Sudah tiga jam dari kejadian pemukulan yang menimpa Mila namun gadis itu tak kunjung sadar. Devan yang tak pernah meninggalkan kamarnya, membuat sang asisten keheranan. tak seperti biasa nya Devan begitu perhatian pada seorang gadis terlebih baru di kenanya.
Devan melihat ada pergerakan dari tubuh Mila segera menghampiri.
" Apa yang kamu rasakan Mila, apa ada yang sakit katakan.."
" Tu...Tuan saya dimana..?" Mila melihat sekeliling kamar yang besar, tempat tidur yang king size dan catnya yang maskulin itu artinya dia di kamar seorang lelaki.
" Kamu tidak perlu takut, kamu aman disini " tanpa sadar Devan memeluk tubuh kecil Mila, memberikan berapa kecupan di atas kepalanya.
Mila merasakan kenyamanan saat Devan memeluknya, aroma parfum ini seperti pernah mencium nya.
Berlahan Mila melepas pelukan Devan, sungguh memalukan memeluk lelaki yang tak lain adalah bos nya sendiri.
Devan melihat wajah Mila yang merah merona. sungguh pemandangan yang membuat hati Devan berbunga. tanpa sadar mata mereka saling bertatap. Devan mendekatkan wajahnya pada Mila, bibirnya memberikan kecupan kecil, sungguh manis Devan tak ingin melepas ciumannya semakin lama semakin dalam, Mila yang di beri ciuman mendadak hanya bisa terdiam. ciuman pertamanya di ambil paksa oleh orang yang dia cintai. inikah rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.
lama mereka saling berciuman, Devan melepas ciumannya meski dengan enggan namun melihat Mila kekurangan oksigen mau tidak mau melepas.
"Mulai hari ini kamu adalah kekasihku...tak ada penolakan, apa kamu paham...?"
" A..apa tuan pacar...tidak..tidak tuan mana bisa begitu ini namanya pemaksaan tuan " Mila yang kesal memanyunkan bibirnya. melihat Mila yang manyun membuat Devan ingin melumat bibir Mila saat itu juga
" Sudah aku bilang kamu, adalah kekasihku "
" Tidak ada bantahan mengerti..!!!?"
"Menyebalkan.." Devan hanya tersenyum meliat kekesalan Mila.
" Sekarang beristirahatlah. besok sebaiknya tidak usah masuk kamu tetap istirahat disini "
" Tidak. besok aku akan tetap bekerja "
" Baiklah...terserah denganmu " Devan meninggalkan Mila yang kesal padanya. dan menuju keruang kerjanya disana sudah ada Ben sang asisten.
" Tuan ini semua informasi yang tuan minta " Andy menyerahkan amplop coklat. Devan membuka amplop yang di berikan Ben dan terlihat semua informasi mengenai keluarga Budi Hartanto, namun ada yang menarik perhatiannya foto keluarga. terlihat senyum bahagia dan di sisi lain ada foto seorang anak perempuan yang berdiri di sudut, sepertinya gadis ini tidak menyadari jika difoto.
" Andy...kamu yakin jika ini Karmila kecil ?"
" Yakin tuan..dan foto yang bertiga ini, adalah anak dan istri tuan Budi Hartanto "
" Itu artinya Mila..?"
Devan terus memperhatikan foto gadis yang berdiri di sudut ruangan. setelah puas melihat foto dia merebahkan diri di sofa ruang kerjanya tak lama kemudian dia terlelap.
keesokan harinya Mila yang sudah bersiap, untuk berangkat bekerja dengan langkah berlahan membuka pintu kamar, keadaan rumah yang sangat sepi. Mila melihat sekeliling ruangan yang begitu mewah, tak ada satupun orang yang di jumpainya. Mila menuruni anak tangga menuju lantai dasar, di tangga terakhir terdengar suara bariton mengejutkannya.
" Apa kekasihku berniat akan kabur...?" Mila mengusap dadanya.
" Bisakah Tuan tidak mengagetkanku " Mila menoleh kebelakang dan melihat penampilan Devan yang sudah rapih dengan setelan jas yang pas ditubuhnya. sesaat Mila terpesona melihat penampilan Devan. namun lagi-lagi suara bariton menyadarkannya dari lamunan.
" Aku tau kalau aku tampan, kamu tidak perlu memandangku seperti itu. liat bahkan air liurmu sampai menetes " Mila meraba bibirnya dan baru menyadarinya jika Devan mengerjakannya. saat akan marah di lihatnya Devan sudah berlalu dari hadapannya dengan santai tangannya di masukan kedalam kantong celana.
" Menyebalkan " dengan langkah tergesa Mila keluar dari rumah Devan, bukan rumah tapi lebih tepatnya mansion pribadi Devan yang jarang orang tau.
" Selamat pagi nona, apa nona akan pergi " tanya salah satu satpam yang berjaga di depan rumah Devan.
" Iya pak " Mila bergegas keluar dari pagar. sepanjang jalan Mila mencari taksi namun hingga keujung jalan tidak ada taksi ataupun kendaraan lain. hingga sebuah mobil Range Rover sport berhenti tepat di sampingnya.
" Masuklah kamu tidak akan menemukan taksi disini " suara itu sepertinya Mila mengenalinya. seorang lelaki tampan berkacamata hitam. Mila masuk kedalam mobil itu duduk di sebelah Devan. sedangkan Ben sang asisten duduk di belakang kemudi. di dalam mobil tak ada yang bersuara hingga, suara Mila terdengar.
" Tuan berhenti disini, biarkan saya berjalan kaki sampai ke kantor saya tidak mau ada gosip nanti " Devan menatap Mila.
" Apa kamu tidak salah, kantor masih jauh "
" Tidak apa-apa Tuan ini tidak terlalu jauh... terimakasih tuan " Mila bergegas turun dari mobil, berjalan dengan cepat. Devan yang menyaksikan kelakuan Kekasih kecilnya, Apa kekasih sungguh aneh seorang Devan yang anti wanita sekarang mengakui seorang gadis kekasihnya.
Sesampainya di kantor Mila menuju pantri dengan terburu-buru Menganti bajunya. Lusi yang melihat Mila datang menarik tangannya .
" Mila kamu kemana saja, semalam kamu tidak pulang apa sesuatu terjadi denganmu "
" Maaf semalam aku...pulang malam tadi pagi aku ada perlu jadi pagi sekali aku sudah pergi dari kost maaf membuatmu cemas, ponselku mati "
" Lusi aku keruangan Presdir dulu, nanti kita bicara lagi " Lusi yang heran dengan sikap Mila, terlihat ada luka kecil di sudut bibirnya dan melihat Mila yang terlihat menahan sakit di punggungnya menjadi semakin cemas dan penasaran.
" Mila katakan apa sesuatu terjadi denganmu...? kamu tidak bisa berbohong Mila, katakan apa yang terjadi..?" desak Lusi.
" Lusi nanti sepulang kerja aku janji akan menceritakan semuanya padamu. aku pergi dulu " Mila mengambil alat dan bergegas pergi, di tengah jalan Mila di hadang oleh Risti dan temannya.
" Aku pikir kau akan mati dalam kegelapan "
" Sayangnya aku masih hidup, kegelapan tidak akan membunuhku " setelah mengatakan Mila pergi dari hadapan mereka. " Kurang ajar beraninya dia. aku pastikan dia tidak akan selamat..."
" Resti kau akan melakukannya lagi padanya..?"
" Kita liat saja nanti "
" Apa yang akan kalian lakukan pada Mila...?"mereka terkejut tiba - tiba, asisten Tuan Devan sudah berdiri di belakang mereka.
" Pak Andy...hhmm..kita tidak...tidak ada..." Resti gelagapan saat menjawab pertanyaan dari Ben. sedang dua temannya sudah ketakutan.
" Jika kalian masih mau bekerja disini bersikap baik dan jangan membuat ulah...jika tidak aku pastikan kalian akan di pecat. kalian tau jika sampai di pecat dari perusahaan ini maka tidak akan ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ingat ini hanya teguran...!!!" Ben pergi dari hadapan mereka.