Siswa SMA absurd yang naksir sama cewek tercantik di sekolah. Di sisi lain dia juga di taksir sama gebetan adik kandungnya.
craasshhhhh
"woy woy woy, santai dong! enggak usah pakai nyiram!", gue bangun sambil gelagaban.
"bangun lo bang! Nanti enggak dapet bus sekolah gratis, ngutang lagi sama gue"
"lo jadi ade perhitungan banget yak!"
"lo nya yang di pinjemin duit enggak tau diri. yang ngutang sama yang minjemin, lebih songong yang ngutang!"
Itu adik gue, adik laki - laki gue, namanya Digo, nama lengkapnya Indigo Pramana. Harapan dia di kasih nama itu supaya dia jadi anak Indigo yang punya IQ tinggi, tapi apa daya dia cuma sebatas indihome, tapi IQ nya lebih lumayan daripada gue yang cuma 95.
Gue?. Nama gue Satria bijaksana wibawa. Doanya nyokap - bokap gue di kasih nama itu supaya gue bisa jadi pahlawan yang bijak, tapi apa daya gue hanya sebatas ini. Hanya laki - laki biasa yang bangun kesiangan dan pura - pura sakit kalau lagi upacara. Lagipula mama sama papa enggak lihat sikon, kan penjajah udah pulang, gimana gue bisa jadi pahlawan?. Umur gue 15 tahun, gue sekolah Di SMA Maju Mundur Cantik. Namanya Maju tapi tata letak gedungnya rada mundur dikit, karena kalau di tengah menghalangi jalan.
kata pak ustad, sekolah itu sama aja dengan jihad, iya gue setuju!. Karena setiap hari gue bertarung dengan waktu buat dapat tumpangan bus sekolah gratisan. Lumayan ongkosnya bisa lebih, buat beli kuota.
"ma, Satria pergi sekolah ya", pamit gue sambil mencium pipi mama.
"kamu enggak sarapan?"
"enggak ma. Udah kenyang!"
"makan apa?"
"pesona Mama"
Praattt...
Sebuah koran mendarat empuk di bokong gue, si Papa emang suka KDRT nih sama anak.
"papa jangan sembarangan mukul ya! Nanti Satria laporing ke BAWASLU"
"KPAI kali", celetuk Digo.
"loh memang lapor ke BAWASLU enggak boleh?", sahut mama.
"ya enggak lah ma. BAWASLU itu buat ngelaporin pelanggaran di lapangan sepak bola", sahut Digo lagi.
Yah enggak heran lah kalau IQ gue cuma 95!. Lihat kan pabriknya aja absurd nya bagaimana?.
"BAWASLU itu Badan Pengawas Pemilu, ma", sahut ku.
"kok kamu pinter? ", tanya Papa heran.
"ya masa hal kecil gini aja enggak paham!"
"kamu pasti bukan anak papa? Iya kan! Kembalikan Satria", ucap Papa sambil melotot ke arahku dan mengocok - kocok badan gue.
"nih, pa", aku memberikan sebuah teko berisi air pada papa.
"apaan ini?"
"mau Satria balik kan? Itu di gosok. Udah ah Assallamuallaikum"
Duh coba bayangkan gimana rasanya jadi gue?. Udah otak gue ngaco, orang di rumah gue ngaco, belum lagi temen gue di sekolah, dosa apa yang telah gue lakukan di masa lalu?, apa tidak bisa gue jadi sedikit berfaedah?.
Gue berlarian dengan kencang menuju halte, huft untung aja masih dapet gue.
"Sat", seseorang menepuk pundakku dari belakang.
"kenapa?", gue menoleh kepadanya.
"kok lo pake batik?"
"kan ini hari Kamis"
"ini Rabu!"
Oh shittt, gue ketipu sama otak gue sendiri!. Kenapa otak gue bilang ini hari kamis?.
"bang, stop, bang"
Gue segera turun lagi dari bus dan berlari balik ke rumah. Gue segera masuk ke rumah dan sialnya gue di kasih pemandangan gak sedap.
"Ma, pa!. Ngapain mesum di meja makan sih?"
Tegur gue kepada bonyok yang mesum dan sedang bertindihan di depan mata gue sendiri. Untung gue enggak hobi nonton bokep!. Mereka pun buyar dan jadi salting gara - gara gue mergokin mereka bercumbu mesra.
"mama kamu tuh yang ngajak"
"eh enak aja kan papa yang minta"
"mama!"
"papa!"
Ah bodo amat!, gue harus ganti seragam. Gue berlari menuju kamar gue dan segera ganti baju. Kenapa gue sampe jadi bego kayak gini!. Selesai ganti baju, gue kembali turun ke bawah. Lagi - lagi mama sama papa gue lagi mesum, kali ini mereka pindah di sofa ruang tamu.
"awas!. Satria enggak mau punya adik lagi ya!", tegur gue sambil berjalan di samping mereka.
"eh papa udah pake pengaman?", tanya mama.
"belum!", jawab papa melotot.
"yah maaf Sat. Kayaknya kamu bakal punya adek", ucap mama santai lalu meneruskan kewajibannya.
Ah terserah lah, terserah mereka berdua.
Papa gue pilot jadi jarang pulang kalau sekalinya pulang ya gitu deh kangennya sama mama gue. Tapi tau tempat juga kali pa!.
Gue balik lagi ke halte, tapi gue ogah lari, percuma!. Jam segini udah enggak ada bus sekolah gratis, alhasil gue pake e-cash gue buat naik TJ. Wuihh ini yang gue malas, kalau lagi rame, desak - desakkan, entah wangi apa gue nanti padahal gue tadi habis pake parfum mahal yang papa bawain dari swiss.
Cittttt
Bukkkk
Ini yang gue malas, kala nge-rem mendadak alhasil gue asal nubruk aja. Andai gue permen karet ! Jadi gue bisa nemplok, lengket dan susah jatuh.
"ih santai dong mas", tegur perempuan di depanku.
Gue terpesona melihat kecantikannya, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah muda, rambutnya panjang, mukanya dingin kayak es kiko. Dia gebetan gue, anak satu sekolah sama gue, namanya Dakota Fabby Lie.
Kata anak - anak di sekolah, dia mirip Jisso Blackpink, tapi bagi gue dia sama aja mirip..., mirip Masa depan gue. Dia gadis keturunan Jerman - Tionghoa, lah indonesianya mana?. Gue! Hahaha, yang nanti akan jadi jodohnya. Neneknya orang indonesia, bapaknya lama tinggal indonesia. Makanya dia sekarang ada di bumi pertiwi ini, yang cantiknya setara dengan wajahnya.
Gue naksir dia dari sejak pertama masuk sekolah, entah kenapa setiap dia lewat selalu ada angin sepoi - sepoi yang datang membelai gue. Tapi, susah banget dapetin dia. Dia itu super jutek, tapi karena super cantik yaudah deh termaafkan.
Berbagai cara gue coba buat menarik perhatiannya, mulai dari bacain puisi di lapangan, ngasih bunga, tapi tetep aja semua perjuangan gue sia - sia.
Gue gak pernah bosen melihatnya, dia itu bagai embun pagi yang menetes kesiangan. Dia itu enggak usah sekolah magic karena kecantikkannya udah otomatis menyihir orang. Gue bagai boneka enggak punya nyawa, setiap dia jalan gue selalu ngikutin. Dia jalan ke kantin gue juga, jalan ke toilet gue juga, jalan ke kuburan gue juga, loncat ke lubang buaya ya gapapa gue kan pahlawan.
"Woy, Sat. Ngerem! Kelas loe disini", ucap Dimas sambil narik baju gue.
"lepas ah. Gue mau pindah kelas", gue melepas tangannya.
"sok aja. Nanti yang ngajar pak Kustaman, emang loe udah ngerjain PR fisika?"
Toeeengg
Anjrittt, iya PR fisika gue lupa!, gue mundur ke belakang dan masuk ke kelas. Gue merayu Deny buat nyontek buat dia.
"Dim, nyontek dong!"
"ogah!"
"dih lo mah! Nanti kalau bokap gue bawa oleh - oleh gue kasih"
"gitu! Bentar ya?"
Dimas mengambil sesuatu dari dalam tasnya, Yes gue di kasih nyontek. Tapi dia malah mengeluarkan kotak pencil dan mengeluarkan isinya.
"nih udah ada gantungan kunci segini banyak! Lo mau kasih lagi! Lo ngasih oleh - oleh yang berfaedah dikit kek", ucapnya sambil menunjukkan gantungan kunci yang berserakan di atas meja.
"yah elah please!"
"tuh"
Dimas menunjuk seseorang, seorang cewek di kelas gue. Dia Dira, cewek super cerewet dan galak, gue lebih baik di gigit anjing gila daripada harus berhadapan sama dia.
"ogah ah"
"yaudah"
"ck ah", gue pun berdiri dari kursi.
"bagi - bagi ya"
Gue berjalan mendekat
kearahnya lalu gue duduk di kursi yang kosong di sampingnya. Dia melirik gue seperti kuntilanak melihat sate, huft kalau gak demi masa depan gue ogah deh!.
"Dira", sapaku dengan lembut.
"apaan!", tanyanya pake urat. Hemp kalau gak demi masa depan udah gue kasih saos.
"udah ngerjain PR fisika belum"
"ngapain loe nanya - nanya!"
Gue juga maunya gak mau nanya maimunah, ughh untung loe anak pinter.
"mau nyamain jawaban boleh gak?"
"nyontek maksud lo!"
"bukan. Nyamain jawaban!"
"sama aja! Lo pikir gue bego!"
"iya memang aku ini orang yang bodoh", ucapku dengan tampang memelas.
gue itu lagi kesusahan Ra, bokap gue jadi tukang becak sedang nyokap gue lagi butuh biaya persalinan. Malah adik gue masih sekolah, jadi huaaaa jadi gue gak fokus belajar"
"ya ampun serius lo?", tanyanya dengan tampak simpati kepadaku.
"iya"
"yaudah nih", dia ngasih buku itu ke gue.
"bego", gumam gue pelan.
"apa lo bilang?"
"Terimakasih"
"oh iya sama - sama"
Dira, dia anak paling pinter dan paling rajin di sekolah ini. Kalau datang ke sekolah aja jam 5 pagi padahal gerbang baru di buka jam 6. Selain rajin, dia juga nyebelin. Kadang dia suka bikin masalah.
"Pak ada PR"
"woooooo"
Nyebelin kan! Kadang kalau enggak inget dosa, gue pengen bully itu bocah, tapi jangan! Gue cinta damai.
"gue dapet bro", gue buka buku itu buat di contekin bareng Dimas.
"emang sebenarnya yang paling pinter itu lo!"
Jelas lah! Biarpun Dira paling pinter tapi pada akhirnya dia bisa gue begoin.
Kalau Dimas itu temen baik gue, kita ketemu waktu di saat nyokap kita bedua lagi ngedenin kita keluar dari perut. Kita itu lahir di rumah sakit yang sama, hari yang sama! Kadang gue sempet berpikiran kita di tuker enggak ya sama suster soalnya dia itu mirip bokap gue, sedangkan gue mirip sama nyokapnya dia. Gue mau minta tes DNA tapi papa selalu nolak, katanya mahal. Secara papa lagi nabung buat beli pesawat.
Gue sama Dimas itu adalah dua sejoli yang tidak terpisahkan, kemana - mana bareng. Lahir bareng, TK bareng, Ngaji bareng, SD bareng, ke kantin bareng, eskul bareng, bahkan ke toilet. Bahkan waktu toilet rame kita pernah join kakus.
"Eh Sat, gantian dong eek gue udah mau keluar nih", katanya waktu itu sambil menahan lubang silit dengan jari telunjuknya.
"ok..Ok sip", gue berdiri nunggu dia.
"eh gantian lagi dong nih eek gue udah mau keluar"
Brruutttt
"ahhh leganya. Nih gantian nih"
"oke", gantian gue yang jongkok.
Brruttt pret prepet.
"aahhh lega juga"
Tok... Tok...
"sabar woy!", teriak gue dari dalam.
"gue cebok dulu Sat"
"yaudah nanti gantian gue yang cebok"
Setelah selesai gue sama Dimas keluar, tiba - tiba gue lihat seorang murid yang berdiri dengan wajah pucat memandangi kita berdua.
"kenapa lo?", tanya Dimas.
"enggak!", jawabnya kaku.
Kemudian si anak lari sambil teriak,
"woy!. Dimas sama Satria mesum di WC! mereka mendesah"
Gue dan Dimas pun kaget mendengar hal itu, gue sama Dimas buru - buru keluar dan teriak.
"WOY KAMPRET! KITA LAGI BOKER!"
Anak - anak yang lewat pada
ngeliatin kita, ya tapi kita santai aja. Orang Ganteng mah BEBAS!.
*****
Pas jam istirahat seperti biasa
gue sama Dimas nongkrong di bawah pohon, sambil memantau Dakota yang biasa ngumpul sama temennya, ngerumpi bareng sambil lihat lambe turah di dekat kantin.
"Sat, Dakota tuh", kata Dimas sambil nyikut gue.
"hemp sama si monyet"
Gue melihat Dakota sedang berjalan berdua dengan pacarnya. Kata orang pacarnya ganteng, tapi itu kata orang. Kata orang dia sama pacarnya itu serasi, mukanya sama - sama mirip kayak artis korea. Si Dakota mirip kayak jisoo nah si Ifan mirip jahat J-hope.
"biar pun monyet tapi katanya ganteng Sat"
"gue juga bisa jadi pacar Dakota"
"mirip sama J-Hope dulu lo!"
"gue juga mirip J - Hope"
"mirip darimana? Dilihat waktu lo masih jadi sperma juga gak ada mirip - miripnya"
"J = Jangan, Hope = Harapan. Gue mirip J - Hope = jangan ada harapan"
Plakkk
Dimas mukul bahu gue pake buku komiknya.
"receh lo"
"tapi ya, biarpun dia ganteng, dia enggak bisa selucu gue. Ya enggak?"
"intinya Sat, biarpun dia ganteng, Dia enggak bisa bego - begoin anak pinter di sekolahan ini! Cuma loe yang bisa!"
"iya itu!"
"hahahahahaha"
"gue samperin"
"dih cari masalah lo!"
"gue enggak nyari, tapi dia datang sendiri"
Inilah Satria, enggak pernah buang kesempatan yang ada di depan mata. Selagi ada mangga segar di depan mata, hajar bleh!. Gue sisir rambut gue ke belakang, jangan lupa di tambah minyak telon biar gak jabrik. Berjalan tegap kayak model catwalk, sambil tebar - tebar pesona. Woy angin mana woy, butuh angin.
"hei gadis Cantik berambut panjang"
Seketika Dakota menoleh ke arah gue, duh berasa angin sepoi - sepoi berhembus, membelai rambut gue yang kece ini sambil di iringi lagu.
Lirikan matamu menarik hati
Oh senyumanmu, manis sekali
Sehingga membuat aku tergoda
Jeng jeng jeng jeng
"apaan!", Dakota nyahut.
"putusin tuh pacar lo! Terus datang ke pelukan gue"
"hah? Apaan?", tanya Dakota lagi.
Buseh dah ini cewek cantik tapi budek kali ya?,.Di suruh putus malah kebanyakkan nanya.
"putusin cowok kamu", kata gue sambil nunjuk cowok yang ganteng tapi gak lucu yang berdiri di sebelahnya.
"perintilan pisang goreng pontianak ini ngomong apa sih yang?", tanya si Ifan.
Parah, gue di bilang perintilan pisang goreng pontianak! Gak sadar apa kalau dia mirip lidi telur gulung. Kalau gue berani, udah gue tabok ini orang.
"katanya tahu bulat satu nya 500", bisik Dakota ke Ifan.
"oh tahu bulat!. Mending pergi aja yuk"
Ifan mengandeng tangan lembut Dakota lalu membawanya pergi melewati gue. Hati ini terasa begitu remuk saat melihatnya!. Tangan indah Dakota harus di sentuh terlebih dahulu oleh laki - laki tidak seberapa itu. Tenang Dakota, sebentar lagi aku akan merebutmu dari hanoman itu.
"woy. Udah mending kita ke kantin aja"
"iya. Yuk Dim"
Di sekolah ini gue itu bukan anak biasa, tapi terkenal banget juga enggak. Gue itu punya pekerjaan penting di sekolah ini selain jadi siswa, yaitu jadi ahli cinta. Setiap jam istirahat ada aja adik kelas yang berlomba ketemu sama gue buat menyelesaikan persoalan cintanya. Tempat praktek gue, di meja dekat tukang bakso. Kalau mau konsul gampang! 2 mangkok bakso dulu.
"jadi siapa Dim kliennya?", tanya gue ke Dimas.
"adik kelas. Perempuan, kelas 1F, pintar, lumayan cantik, rambutnya panjang tapi rada jutek sama rada dingin, rada gak peka"
"itu orang rada - rada?"
"kayaknya gitu. Permasalahan : suka sama kakak kelas tapi bingung cara ngungkapinnya"
"gampang itu mah"
"woy sini lo", Dimas memanggil adik kecil itu.
Munculah satu sosok adik kelas yang unyu - unyu, rambutnya pendek sebahu, kulit putih, gak pake bedak, gak pake lipstick, ini bukan make up no make up look kan?. Dia duduk di depan gue, tanpa menyapa, tanpa senyum dan tanpa menunduk. Ini orang kaku amat! Dia orang atau plastik laminating sih?.
"kenalin nama gue Satria"
"nama saya Lola"
"gimana? apa yang bisa gue bantu?"
"gini Bang Sat"
Seketika gue langsung keselek dan naik darah mendengar itu.
"eh bisa biasa aja enggak? Adik kelas manggil enggak sopan!", ujar gue dengan segala kenyolotan sampai mata gue melotot pengen keluar.
"apa salah saya kak? Kakak tadi bilang namanya Satria kan? Kalau kakak kelas harus di panggil abang kan? Lalu apa saya salah manggil anda Bang Sat?"
Gue pun mulai berpikir, iya juga sih emang nama gue Sat. Iya ya dia enggak salah ya! Lah kenapa gue yang Baper. Pinter juga ini anak! Namanya Lola tapi loadingnya cepet.
"ehm iya ya ya. Sorry gue tadi Baper. Terus sekarang gimana?"
Dia berdiri dan merogoh sesuatu dari saku roknya. Lalu dia mengeluarkan sebatang coklat kemudian dia menyodorkan coklat itu ke gue.
"jadi ini harus gue kasih ke siapa?", tanya gue sambil mengambil coklat itu dari tangannya.
"Itu buat Bang Sat. Aku suka Bang Sat!"
Setelah itu dia pun langsung lari terbirit - birit dari hadapan gue. Gue masih loading sambil membolak - balik ini coklat. Dia bilang apa? Suka gue? Hemp maklum! Susah memang jadi cogan.
"apa katanya?", tanya Dimas.
"dia suka sama gue"
"terus?"
"dia lari. Loe gak liat dia lari?"
"ck ck ck adik kelas yang malang"
***