of reading
2
Read books
"Americano Joa ... joa ... joa...." Ehe, jadi ingat sama anak asuhnya Bangchan yang demen banget minum Americano. Saelah, Lin Tian, otaknya selalu encer dan lidahnya paling paham sama namanya makanan enak. Maybe, dari sekian beban, makanan jadi alasan terkuat bagi Lin Tian untuk menyukai kehidupannya yang sekarang.
Uhuy, I know who was on Lin Tian's mind. I guess that Qianyu. Correctly, si cantik yang manis-manis dingin dari Lembah Tengkorak Iblis. Husst, jangan sampai kedengeran Lin Hua. Kalau dia dengar, auto ditendang beneran 'anu'-nya Lin Tian, wkwk.
Dalam bayanganku, Lin Tian itu kek bayi gedhe yang planga-plongo polos. Sebenarnya kasihan juga, sih. Dia itu kek dari jaman baheula, terus nyasar di dunia metropop. Well, siapa yang nggak bingung, coba? But, caranya dia gelud udah pro bangeut, ya, bikin kangen.
Pedang Naga-neun, eodigayo?
Teretet.... Sebenarnya aku dukung Lin Tian sama Qianyu, pada awalnya. Namun, semakin ke sini, dia seringnya sama Lin Hua. Well, aku bingung. Double Lin, ingat kata Ayah, "Kalian adalah saudagar." Eh, maksudnya, "kalian adalah saudara."
Red light! Uwiwuwiw! Saudara, lhooo
Lah, mengadi-ngadi. Mencairkan suasana pakai siul. Coba pakai obor, mungkin lebih cepat melehoy-nya, Mas. Fyuh, beruntungnya punya Lin Hua, si cantik yang paling pengertian sama keadaan Lin Tian. Pokoknya selama di dunia, mereka berdua jangan jauh-jauh naruhnya, takut kalau saling mencari dan merindu. Eaaaa
Mas Tian mau dielap keringatnya, nggak?
Kayanya jeweran Lin Hua bikin nagih, ya? Lihat, buktinya Lin Xiao masih nggak berhenti juga usilnya. Ada aja kelakuan tuh bontot satu. Duh, untung handsome.
Lin Hua harusnya jadi ratu, ya, nggak, sih? Dia ciwi sendiri di antara couo Lin yang lain. Emang, cewek itu istimewa, tapi Lin Hua udah lebih dari istimewa. Disuruh gelud oke, jadi princess juga iye aje.