webnovel

HALANGAN DIGO

Siang itu adik kesayangan gue duduk termenung di sofa. Gue memperhatikan seraya menuruni anak tangga. Dia terlihat begitu gelisah, kayak engggak ada semangat untuk hidup.

"Woy, kenapa lu ?", sapa gue dan ikut duduk di sebelahnya.

Dia mendengus, Gue pun jadi merinding.

"Kok lu kayak nafsu"

"Mana anjir!. Jelas ini tampang orang yang sedang putus asa!"

"Lu putus asa kenapa ? takut enggak naik kelas ? bukannya udah sering ?"

"Heh ! Gue selalu naik kelas ya !"

"Ya terus lu kenapa ?"

"Lola, Bang"

"Kenapa lagi sama boneka arwah itu ?"

"Jadi gini ceritanya"

***

DIGO POV.

Pagi itu gue sampai di kelas. si Lola udah ada di kelas sebelumnya. Dia kelihatan serius menulis sesuatu di kertas. Gue yang penasaran cuma bisa memperhatikan dia dari bangku. Lalu tiba - tiba dia noleh.

"Digo Digo", sapa nya lalu melambai tangan.

Gue auto baper, Gue senyun dan balas lambaian tangannya. Dia kelihatan bersemangat dan berlari mendatangi gue.

"Digo udah sarapan ?"

Gue sempat melting begitu ketika dia perhatian nanyain sarapan, sambil malu - malu gue jawab.

"Belum", padahal mah udah. In cuma ingin di perhatikan lebih aja.

Lola langsung berlari balik ke bangkunya, dia terlihat membuka tas, mengambil sesuatu dan membawanya ke gue.

"Ini buat Digo", katanya sambil memberikan susu rasa pisang dan roti sandwich.

Sudah pasti gue sangat senang akan hal itu. Enggak mikir lama, gue langsung ambil dan bilang terimakasih.

"Thanks ya"

"Jangan lupa makan ya. oke"

Saat dia bilang begitu angin segar serasa lewat di hati gitu. Semriwing gitu.

Pas jam istirahat, dia pun enggak langsung keluar. Dia malah nyamperin gue.

"Digo, ke kantin bareng yuk"

Tentu gue kegirangan. Dengan bucin nya gue, gue langsung ngangguk dan di gandeng sama dia.

Kita akhirnya ke kantin dan makan bareng. Di sana kita sempat di kecengin sama temen - temen.

"Cie.. Cie.. Lola sama Digo", goda mereka.

Tentu gue mupeng, Gue cuma bisa blushing sambil garuk - garuk kepala. Si Lola pun terlihat santai dan nerima. Di sini hati gue semakin berharap banyak.

Gue makan mie ayam bareng sama Lola, semeja. Ini pertama kalinya dalam hidup gue. Tentunya gue happy banget.

"Eh ada apa nih kalian berdua ?", tanya salah satu teman satu kelas kita yang tiba - tiba datang.

"Orang satu rumah kan wajar kayak gini", Ujar Lola dengan begitu bangganya.

Mendengar itu gue juga makin baper. Entah kenapa gue senang karena banyak orang yang tahu kita satu rumah, kayak ada kebanggaan di diri gue gitu.

Selesai jam istirahat kita ke perpus bareng. Di sana dia perhatian milihin buku buat gue.

"Digo mau baca buku apa ?"

"Ehm RPUL Aja", jawab gue malu - malu.

"Oke. Digo duduk aja, biar Lola yang cari"

Gue pun duduk, dia pergi mencari buku yang gue mau.

Tak lama dia datang dengan buku dan bantal, lalu di ajak gue duduk di bawah.

"Di bawa aja, nih Lola bawa bantal biar kita bisa tiduran"

Gue pun mengangguk mengiyakan. Alhasil kita baca bareng sambil boboan.

Jam masuk tiba, gue dan dia pun balik ke kelas. Dia terus ngegandeng tangan gue.

"Lola gandeng biar enggak hilang"

Gue pun jadi makin baper. Udah akut deh, stadium akhir. Terus dia bilang.

"Nanti pulang bareng ya"

"Iya", jawab gue malu - malu.

Akhirnya jam pulang tiba. Dia langsung nyamperin gue begitu pelajaran selesai. Gue pun jadi semangat pulang, yang biasanya broken home.

"Yuk"

Lagi - lagi dia gandeng tangan gue. Dia bawa gue ke luar dari sekolah dan menghirup udara kebebasan.

Gue pulang sekolah naik mobilnya, terus dia nganterin gue sampai depan rumah.

"Thank ya Lol"

Dia tersenyun dan jawab.

"Santai aja, kita kan calon saudara ipar"

Seketika hati gue remuk berkeping - keping. Rasanya kayak pengen ngubur diri sendiri di Sandiego Hills. Gue udah berharap banyak, tapi ternyata dia cuma mau anggap gue adik ipar.

****

"Gitu ceritanya, bang"

Gue berdecak dan menggeleng. Takdir yang di miliki sama adik gue ini cukup sadis ya. Enggak nyangka, si Dora bisa sekejam ini.

"Sabar, ya"

Digo menatap gue dengan mata yang berkaca - kaca.

"Huwaaaaaa", lalu dia menangis dan memeluk gue.

Saat kita lagi asyik pelukkan, tiba - tiba ada telpon masuk di Hp gue. Gue mengeluarkan segera Hp gue karena penasaran itu telpon dari siapa.

DORA

Kenapa anak ini telpon gue ?.

"Siapa, bang ?"

buru - buru gue menyingkirkan layar dari pandangan Digo. Gue takut ini akan menambah luka hatinya.

"Tagihan abodemen he he"

"Oh"

***

Gue berjalan menuju kelas, berjalan dengan santai sambil membawa pesona gue.

"Bang Sat"

suara kaki yang berlari mulai terdengar ke arah gue. Yap, suaranya menujukkan kalau dia adalah orang yang gue doakan tidak gue temui hari ini.

"Bang Sat, baru datang ?"

"Udah seminggu yang lalu"

"Hah ? kok Lola baru liat ?"

"Ya baru datang lah!"

"Boleh jalan bareng"

"Daritadi lu udah jalan duluan di samping gue"

Kebiasaan, nyelonong dulu baru minta izin.

"Oya, Lola caper loh sama Digo. buat dapat restu sebagai calon kakak ipar nya"

Langkah gue terhenti seketika. Gue noleh ke arahnya.

"Lu tau kan dia suka sama lu. Jadi jangan bikin baper apapun alasannya"

"Siapa yang niat bikin baper?"

"Nah itu lu cari perhatian sama dia dengan cara apa ? deketin dia kan ?"

Gue kembali berjalan dan meninggalkan dia. Tapi dia kembali mengejar gue.

"Bang Sat cemburu !"

"Hah ? Cemburu apaan sih! jangan halu deh!"

"Nah itu!"

Gue jadi makin kesal dengan buah pikirnya.

"Banyakin baca buku dongeng, biar bisa bedain ekspresi gue"

***

Gue ke luar dari kelas bareng Dimas. Begitu sampai di depan kelas Dakota, kebetulan Dakota juga ke luar dari kelas.

"Sat"

Gue auto senyum dan mendekat dengan suara yang memanggil itu.

"Hai, gimana kalau kita istirahat bareng ?"

"Adik lu kelas berapa ?"

"Hah ?"

"Ya Adik lu adik kelas kita kan ? Kelas berapa ?"

Tunggu, kenapa sekarang topiknya si Digo!. Ini enggak seperti yang gue pikirkan kan? iya dong? jangan bilang gitu, iya kan?.

"Di kelas 10 - 5"

"Thank you", jawabnya sambil mencubit pipi gue lalu pergi.

Gue terdiam mengamati kepergiaannya. Dari belakang Dimas menepuk pundak gue.

"Kok dia nanyain adik lu ?"

"Itu dia. Perasaan gue jadi enggak enak"

***

Di rumah gue pergi ke kamar Digo. Gue mau memastikan kejadian setelah Dakota nanyain dia.

"Bro"

Dia yang lagi belajar langsung menutup bukunya.

"Ngapain ?"

Gue berjalan ke ranjang, lalu duduk santai di atas sambil memandangi mukanya yang berada satu level di bawahnya.

"Gue mau tanya sesuatu ?"

"Apa ?"

"Apa tadi ada cewek cantik yang nyamperin lu ?"

"Ehm???", Dia tampak berpikir.

Setelah 15 menit dia baru menutup dengan wajah penuh kesedihan.

"Lola udah enggak deketin gue lagi"

"Ck bukan itu yang gue maksud!. Cewek cantik! Cewek cantik!"

"Iya Lola itu cantik, bang. Bagi gue cewek cantik di dunia ini Lola doang!"

"Ya ampun!"

Rupanya penglihatan adik gue sudah tidak bisa di harapkan.

"Dakota, si kakak kelas cantik itu enggak nyamperin lu?", tanya gue lagi.

"Oh Kakak kelas itu ? apaan cantik sih?"

"Eh dia itu cantik!"

"B aja!"

"Ah susah. Selera lu mah aneh. Dia ke kelas lu enggak ?"

"Iya sih"

"Ngapain ?"

"Dih enggak kelas dia mah. Masa ngajak kenalan !"

Sekita firasat gue seperti terkabulkan. Jadi bener, cerita cinta ini akan jadi serumit ini?.

"Terus ?"

"Ya gue kasih nama gue. Terus gue tinggal. Udah ah sana lu ke luar dari kamar gue, gue mau tidur!"

Dia menarik gue lalu melempar gue ke luar dari kamarnya. Semudah itu dia ninggalin Dakota, padahal gue yang ngejarnya setengah hidup. Kenapa kisah cinta itu tanpa kesederhanaan?. TIDAK!.

Próximo capítulo