webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Adolescente
Classificações insuficientes
114 Chs

Chapter 68

Raku

Pukul enam pagi, suara kicauan burung, langit biru yang indah, awan yang melayang layang dengan bebas. Matahari pagi ini bersinar sangat cerah namun sama sekali tak terasa panas. Ya, karena ini adal musim gugur.

Pagi yang biasa, hari yang biasa, rasa malas yang biasa. Semua berjalan biasa saja pagi ini. Yang berbeda adalah sekarang aku melangkah bersama seorang gadis di samping ku. Semenjak sekolah dasar dulu aku selalu berangkat ke sekolah seorang diri.

Ini adalah musim gugur pertama yang ku jalani dengan berangkat sekolah bersama seorang gadis. Seorang gadis yang bahkan belum ku ketahui nama nya ini.

"Eh ... Raku ... kamu ikut klub tambahan apa? ... kok kayak nya aku gak pernah liat kamu pulang sore?", tanya gadis rambut merah padam itu sembari menarik lengan seragam ku.

"Hmm ... aku gak ikut klub tambahan ... males ...", jawab ku tetap melanjutkan langkah dengan wajah cuek.

"Oohh ...", wajah cantik nya semakin jelas terlihat di mata ku.

"Kalo kamu?", tanya ku berusaha mengalihkan pandangan ku dari wajah nya.

"Aku ikut klub sains sama matematika ... makanya aku pinter itung itungan kan?", sekeras apa pun aku berusaha mengalihkan pandangan ku, tetap saja wajah cantik nya mengambil perhatian ku.

Nama nya ...

Nama nya ...

Tanya lah nama nya payah!

"Ehmm ... siapa nama mu? ...", tanya ku gugup tapi tetap berusaha terlihat dingin.

"Eh?"

"Ma-maksud ku ...", aku malah semakin gugup setiap kali berusaha bersikap seperti biasa nya.

"Raku ... kereta nya udah mau berangkat tuh ...", ucap gadis itu menunjuk ke kereta yang berhenti di stasiun kecil yang biasa aku datangi.

"He?!"

Gadis itu tiba tiba menarik tangan ku untuk berlari bersama nya.

Priiiitt ....

Peluit dari masinis kereta terdengar tanda kereta akan segera berangkat.

Untung nya kami berhasil masuk ke gerbong kereta tepat saat pintu gerbong kereta menutup.

"Huhh ... untung aja ...", ucap gadis itu menghela nafas lalu duduk di tempat duduk yang ada di gerbong kereta.

Aku hanya berusaha bersikap dingin dan duduk di samping nya. Walau sebenar nya jantung ku berdegup kencang hanya karena tangan ku di sentuh oleh nya.

"Tadi kamu tanya apa?", gadis itu menoleh ke arah ku dengan wajah imut nya.

"Namamu ...", kata ku tanpa memperhatikan wajah nya yang membuat jangtung ku berdegup kencang.

"Nazuki Haru ...", senyum nya kembali menyerang ku.

"O-oh ...", perasaan ku mulai campur aduk.

Apa aku jatuh cinta?

Cih ... perasaan yang paling aku hindari, kenapa kau muncul?

"Kau ini aneh Raku ... aku loh duduk sebangku sama kamu satu semester, masa kamu ga tau nama ku", ujar nya menepuk kepala ku dengan lembut.

Aku hanya bisa terdiam dan berusaha tetap terlihat dingin di depan nya. Aku pun berusaha mengalihkan perhatian ku dengan bermain game di ponsel ku.

"Nee ... Raku ... jangan main game terus lah ...", ujar nya lalu merebut ponsel dari tangan ku.

"Hoi ...", wajah malas ku mulai kembali.

"Aku kembaliin pulang sekolah ya?", Haru memasukan ponsel ku ke saku seragam nya.

"Oke oke ... terserah kamu", aku kembali berdiri dan menuju ke depan pintu keluar gerbong kereta.

""Pemberhentian selanjutnya stasiun Asakura"", suara masinis memberi tanda kami akan segera sampai di tujuan.

"Nee ... Raku ... kamu ngambek?", Haru berdiri di belakang ku dan menarik lengan seragam ku.

Cih ... apa apaan sikap imut nya itu ...

Tanpa sadar pipi ku mulai memerah. Jantung ku berdegup sangat kencang. Disaat yang sama kereta berhenti melaju dan pintu keluar gerbong kereta di depan ku terbuka otomatis.

Tanpa basa basi aku segera melangkah keluar dari gerbong kereta dan segera berjalan keluar dari stasiun. Haru tetap mengikuti langkah ku dari belakang. Setelah sampai di luar stasiun aku berhenti di depan zebra cross yang biasa ku gunakan untuk menyebrang menuju sekolah.

"Emm ... Haru ... ngomong ngomong kamu hari ini ada klub tambahan gak?", aku memberanikan diri ku untuk bertanya pada nya dan tetap berusaha bersikap cuek.

"Ada ... emang kenapa?", Senyum nya membuat ku tak bisa lepas dari wajah nya.

"Ga ada apa apa ...", ucap ku tanpa memandang wajah nya.