OMG! Aku sampai kehabisan napas, dan mematung tak percaya melihat temanku sendiri serendah ini.

Lihatlah! Wajah Rizky penuh dengan kemenangan. Sudah dapat ditebak, dia enggak bakal kasihan lihat Ayu seperti ini dan pastinya dia akan semakin bangga karena Ayu begitu ambisius ingin bersamanya. Wajah yang merasa tinggi dan membuatku ingin meludahinya.

Ayu bego! Kenapa dia yang minta maaf coba? Kenapa? Yang salah emang dia? Kan yang salah si Rizky. Apa si Rizky pake pelet? Udah enggak rasionalis sih kalau gini.

“Yu, Ayu udah! Ayo mending kita pulang aja!” Aku mencoba membangunkannya tapi dia tetep kekeh.

Hei!!!

Marah nggak sama si Rizky? Kesel sama si Ayu?

Kalau temen kalian gini, sikap kalian apa sama kayak si Mita?

Yang kisah SMA-nya super duper rame … yakin deh, pasti ada salah satu part di kehidupan kalian yang mirip sama cerita ini. Meskipun bukan kalian. Kelas tetangga mungkin?

Ckckckc.