webnovel

JANGAN KASIH KENDOR!!!

Pagi itu gue berjalan di koridor menuju ke kelas gue. Gue melewati kelas Dakota yang ramai.

"ah isi amunisi dulu ah"

Gue berdiri di jendela, mengisi amunisi dengan melihat wajah Dakota yang kyeopta - kyeopta gitu deh.

Dakota duduk di pojok, di dekat meja guru. Di belakangnya ada teman se-genk nya. Mereka lagi berbincang sambil review bedak. Rasanya kayak lihat 7 bidadari yang lagi travelling ke bumi. Enak ya mereka, punya orang dalam kayangan.

Mata gue fokus memandangi wajahnya, enggak mau lepas dan enggak rela untuk bagi - bagi.

kringgg....

Bel masuk berbunyi, tapi bagi gue sebuah bel bukan alasan untuk melepas wajah cantik Dakota.

"ehem"

Dakota itu kayak matahari di pagi hari, cerah dan kalau malam dia jadi bulan, cerah. Dari pagi sampai ke malam cerah terus, rahasianya apa sih kakak?. Gue tebak pasti dia pakai garnier, apalah gue yang cuma maskeran pakai bedak bakal mayat. Biar awet aja sih!.

"ehem!. Satria!"

"mampus! Guru!"

Gue langsung berbalik badan. Berdiri tegak dan menyuguhkan senyum manis.

"eh Bu Martha. Kirain siapa? Soalnya kayak ada aroma bidadari gitu"

"ah kamu bisa saja", jawab dia sambil memukul manja. Wah... Perasaan gue buruk nih.

"kamu ngapain? Bukannya masuk kelas"

"oh lagi belajar IPA"

Bu Martha celingukkan cari sesuatu.

"belajar dimana? Buku kamu mana?"

"lah belajar IPA mah enggak perlu pakai buku, bu"

"lantas apa yang kamu pelajari?"

"menghargai keindahan alam, bu"

"dengan cara?"

"memandangi wajah, ibu", eaak tapi bohong!. Sambung gue dalam hati.

Bu Martha memainkan rambutnya. Nyesel dah tadi bohong.

"sana balik ke kelas"

"terimakasih, bu"

Gue berlari menuju ke kelas. Daripada gue di godain sama tante - tante.

***

Gue dan Dimas jalan menuju ke kantin. Di tengah jalan gue ketemu Dakota DKK.

"hai, Sat", sapa Dakota.

Dengan begitu ringannya dia nyamperin dan tangan gue pun di gandeng.

"guys, gue sama Satria aja", kata Dakota ke teman - temannya.

"cieee... Yaudah kita duluan ya"

Gue memandangi Dakota. Sedangkan

Dimas melongo tidak percaya.

"lo pakai bulu genderuwo? Fix lo pesugihan", kata Dimas di telinga gue.

"bukan!. Hanya bulu kaki bokap gue"

Secara, bokap gue kan ganteng pasti di bulunya masih ada percikan pesona.

"Dimas, enggak masalah kan kalau gue gabung?"

Gue menoleh sambil melotot.

"boleh kan?", ancam gue.

Dimas jadi gugup.

"Boleh dong, nambah satu lagi juga gapapa!", jawab Dimas.

"Sat, aku cukup kan?", tanya Dakota.

"lebih dari cukup", jawab gue sambil

terpesona.

"yuk"

Kita bertiga jalan ke kantin dengan Dakota yang bergelayut di tangan gue. Rasanya, gue kayak lagi bawa salah satu malaikat. Harga diri gue mendadak naik, padahal biasanya sale 75%. Efek Dakota memang luar biasa.

Kantin sudah mulai ramai. Dari kejauhan terlihat gerombolan Ifan and budak. Mereka menguasai sebuah meja panjang, menjadi centre di kantin. Secara mereka ganteng, sayangnya gue enggak suka genk - genkan makanya enggak gabung.

Gue, Dimas dan Dakota lewat di samping meja mereka.

"turun standard ya lo!", seru Irfan.

Dakota pasang tampang kesal, dia menoleh ke Irfan yang lagi di rangkul mesra sama pacar barunya.

"bukan urusan lo!", jawab Dakota sambil menarik gue pergi.

Tapi gue enggak terima kalau kesayangan gue di bilang turun standard. Adanya juga Ifan yang rendahan, level gue jauh di atas Ifan, karena gue bisa setia.

Dakota mengajak gue duduk di sebrang meja mereka. Dakota duduk di samping lalu menyandarkan kepalanya di pundak gue. Alamak, tuhan telah membuka pintu rezeki buat gue.

"kalian enggak pesan makanan?", tanya Dimas.

"tolong dong, Dim. Gue bakso, kamu apa ?", tanya nya ke gue.

Aduh enggak nahan, dia udah ngajak gue pakai aku - kamu.

"aku, kamu aja udah kenyang", jawab gue.

"hahaahah. Kamu lucu deh", katanya sambil mencubit manja pipi gue.

"samain aja ya sama aku"

"heeh. Aku mah apa aja asal dari kamu. Bayi juga boleh"

"hahaha apa sih, Sat", kemudian dia mengusap kepala gue.

Ya ampun, apa gue enggak sengaja bikin perjanjian sama dakjal? Kenapa makin hari gue makin untung banyak!.

Dua mangkok bakso sampai di hadapan kita. Dakota langsung mengambil inisiatif untuk mengaduk bakso gue. Ya ampun rasanya udah kayak punya bini, senyum nya ngajak di halalin.

Dimas cuma bisa ngenes, sambil menonton adegan Rompis dari kita. Berasa FTV in the real life.

"mau aku suapin?", tawar Dakota.

Gue mengangguk pasrah. Meski di dominasi dengan ngarep.

"ini", Dakota memotong baksonya dan menyuapkan ke gue.

Gue buka mulut dan menerima bakso rasa Dakota di mulut gue. Rasanya apa? Ah mantab!.

Di sebrang, nampak Ifan yang juga sedang manja - manjaan sama pacar tak berkah nya. Iya lah, mana ada selingkuh membawa berkah.

"sayang, makan yang banyak ya", kata itu cewek sambil nyuapin ifan.

Ifan menikmati suapannya lalu mencium pipi itu cewek. Seketika gue merasa kotor. Apa - apaan ini!, kantin sekolah gue di pakai buat tempat zinah!.

Dakota nyuapin gue lagi dan sekarang tambah mesra. Gue benar - benar di pepet, sampai keringetan. Tapi dia basuh keringat gue pakai sapu tangannya.

"kok kamu keringetan sih", katanya sambil bersihin jidat gue.

"iya, kan api asmaranya ada di samping aku", apa sih, Sat!. Kenapa gombalan lo

makin kayak jamet!.

"hahahaha. Bisa aja kamu", katanya sambil tersenyum manis ke gue.

Gue jadi tambah bingung, setahu gue, gue enggak terlalu berbakti sama orang tua, tapi kenapa rezeki gue banyak banget hari ini.

Brakkkkk

Meja kantin di pukul keras sama Ifan. Kan udah mulai rusak otaknya!, meja salah apa coba?.

"cabut!", serunya ngajak teman - temannya.

Satu persatu teman - temannya cabut sambil ngasih lirikan sinis ke gue. Persis kayak ibu komplek yang gagal dapat arisan.

"dia ngapa?", tanya Dimas.

"brakja syndrome", jawab gue.

"apaan tuh?"

"gebrak meja syndrome. Biasanya di lakukan oleh cowok tengil tidak berakhlak", jawab gue lagi.

Setelah kepergiaan Ifan, alhamdulillah suasana jadi tambah damai. Begini rasanya lestarinya lingkungan tanpa perzinahan, adem!. Dakota pun masih mepet ke gue.

"Bang Sat!"

Memang segala sesuatu di dunia ini enggak pernah mulus. Ifan pergi, eh si Dora ABG datang.

Si Lola memperhatikan Dakota seperti induk singa yang anaknya lagi di ganggu. Dengan tanpa rasa berdosa, dia nyerobot masuk di antara kita. Dia tarik Dakota minggir dan duduk di tengah - tengah.

"lo ngapain sih!", tegur Dakota.

"menjauhkan Bang Sat dari pengaruh buruh"

"what!"

Dakota berdiri dan nampak tidak terima.

"lo ngomong apa? adik kelas songong!"

Lola ikut berdiri, meladeni Dakota.

"kakak itu pengaruh buruk buat Bang Sat!"

"heh! Ada juga lo tuh yanga bawa sial. Datang aja seenaknya, jelangkung aja di panggil dulu"

"bang Sat kalau dekat kakak terus juga bakalan sial!"

Haduh sumpah ini anak kelewat frontal.

Dimas kepusingan melihat mereka bertengkar. Seketika yang tadinya kita hanya sebutir debu, kini kita jadi pusat pembuat onar.

Grekkkk....

Lola menjambak keras rambut pujaan hati gue.

"aaaaa dasar psikopat!", seru Dakota mengatai.

Gue pun memegang tangan Lola. Mencoba melepaskan cengkraman maut dari permaisuri gue. Bahaya nih kalau lecet.

"eh Dora!. Lepas!. Jangan kasar!", tegur gue.

Lola tidak memedulikan gue. Dia masih tetap menjambak Dakota, bahkan tarikkannya semakin ke bawah.

"Dora!", seru gue lagi.

Akhirnya Lola melepaskan rambut Dakota. Agak keras jadi Dakota agak terpental dan hampir jumpalitan.

"kakak itu cuma mau manfaatin pangeran aku kan!", kata Lola nyolot ke Dakota.

"enggak usah ngomong sembarangan deh!"

"Stop!"

Gue berteriak dan menengahi mereka.

"udah ya!"

Dunia gue seperti berputar. Dulu gue enggak laku, sekarang gue laris manis kayak mangga indramayu. Yang satu, cewek yang gue cintai. Yang satunya, cewek yang ngebet banget sama gue. Poligami masih halal kan?.

Lola menarik gue, menjauhkan gue dari Dakota dan membawa gue ke belakang tubuhnya. Lah!, gue jadi kayak cewek!. Kenapa gue yang di lindungi di belakang. Runtuh energy maskulin gue.

"jangan dekati Bang Sat kalau kakak enggak tulus!"

"apa sih. Dia itu kan pujaan hati gue", seru gue dari belakang.

Lola berbalik, dia menatap mata gue dengan bibir mencembik.

"dia itu enggak tulus!. Percaya deh sama Lola"

"apa untungnya ?. Udah deh, ini urusan gue. Lo suka banget ya sama gue? Tapi maaf gue sayang sama Dakota"

"enggak peduli!. Yang Lola tahu, Lola suka sama Bang Sat!. Titik!"

Lola kembali duduk di kursi kita. Dakota masih kelihatan geregetan. Akhirnya dia pergi dari kantin, ninggalin gue.

"tuh kan! Gue jadi di tinggal!", kata gue menyalahkan Lola.

"kalau dia beneran sayang, dia enggak akan pergi ninggalin Bang Sat"

"masalah nya ini bukan gue! Tapi Lo! Dia kesal sama lo!. Aaarrrggh"

Gue pun ninggalin dia. Dimas berlari segera menyusul gue.

"bang! Ikut!", teriaknya dari belakang.

"bodo amat"

***

Pulang sekolah, si bidadari cantik udah ada di depan kelas gue. Ya ampun, nikmat banget hidup gue sekarang.

"hai, sat", sapa Dakota.

"kamu nunggu aku?"

"iya"

Dia langsung menggandeng tangan gue. Rasanya kayak ada ribuan kupu - kupu terbang di sekitar gue.

"sat", Dimas menepuk pundak gue.

Dia agak menjauh setelah melihat Dakota nemplok ke gue.

"yaudah gue duluan"

Terimakasih, Dim. Lo udah jadi teman yang peka, terhura gue.

Gue dan Dakota jalan berdua menuju gerbang pernikahan, eh salah!. Gerbang sekolah maksudnya, kan jadi ngarep.

"Sat, lo enggak mau ngajak gue jalan?"

Waow sebuah pertanyaan yang penuh mukjizat. Idiot sih kalau gue sia - sia kan kesempatan emas batangan ini.

"eh mau banget lah"

"ya hayuk atuh. Ajak gue jalan kek kemana, emang lo enggak mau kencan sama gue?"

Haduh - haduh, hati gue panen bunga nih.

"gimana kalau sabtu besok kita kencan?", ajak gue.

"oke. Jemput gue ya"

Gue mengangguk terima, pasrah, ngarep, heeh - heeh, Dakota.

Kita berdua duduk berdua di halte depan sekolah. Menunggu bus sambil bergandengan tangan kayak drama korea.

"Ta"

"hem"

"gue kayak mimpi deh. Dulu mah boro kayak gini, lo sebut nama gue aja enggak pernah"

Dakota tersenyum, dia mengelus pipi gue.

"kan dunia ini berputar"

"oke. Kalau kayak gitu gue ingin sekarang dunia berhenti berputar"

"kita mati dong?"

"berdua ini, kalau sendirian baru khawatir"

"hahaha. Gue masih mau lihat indahnya dunia"

"yuk, aku ajak"

Kemudian bus kuning datang. Ini bus kudu di briefing dulu ya?, datangnya

enggak paham sikon.

"bus nya udah datang"

Gue dan Dakota naik ke atas bus. Semua kursi terisi penuh, alhasil gue dan Dakota berdiri sambil berhadapan.

"yah lo enggak bisa duduk"

"kan gue masih bisa berdiri"

Ckiiitttt....

Pak sopir ngerem mendadak, Dakota hilang keseimbangan, dia berpegang ke kedua pundak gue. Mata kita saling bertemu dan saling menatap. Pak sopir datang enggak tahu sikon, tapi bisa memutar keadaan ya! Pasti mantan HRD nih sopirnya.

"sorry", kata Dakota.

Ngapain sorry si, Ta. Gue ngarep banget lagi.

"kalau nyaman mah, silakan aja"

Dakota tersipu malu. Dia kembali memegang pegangan di atasnya.

"loh enggak mau bertahan aja kayak tadi?. Gue Takut pegangannya enggak sekokoh keyakinan gue"

Dakota hanya tersenyum. Ya tuhan, senyum nya sampai bisa menghentikan dunia ku. Fix nih, keturuan bidadari.

Seperti biasa Dakota selalu turun duluan. Dia melambai ke gue berpamitan.

"bye"

"bye"

Duh, kenapa kayak enggak ikhlas gini melepasnya?. Hawa nya jadi ingin buru - buru satu rumah.

***

Próximo capítulo