webnovel

16 Ancaman

Di ruang Presdir Mila yang sedang bersihkan meja kerja Devan di kagetakan suara Bariton, siapa lagi kalau bukan Devan.

" Kenapa kamu membersihkan ruanganku. bukannya kamu adalah kekasih pemilik kantor ini "

" Kapan saya mengiyakan ucapan tuan..?"

" Saya berterima kasih atas pertolongan tuan tapi, saya tidak mau menjadi kekasih Tuan "

" Sungguh kamu tidak mau..?"

" Itu benar....saya tidak mau menjadi kekasih anda. saya permisi tuan " Devan melihat kepergian Mila dengan senyum yang penuh arti. tak berapa lama sang asisten datang.

" Tuan saya sudah memberi peringatan pada mereka "

" Baik kita liat apa mereka masih berani mengganggu Mila "

" Tuan, satu jam lagi ada pertemuan dengan Tuan James di hotel premiere, beliau menginginkan Tuan sendiri yang hadir karena besok beliu akan kembali "

" Baiklah...katakan pada Mila aku ingin kopi "

" Baik Tuan..."

di ruang pantri, Risti yang kesal karena mendapat teguran dari asisten Andy, melampiaskan kemarahannya pada Mila.

" Heiii.. wanita sialan. berani beraninya kamu mengadu pada asisten Ben " dengan penuh kemarahan Risti mendorong Mila.

hingga perutnya mengenai ujung meja, Mila meringis kesakitan. saat akan membalas perbuatan Risti dari belakang ada yang memukul di bagian belakang kepala. pandangan Mila yang mulai kabur tak berapa lama tubuhnya terhuyung belakang namun sebelum tubuhnya menyentuh lantai sebuah tangan besar memeluk pinggangnya. dengan mata yang penuh kemarahan Devan menatap Risti.

" Andy....pecat wanita itu sekarang juga, aku tidak ingin melihatnya disini lagi.!!" Devan segera berlari keruangan.

membaringkannya di kamar miliknya, Devan segera menghubungi Dr yang bertugas di kantornya.

" Dok bagaimana keadaannya.."

" Hanya luka lebam Tuan dan bagian perutnya juga hanya memar " terang sang dr

" hhmm..."

" Tuan ini obat oles dan obat minumannya " Devan menerima obat dari Dokter dan mendeketi Mila.

" Maaf..." setelah mengecup kening Mila, bergegas menemui Ben.

" Tuan..yang menyerang nona Mila sudah saya pecat "

" Bagus...dua temannya apa kamu sudah memberinya pelajaran??"

" Mereka juga sudah saya pecat tuan "

" Batalkan acara saya, jika mereka tidak mau merubah jadwalnya "

" Baik Tuan"

Di tempat lain, Risti dan kedua temannya meratapi nasib mereka. 'sialaaann...ini semua karena wanita sialan itu awas kalau sampai aku melihatmu di jalan akan aku beri pelajaran'

****

Kediaman keluarga Budi Hartanto, Jenni yang merasa di permainkan oleh Romi, setelah mengetahui dirinya hamil Jenni tak henti hentinya mencari Romi bahkan Apartemen nya yang di Paris. namun semua nihil Romi hilang bak di telan bumi.

" Sudah ayah katakan. gugurkan kandunganmu Jenni bikin malu keluarga. "

" Sayang jangan marah terus mau bagaimanapun Jenni Putri kita "

" Iya dia Putri kita. putri yang mencoreng nama baik keluarga "

" Liat bagaimana kelakuannya apa dia mencerminkan keturuan Hartanto...katakan apa seperti ini keturunan Hartanto..?"

" Sayang apa yang kamu katakan. kamu pikir Jenni siapa"

" Aaahhh..."

" Mamah..apa yang harus aku lakukan mah "

" Apa Romi sudah ada kabarnya...?"

" Belum ada mah....Jenni sudah suruh orang buat nyari Romi mah "

" Sebaiknya kamu turuti kemauan mamah, gugurkan kandunganmu..??"

" Jika Romi tidak ada kabar, aku ikuti semua kemauan mamah"

" Ya sudah mamah mau menemui ayahmu "

" Iya mah " Kamu kemana Romi bahkan jejakmu tak ada.

****

Setelah kejadian pemecatan padanya Risti semakin dendam pada Mila, Risti membanyar preman untuk menculik Mila.

Mila terbangun dan melihat sekeliling, kamar asing. sedikit demi sedikit Mila mengingat kejadian sebelum pingsan.

Mila beranjak dari tempat tidur, dia tidak mau membuat Lusi cemas. " Mau kemana kamu.."Suara bariton itu lagi.

" Tuan saya akan kembali pantri "

" Duduk dan makan. setelah itu kita pulang "

" Tapi tuan say...."

" Tidak ada penolakan " dengan langkah gontai Mila mendekati sofa di ruang kerja Devan. Mila makan dalam diam tanpa melihat Devan di depannya. selesai makan Mila beranjak menuju pantri. Dilihatnya Lusi sudah bersiap untuk pulang.

" Mila maafkan aku tidak bisa menemuimu, tadi aku berniat menemuimu tapi Pak Andy bilang kalau kamu sedang di rawat oleh Presdir"

" Sudah jangan minta maaf padaku, yang salah itu aku, seharusnya aku menceritakan padamu " mereka saling berpelukkan.

" Mila aku pergi dulu. maaf kita membatalkan acara jalan-jalannya." Lusi pulang terlebih dahulu karena ada urusan mendesak.

Mila bersiap akan pulang, saat di lobby kantor Mila bertemu dengan Ricky yang kebetulan akan pulang.

" Mila kamu pulang sediri.Lusi mana ?"

" Lusi pulang terlebih dulu ada urusan, kamu kenapa baru pulang apa kamu juga lembur."

" Iya hayo kita pulang bersama " mereka berjalan beriringan. tanpa mereka sadari, sepasang mata menatap kepergian mereka dengan mata yang tajam.

" Mila maafkan aku ya. Karena diriku kamu jadi terluka. aku tidak tau kalau Risti sampai tega melakukan kekerasan padamu "

" Sudahlah...ini bukan salahmu "

" Mila biar aku antar sampai ke kost kamu "

" Tidak usah Ricky, aku bisa pulang sendiri "

dreettt

Getar ponsel Ricky menggeser dari Mila, tak berapa lama Ricky mendekati Mila, " Mila maafkan aku, aku harus pergi ada sesuatu yang harus aku kerjakan. "

" Baiklah tidak apa-apa "Mila berjalan dengan langkah lebar.

' Kenapa malam ini cuaca mendung ' Mila berlari kecil gerimis mulai, hingga di sebuah gang Mila merasa seseorang mengikutinya. Mila mempercepat langkahnya.

dan tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh besar menghadang jalannya. Mila membalikan badannya berniat untuk kabur. namun di belakangnya sudah ada orang. Mila mulai ketakutan saat mereka mendekati. " Tolonggg....."

" Percuma teriak disini tak ada orang cantik..."

Mila bersiap akan kabur, tapi seorang wanita menghadang jalannya.

" Risti...kamu "

" Hahaaa.... Iya ini aku. apa kabar gadis sialan, gara -gara kamu aku sampai di pecat bahkan orang yang aku cintai pergi "

" Ini semua gara-gara kamu.!!! kalian berdua lakukan apapun di pada gadis ini, aku tidak peduli bahkan jika dia di tangan kalian sekalipun." setelah mengatakan Risti meninggalkan mereka.

"Jangan coba-coba mendekat.. atau aku akan teriak "

" Cantik coba saja kamu teriak, tidak ada yang akan datang menolongmu tempat ini sangat sepi bahkan tak jarang orang lewat disini. kemarilah sayang layani kami berdua tanpa pemberontak."

" Jangan berfiki jika aku mau melakukannya. ciihhhh..." Mila meludahi salah satu orang berbadan besar itu." Kurang ajar.. beraninya kamu meludahi wajahku. dasar gadis sialan."

sang pria berbadan besar itu menarik tubuh Mila dan tangannya siap untuk menapar Mila namun sebelum tangan itu mencapai wajah Mila ada tangan besar yang menahannya.

" Beraninya kalian menyakiti kekasihku " Devan yang emosi memukul mereka tanpa ampun. hingga salah satu tangan mereka patah. Devan melihat Mila yang ketakutan, Devan mendekati dan memeluk Mila.

" Kamu sudah Aman sekarang "

" Ayo.." Devan mengangkat tubuh Mila masih gemetar karena ketakutan.

" Ben... Kamu sudah tangkap gadis itu ?"

"Sudah tuan, Mereka membawanya ke ruangan bawah tanah"

' Sepertinya Tuan benar-benar menyukai gadis ini, dari caranya menatap bahkan sampai menolongnya, bukanlah sifat Tuannya selama ini Ben bekerja pada Tuan Devan tidak pernah memperlakukan gadis manapun dengan begitu lembut dan perhatian, gadis yang spesial '

Ben membukakan pintu untuk tuannya, meliat bagaimana sikap posesif tuannya pada Mila membuat Ben tersenyum.

" Aku tau apa yang kamu pikirkan ?"

"Maaf Tuan "

sesampainya di mansion Devan membaringkan Mila di kamar pribadinya. sesaat memerhatikan wajah Mila dan terhenti di bibir merah alami, dengan berlahan Devan mengecup bibirnya. dengan gerakan cepat Devan menutupi tubuh Mila dengan selimut tebalnya. Devan keluar dari kamar menuju ruang bawah tanah terlihat seorang wanita yang berdiri tangannya diikat mata termulut dengan kain hitam mulutnya di tutup lakban. Ben membuka lakban dengan kasar.

" Auuhh...siapa kalian beraninya kalian memculikku ?"

Devan terus saja memperhatikan tingkah gadis itu. Devan menyuruh melepas semua ikatan pada gadis itu.

gadis itu terus berteriak namun saat matanya melihat sosok yang sangat dikenalnya membuat Risti bertanya.

" Tuan Devan apa anda akan menolong saya dari penculik "

"Saya tidak akan menolong orang yang menjadi dalang kekerasan yang di alami kekasihku."

" Ben..singkirkan gadis itu, ternyata dia kebal dengan ancamanmu."

" Baik Tuan "

Next chapter