webnovel

AKHIRNYA CINTA

Alice namanya....Ketidakmampuannya untuk menolak keinginan orangtuanya yang ingin sekali dirinya menikah dengan temannya saat kecil yang bernama Rama yang ternyata tidak lain adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Sudah jelas-jelas keluarga dan Rama tahu kalau sudah ada Panji, kekasih Alice. Orangtuanya yang sangat menghendakinya untuk langsung menikah saja katimbang pacaran Akhirnya Alice mau menikah dengan Rama, laki-laki yang belum dicintainya namun selalu sayang dan perhatian dengannya. Sebelum menikah dan setelah menikah bayang-bayang sosok Panji tak bisa hilang begitu saja. Bagaimana hubungan Alice dan Rama disaat hati dan pikiran istrinya masih terikat pada Panji?

clarasix · Adolescente
Classificações insuficientes
376 Chs

Part 13

Cahaya matahari mulai menerobos jendela kamar Alice hingga membuat silau keduanya. Saat kedua matanya membuka alangkah terkejutnya dia melihat Rama tidur disampingnya dengan memeluk dirinya begitu erat. Dia masih belum percaya kalau sekarang Rama telah menjadi suaminya. Itu berarti mulai sekarang hingga selamanya dia akan tidur seranjang dengan suaminya. Eratnya pelukan suaminya itu membuatnya tidak bisa lepas dan susah bernafas. Dia berusaha dengan pelan untuk melepaskan tubuhnya dari suaminya agar tidak membangunkannya.

Wajahnya yang tenggelam di dada suaminya membuat dirinya bisa merasakan bidangnya dada Rama ditambah lagi Rama hanya memakai kaos tipis berwarna putih saat tidur. Karena Alice kebanyakan gerak membuat Rama terusik tidurnya. Sehingga Rama mulai membukakan mata .

"Alice."Rama memanggil dengan pelan.

"Maaf sudah membangunkanmu."Alice menatap wajah Rama dan masih berada dalam pelukan Rama .

"Hmm."Rama semakin mengeratkan pelukannya. Alice semakin susah bernafas.

"Apakah aku tadi malam sudah menghabiskan malam pertama dengan Rama?"Alice membatin dan mulai melihat pakaian yang melekat pada tubuhnya masih utuh.

"Kamu kenapa? Kok liatin kebawah terus."Rama melihat Alice terlihat cinglak cingluk kebawah seperti melihat sesuatu.

"Nggak papa."Alice menutupi apa yang sedang dipikirkannya dan langsung mendongakkan kepalanya menatap wajah suaminya yang tepat di depannya itu.

"Aku mau ke kamar mandi."Alice masih malu terus dipeluk Rama dan ingin lepas karena sudah merasa tidak nyaman berada dalam pelukan Rama terus.

"Hmm."Rama terpaksa melepaskan pelukannya dan memandangi Alice yang terlihat aneh terburu-buru masuk ke kamar mandi. Rama memaklumi sikap Alice biargimanapun ALice butuh penyesuaian dengan kondisi sekarang yang sudah menjadi pasangan suami istri. Pasti dia masih malu-malu kucing dengannya Terlebih lagi Alice masih ada hubungan dengan kekasih..

"Aku tahu kamu belum mencintai aku sepenuhnya. Tapi aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta padaku, Alice." batin Rama memandangi Alice yang sudah masuk ke dalam kamar mandi.

Sudah cukup lama Alice berada di dalam kamar mandi. Tahu-tahu setelah keluar dari kamar mandi dia melihat ada koper berwarna hitam miliknya berada di samping kasurnya. Dia masih ingat terakhir kopernya itu diletakkan di atas almarinya, kenapa bisa berada di bawah. Kemudian dia mendekatinya dan mulai membukanya.

"Kok semua bajuku ada di koper semua?"Alice berbicara sendiri dan Rama sengaja mendengarnya. Rama baru masuk kamar ALice karena tadi sempat keluar kamar dulu.

"Udah aku tata tadi malam."Rama bangun dari tidurnya lalu duduk di atas kasur.

"Emang mau kemana ?"Alice menatap Rama ke atas. Rama berdiri di sampingnya sedangkan dirinya masih jongkok berhadapan dengan kopernya.

"Sesuai dengan kesepakatan kemarin, setelah kamu menjadi istriku kamu harus menjalankan peranmu sebagai istriku sepenuhnya. Mulai sekarang kita akan tinggal di Jakarta. D rumahku sendiri. Aku sudah mengemasi semua pakaianmu dan barang-barangmu tadi malam."Rama menjelaskan dengan santai sambil menunjuk ke arah koper. semua barang ALice sudah dimasukkannya ke dalam koper hitam itu.

"Hari ini perginya?"Alice terlihat tidak senang . Dia tidak menyangka kalau akan pergi secepat ini meninggalkan orangtuanya.

"Ya."jawab Rama.Alice tidak membantah keinginan suaminya itu. Karena sebelum menikahpun Rama sudah bilang kalau mereka telah sah menjadi suami istri, Alice harus menjadi menjalankan kewajibannya sebagai istri yang penurut terhadap perintah suaminya.

Walaupun terkesan mendadak pindah rumahnya, Alice mau tidak mau harus ikut. Karena sudah sewajarnya istri selalu mengikuti perintah suami. Walaupun dalam hati Alice masih belum siap untuk berpisah dengan kedua orangtuanya. Sebenarnya dia ingin tetap ingin tinggal bersama orangtuanya.

"Aku tadi udah minta izin ke mamah sama papah kalau kita akan pergi ke Jakarta hari ini.."Rama sudah menganggap orangtua ALice seperti orangtuanya sendiri. Alice terkejut mendengarnya.

"hmm."Alice tambah pasrah saja.

"Ya sudah aku mau mandi dulu ya."Alice berdiri dan langsung masuk ke kamar mandi. tidak ada alasan lagi buatnya untuk mengundur kepergiannya dengan Rama karena orangtuanya sendiri sudah mengizinkannya untuk diajak Rama ke Jakarta dan mulai tinggal disana.

Alice yang tahu kalau hari ini adalah hari terakhirnya tinggal bersama orangtuanya merasa sedih sekali. Bentar lagi dia akan tinggal di Jakarta bersama suaminya. Pasti waktu untuk bertemu dengan orangtuanya akan berkurang. Walaupun semasa kuliah dia sudah jarang bertemu dengna orangtuanya namun kali ini berbeda. Hari ini dia merasa seperti sudah tidak bagian dari rumah orangtuanya hal itu dikarenakan dia telah memiliki keluarga baru.

Setelah Alice selesai mandi, dia langung menuju meja riasnya untuk berdandan. Alice memang tipe cewek yang selalu memperhatikan penampilannya. Dia ingin selalu terlihat rapi dan cantik setiap hari. Tanpa bantuan make up pun wajah ALice sudah cantik alami. Ketika Alice asyik menyisir rambutnya, Rama terlihat terus memandanginya.

"Hmmm."Alice memberikan kode berharap Rama berhenti memandangnya.

"Kamu terlihat cantik sekali."Rama yang awalnya berdiri sambil bersandar ke tembok dan memperhatikan Alice di depan kaca tiba-tiba menghampiri ALice.

"Kamu nggak mandi?"Alice masih asyik menyisir rambutnya.

"Bentar."Rama mencium pucuk kepala Alice.

Alice melihat ulah Rama, membuatnya berhenti menyisir rambutnya. Dia masih merasa geli ketika Rama melakukan itu. lagi-lagi ALice tidak melakukan perlawanan karena Rama juga berhak atas itu. Rama menaruh kepalanya di atas kepala Alice.Dia menatap wajah Alice dari balik cermin.

"Muah."Rama mencium dan membelai kepala Alice.

"Kamu nggak pakai make up juga udah cantik kok."Rama terpesona dengan kecantikan ALice dari pantulan kaca.

"Makasih."pipi Alice merona, pertama kalinya Rama memuji kecantikan dirinya setelah resmi menikah.

"Ya sudah aku mandi dulu."Rama beranjak ke kamar mandi dan Alice merasa lega.

Setelah Alice berdandan, dia duduk di atas kasur sambil mengunggu suaminya mandi. Setelah menunggu cukup lama, Alice tiba-tiba dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya risi dan memalukan. Rama keluar dari kamar mandi hanya dengan sehelai handuk berwarna putih yang melingkar di pinggangnya. Sedangkan dadanya yang terlihat sexy dibiarkan terbuka begitu saja. Alice sempat fokus kearah dada Rama yang sexy itu. Sampai-sampai dia tidak mengedipkan kedua matanya. Hingga ahirnya kedua telapak tangannya reflek menutup matanya untuk berhenti menatap dada Rama.

"Kenapa ditutup?"Rama menatap Alice dengan sedikit tersenyum.

"Ng...ng..nggak papa kok."Suara Alice dibalik kedua tangannya yang masih menempel wajahnya.

"Kamu kan sudah jadi istriku. Jadi nggak usah ditutup seperti itu lah."Rama masih senyum-senyum sendiri melihat kelucuan Alice.

"Sudah."Rama memegang dan menurunkan kedua tangan Alice yang menempel di wajahnya.

"Udah ya."jawab Alice.

"Ayo kita sarapan."Rama menggandeng tangan istrinya itu menuju ruang makan. Alice menurut saja.

Sesampai di meja makan, mereka telah disambut Pak Salim dan Bu Zubaidah. Menu sarapanpun juga sudah siap semua di atas meja makan. Pak Salim dan Bu Zubadiah melihat pasangan pengantin baru tersebut langsung senyum-senyum sendiri.

"So sweet sekali kalian. Pagi-pagi sudah bergandengan tangan."Bu Zubaidah mulai menggoda Rama dan Alice.

"Ayo makan."Pak Salim mempersilahkan mereka untuk bergabung dan sarapan bersama.

"Makasih pah."Rama duduk di kursi.

"Sini."Rama menarik kursi untuk diduduki Alice.

"Makasih."Alice duduk di sebelah Rama.

Alice dan Rama duduk berdampingan saat sarapan. Alice melihat kedua orangtuanya yang tak henti-hentinya memandanginya dan Rama terus menerus membuatnya tidak nyaman.

"Mamah papah."Alice mulai kesal sama orangtuanya yang terus memandangnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Kenapa ?."Rama menengok ke arah Alice disampingnya dan tidak tahu kalau mertuanya terus memandangnya.

"Nggak papa kok."Alice terlihat terkejut dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Ayo sarapan."ajak Rama.

"Hmm."jawab Alice sambil menganggukkan kepala.

"Lho kok nggak diambilin nasi, suaminya?"Bu Zubaidah memberi saran kepada Alice.

"Iya. Kamu harus siap melayani suamimu saat makan."ucap Pak Salim sambil menatap Alice.

"Iya. Bentar aku ambilin ya."Alice berdiri dan mengambilkan piring untuk diberi nasi.

"Hmmm."Rama terlihat senang sekali dengan ucapan mertuanya.

"Kalian hati-hati di jalan ya ?"Pak Salim sudah menghabiskan sarapannya.

"Iya Pah."Rama menatap Pak Salim.

"Udah kamu beresi pakaianmu nak?"Bu Zubaidah bertanya ke Alice yang duduk di depannya.

"Sudah mah. Tadi malam udah ditata Kak Rama."Alice habis meminum segelas air putih.

"Kak?"Bu Zubaidah menahan tawanya karena panggilan Alice kepada suaminya dengan panggilan kak.

"Kenapa mah?"Alice tidak sadar dengan ucapannya barusan yang memanggil Rama dengan panggilan kak.

"Nggak kok. Kalian itu sangat romantis sekali. Baju-bajumu segitu banyaknya dikemasi Rama semua."Bu Zubaidah terlihat ingin tertawa karena ALice juga tak kunjung sadar dengan panggilanya barusan.

"Sebelumnya kamu pernah tinggal disana ya nak?"Pak Salim menatap Rama.

"Saya memang lebih sering tinggal disana pah ketimbang disini. Kan saya udah punya rumah di Jakarta. Paling saya disini hanya sebentar saja melihat proyek di sini sekalian bermain ke rumah(rumah orangtuanya)."Rama menjelaskan dengan menyandarkan punggungnya di kursi.

"Terus pekerjaan Alice gimana nak?"Pak Salim memandang Alice.

"Sudah saya urus semua pah. "Jawab Rama dengan santai. Seketika Alice langsung menolehkan kea rah Rama. Segitu cepatnya dia meghandle pekerjaannya yang harus berhenti tiba-tiba. Padahal dirinya sendiri masih ingin lanjut kerja.

"Oh ya sudah."Pak salim terlihat lega.

"Nanti kalau Alicce sudah disana, berarti kalian akan tinggal berdua saja ya."Bu Zubaidah terlihat bertanya sekaligus menggoda.

"Iya mah."jawab Rama. Akhirnya yang ditunggu-tunggu Rama sudah lama untuk tinggal bersama dengan ALice berdua saja terwujud.

"Ya sudah kalau begitu. Kita disini hanya bisa berpesan kepada kalian apapun yang terjadi kalian harus bisa saling percaya satu sama lain. Rasa saling percaya dalam rumah tangga itu sangat dibutuhkan dan sangat penting. Maka dari itu kalian harus saling percaya nantinya."pesan Pak Salim.Nasihat Pak Salim dijadikan pelajaran untuk Rama dan ALice khusunya dalam mengarungi bahtera keluarga.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.00, Rama dan Alice mulai berpamitan dengan Pak Salim dan Bu zubaidah. Alice tidak bisa membendung air matanya menahan rasa sedihnya harus berpisah dengan kedua orangtuanya hari ini. Dan hari ini akan menjadi awal kehidupan barunya bersama Rama menjalani status suami istri.

Bu Zubaidah dan Pak Salim yang sangat sayang terhadap Alice, juga tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya ketika harus berpisah dengan anak kesayangannya dan satu-satunya itu. Pak Salim, laki-laki bisa menahan rasa sedihnya sedangkan istrinya justru langsung menumpahkan air matanya.

Dari lubuk hati mereka sebenarnya mereka belum siap untuk berpisah, tapi ini sudah menjadi keputusan Alice dan Rama. Mereka tidak bisa mencampurinya. Yang hanya bisa mereka lakukan adalah mendoakan dan memberikan nasihat kepada Rama dan Alice dalam menjalani rumah tangga kedepannya.

"Mamah titip Alice ke kamu, ya nak."Pak Salim memegang pundak Rama.

"Jaga dia, sayangi dan lindungi dia ya."Bu Zubaidah sesenggukan menangis kearah Rama.

"Nggak usah khawatir pah mah, aku pasti akan menjaga dan menyayangi dia. Selagi dia disamping aku, pasti akan aman."Rama menenangkan suasana hati mertuanya. Rama menarik pundak Alice dan akhirnya memeluknya.

"Ayah sudah percaya sama kamu."Pak Salim terlihat tidak kuat lagi berbicara.

"Nak kamu disana hati-hati ya. Hormatilah suamimu. Cintailah suamimu. Dan berbaktilah kepada suamimu."pesan Bu Zubaidah tuk terakhir kalinya.

"Mamah papah, makasih semuanya. Aku akan ingat selalu pesan kalian."mulut Alice sampai bergetar.

"Sini."Rama tidak tega sehingga langsung memeluk tubuh Alice. Alice langsung menenggelamkan wajahnya di dada suaminya untuk menutupi air matanya yang jatuh ke pipi.

"Kita pamit dulu ya pah mah."Rama mencium punggung tangan mertuanya satu-satu. Begitupula Alice.

Setelah berpamitan dengan Pak Salim dan Bu Zubaidah, mereka langsung memasuki mobil. Rama langsung menancap gas mobil meninggalkan rumah. Sedangkan Alice sedang melambaikan tangan ke arah orangtuanya sebagai lambang perpisahan.

"Tisu."Rama memberikan tisu ke Alice sambil sesekali fokus menyetir mobil.

"Hmmm."jawab Alice tapi tetap saja tidak mengambil tisunya.

Cett(bunyi rem mobil Rama sehingga berhenti di pinggir jalan)

Hiks...hiks...hiks.(Alice masih menangis)

"Sini."Rama menarik dagu Alice dan mendongakkan wajah Alice ke arahnya. Rama mulai mengusap air mata Alice dengan tisu.

"Aku tidak mau kamu menangis didekatku. Karena itu akan membuatku sedih juga. Jadi tolonglah berhenti menangis."Rama berbicara semabil mengusap. Alicepun hanya bisa mengangguk.

Rama begitu telaten mengusap air mata Alice yang berjatuhan di pipi. Dia tidak tega melihatnya. Seketika Alice langsung berhenti menangis.

"Sudah."Rama sudah tidak melihat lagi air mata Alice yang menetes.

"Makasih."ucap Alice sambil menunduk.

"Sekarang mulai panggil aku Mas. Karena aku sudah menjadi suamimu."Perintah Rama sambil menyetir.

"Ya mas."Alice mencba memanggil suaminya dengan panggilan mas. Rama merasa puas mendengarnya.

Perjalan menuju Jakarta cukup lama karena macet juga. Alice merasa capek dan jenuh selama perjalanan. Matanya tidak kuat lagi untuk menahan rasa kantuknya. Akhirnya dia memejamkan matanya dan tidur pulas di sebelah Rama. Rama tahu kalau istrinya sudah tertidur dan dibiarkannya.

Setelah menempuh waktu cukup lama tidak terasa mobilnya kini sudah memasuki sebuah kompleks mewah. Rumah Rama berada di Kompleks Melati dimana semua penghuninya rata-rata berprofesi sebagai pengusaha. Kompleks Melati juga kawasannya strategis yang berada tepat dipinggir jalan raya da sistem keamanannya sangat dijaga. Kini mobil Rama masuk ke dalam garasi rumahnya. Tapi Alice masih saja terlelap dalam tidur. Rumah Rama terlihat luas sekali. Rama membuka pintu mobil dan membangunkan istrinya. Namun Alice tidak juga kunjung bangun . Hingga akhirnya Rama memutuskan utnuk menggendong tubuh Alice masuk ke dalam rumah.

Alice direbahkan di atas kasur empu milik Rama. Terlihat kamar yang ditiduri ALice sekarang tidak jauh beda dengan kamar Alice di Bandung. Warna merah muda menghiasi setiap isi kamar itu mulai cat dinding, tirai dan sprei kasurnya. Rama memang sudah lama mendesaign kamar itu agar mirip dengan kamar Alice.

Karena Rama juga merasa lelah setelah menyetir mobil tadi jadinya dia ikut tidur disamping Alice. Akhirnya mereka berdua tidur bersama di rumah baru mereka.