Kaito
"Nee ... senpai ... Kakak ku suka bunga matahari loh"
Lagi lagi, suara Ame seakan membuka kunci kedua mata ku agar kembali terbuka lebar. Aku terduduk di ranjang dan melihat sekeliling. Jam dinding yang masih menunjukan pukul empat pagi dan detakan nya yang terdengar jelas di telinga ku. Ruangan yang masih gelap dengan pancaran cahaya bulan yang masuk ke jendela dengan tirai yang terbuka.
Cih ... Ame, kenapa kau membuat ku gila?
Dan juga kenapa kau berkata tentang kakak mu?
Disaat yang sama aku mendengar suara nafas lembut Hanabi yang tertidur lelap diatas sofa panjang yang ada di seberang ranjang ku. Celana pendek warna biru dan kaos warna putih dan rambut hitam panjang yang berantakan. Aku sadar adik ku tak sempat mengurus diri sendiri karena selalu ada di sini menemani ku.
Maaf Hanabi ... kakak selalu ngrepotin kamu ...
"Eh?! ... kakak kok udah bangun?", tanya Hanabi langsung terbangun saat melihat ku sudah duduk di ranjang.
"Hmm ... Hanabi, kalau mau sekolah hari ini gapapa", ucap ku melihat ke arah jendela.
"He? ... apa kakak ngusir aku?", tanya Hanabi dengan wajah kesal nya.
Hadeh ... susah ngomong sama Hanabi ...
"Hmm ... kalo gak mau sekolah ... biar kakak yang sekolah", ucap ku mengancam nya lalu turun dari ranjang dan melangkah ke arah pintu keluar.
"Heehh?!! ... oke oke Hanabi bakal sekolah ... cih, kakak tolol", ujar Hanabi dengan wajah kesal.
"Naa ... gitu dong ... sama bawain jajanan kalo pulang sekolah nanti ya?, hehe ...", canda ku dengan sedikit tawa.
"Ya udah ... Hanabi pulang ke rumah sekarang ya ... kalo ada apa apa telepon Hanabi ya?", ujar Hanabi membuka pintu keluar lalu melangkah pulang.
"Punya adik cewe emang repot ...", gumam ku lalu kembali berbaring di ranjang.
"Ai?! jangan lari!!"
Suara yang ku dengar dari koridor rumah sakit langsung menarik diriku untuk bangkit dari ranjang dan berlari keluar dari ruangan ku.
Bruak ...
Seseorang menabrak ku tepat saat aku keluar dari pintu ruangan ku. Kami berdua terjatuh ke lantai.
"Aduh ... kamu gak apa apa kan?", tanya ku memastikan keadaan orang yang menabrak ku sembari kembali berdiri.
Saat aku melihat orang yang menabrak ku, aku sangat terkejut karena dia adalah Ai. Rambut pirang keemasan yang terurai dan ia juga memakai baju rumah sakit yang sama seperti yang ku kenakan saat ini.
"Ai? ..."
Setelah Ai melihat ku, dia malah segera bangkit dan berlari pergi dari ku.
"Kaito-san?! ...", Naya tiba tiba berada di belakang ku dengan nafas yang terengah engah.
"Na-Naya? ... kenapa kamu ..."
"Ai?! ... Ai dimana?!", tanya Naya dengan wajah panik.
"Kesana ... tapi ...", aku menunjuk ke arah kemana Ai berlari.
"Oh ... Makasih ...", ujar Naya lalu berlari mengejar Ai.
Perasaan ku kok gak enak ...
Aku pun melangkah perlahan mengikuti mereka berdua yang seperti nya menaiki tangga ke lantai dua. Setelah memijakan kaki di anak tangga terakhir aku melihat Naya sedang berdiri di depan ruangan yang tertutup. Tanpa pikir panjang aku pun menghampiri nya.
"Naya? ...kamu ngapain?", tanya ku menepuk pundak nya.
"He? ... emm ano ... Nandemonai ...",(bukan apa apa) jawab Naya dengan senyuman nya.
"Tu-tunggu ... apa tadi kamu ngejar Ai?, apa cuma aku yang salah liat ya?", aku sedikit ragu karena kepala ku masih sedikit pusing karena operasi.
"Kamu salah lihat ... aku permisi dulu ya?", kata Naya pamit lalu melangkah meninggalkan ku.
He?! kayak nya ada yang aneh
Cih ... pala ku pusing lagi ...
Aku pun memutuskan untuk kembali menuruni tangga dan melangkah ke ruangan ku lagi.
Greek ...
Setelah masuk dan menutup pintu ruangan ku, aku kembali berbaring di ranjang ku. Kepala ku masih sedikit sakit pasca operasi. Dan juga pikiran ku kacau hari ini, aku masih terlalu memikirkan mimpi aneh ku kemarin.
Ai, Ame ... apa mungkin mereka saudara?
Kalau memang benar maka ...
Disaat yang sama cahaya matahari mulai terpancar masuk melalui jendela.
Oh iya ... ngapain Naya pagi pagi ke sini coba?
Dan juga ... apa tadi bener bener Ai?
Adeh ... makin pusing aja kepala ku ...