Anime Fan fic

A chinese novel revolving around being transported to another world with an op system. The mc spends his day chasing skirts and doing missions to level up. A standard journey to the top story with lots of girls from various animes and games with a twist of gaming feel (hunting mobs, doing missions).

The cover art and FF is not my work
Author:Ruqing Rusu

Anime Fan fic

weekly chs /14 chs

A chinese novel revolving around being transported to another world with an op system. The mc spends his day chasing skirts and doing missions to level up. A standard journey to the top story with lots of girls from various animes and games with a twist of gaming feel (hunting mobs, doing missions).

Disclaimer
This fan fiction is not written by me, It is written by Ruqing Rusu
The cover art and FF is not my work
Author:Ruqing Rusu

Yukari, a 15 years old magical girl (or mahou shoujo, if you are an anime lover) found herself transported into another world. After defeating the demon beasts, she is surrounded by the Church Judgement Army, trying to capture her. Will she be able to escape the battle and return to her world or will she end her life in the unknown world?

Yukari, a 15 years old magical girl (or mahou shoujo, if you are an anime lover) found herself transported into another world. 
After defeating the demon beasts, she is surrounded by the Church Judgement Army, trying to capture her. Will she be able to escape the battle and return to her world or will she end her life in the unknown world?

-Time Skip no Jutsu-

1 bulan berlalu setelah Atsuhiro mengetahui income perusahaannya. Dan dalam 1 bulan terakhir, Voices of a Distant Star juga telah ditonton sebanyak 16,9 juta kali.

Untuk anime yang hanya berdurasi tidak lebih dari 25 menit, ini sudah dibilang sangat luar biasa.

Di kantornya, terlihat tubuh Atsuhiro sedang berbaring di tempat duduknya. Namun sebenarnya, Atsuhiro saat ini sedang berada di dalam ruang sistem.

Atsuhiro juga mengetahui status terbarunya setelah Voices of a Distant Star ditayangkan.

[Status Host]

Nama : Kagari Atsuhiro

Karya yang tidak terkunci : 5 Centimeters Per Second, Voices of a Distant Star

World Poin : 2.389.019

Bakat : Menggambar (Master) [+], Animator (Master) [+]

Melihat jumlah [World Poin] miliknya, Atsuhiro berpikir untuk menukar karya yang lain. Kemudian, dia melihat-lihat karya yang ada di sistem.

Setelah beberapa lama, akhirnya Atsuhiro memilih naskah Fate/Stay Night dan Puella Magi Madoka Magica.

Atsuhiro ingin membuat Fate/Stay Night versi game sedangkan Puella Magi Madoka Magica versi anime.

Fate/Stay Night membutuhkan [World Poin] sebanyak 500.000 ,,, dan Puella Magi Madoka Magica membutuhkan sebanyak 700.000 [World Poin] ,,, untuk Atsuhiro yang memiliki 2 juta [World Poin] lebih, dia tidak terlalu keberatan.

Dan untuk adaptasi anime Fate/Stay Night, Atsuhiro berencana untuk membuatnya setelah game Fate/Stay Night ini populer.

Keluar dari ruang sistem, tiba-tiba Atsuhiro mengetahui seluruh cerita Fate/Stay Night dan Puella Magi Madoka Magica.

Tanpa menunggu lama, Atsuhiro mengambil pena sebelum menulis naskahnya dan menggambar desain karakternya.

...

Setelah beberapa jam menulis dan menggambar, akhirnya Atsuhiro menyelesaikannya. Melihat gambarannya sendiri, Atsuhiro mengangguk dengan senyum.

Mengambil ponselnya, Atsuhiro menghubungi Ayame dan menyuruhnya untuk mengumpulkan semua karyawan di lantai 6.

"Memangnya ada apa, bos?" Mendengar kalau Atsuhiro ingin mengumpulkan semua karyawan, Ayame bertanya-tanya apakah bosnya memiliki karya baru.

"Aku ingin mengumumkan sesuatu Ayame-chan." Kata Atsuhiro.

Ayame tidak terus bertanya dan dengan cepat memberitahukan kepada seluruh karyawan untuk berkumpul di lantai 6.

....

Miyuki yang mendengar kalau bosnya menyuruh semua karyawan untuk datang ke lantai 6, penasaran. Saat seperti pertama kali dulu, ketika Miyuki datang ke lantai 6, sudah ada banyak karyawan yang duduk.

Tapi kali ini, Miyuki tidak duduk dengan mereka, melainkan pergi ke Ayame. Sekarang dia juga asisten Atsuhiro.

Setelah beberapa menit, akhirnya Atsuhiro datang membawa sesuatu ditangannya dan berjalan ke podium.

"Semuanya, alasan kenapa aku mengumpulkan kalian semua adalah karena aku ingin memberi tahu kalian kalau aku ingin memproduksi sebuah game." Kata Atsuhiro.

Ayame dan Miyuki yang berada di belakangnya terkejut.

Game?

Bukannya anime atau manga baru?

"April-sensei! Kenapa bukan anime?"

Salah satu karyawan bertanya dengan bingung. Semua karyawan yang mendengar pertanyaannya juga menganggukkan kepala mereka.

"Bukan anime? Siapa bilang. Aku juga memiliki karya baru yang akan kita produksi." Kata Atsuhiro sebelum memberi isyarat kepada Ayame dibelakangnya untuk mendekat.

"Kalian bisa melihat naskah dan desain karakternya di sini." Kata Atsuhiro dan memberikannya kepada Ayame.

Ayame yang menerima itu langsung kagum dengan karakter yang ada di Fate/Stay Night. Tapi saat melihat desain karakter Puella Magi Madoka Magica, dia sedikit mengerutkan keningnya.

"April-sensei, apa karya barumu itu ber-genre Mahou Shoujo?" Tanya Ayame sambil menatap Atsuhiro dengan tatapan aneh.

"Iya, Ayame-chan. Itu Mahou Shoujo." Atsuhiro mengangguk mendengar pertanyaannya. Kemudian melihat kearah karyawan.

"Tema anime kali ini adalah Mahou Shoujo."

Seketika, para karyawan yang senang karena April-sensei memiliki karya baru membeku ketika mendengar bahwa tema anime kali ini adalah Mahou Shoujo.

"Mahou Shoujo?"

"Bukankah itu anime untuk gadis kecil?"

"Apakah kepala April-sensei terbentur sesuatu?"

Melihat karyawannya yang langsung ribut, Atsuhiro mengerutkan kening dan bertepuk tangan untuk menarik perhatian mereka.

"Lebih baik kalian baca dulu naskahnya." Atsuhiro berkata dengan senyum.

Ayame yang ada dibelakang Atsuhiro, dengan cepat membaca naskahnya dengan tatapan serius.

Seorang gadis bernama Madoka Kaname bertemu seorang senpai berkekuatan super, dan kemudian bertemu mahluk lucu bernama Kyubey.

Ayame yang melihat ini, merasa bahwa Puella Magi Madoka Magica terlalu biasa, seperti anime Mahou Shoujo di pasaran.

Dia plotnya akan sama seperti yang lain seperti, Madoka akan menjadi Mahou Shoujo.

Rutinitas sehari-hari Mahou Shoujo bersama senpai-nya yang ditemuinya, Mami Tomoe.

Kemudian lawan di episode tersebut, sang protagonis meneriakkan mantra dan berubah menjadi gadis penyihir, akhirnya mengalahkan musuh dengan susah payah, dan akhirnya menuai kisah cinta dan damai.

Tetapi, Ayame yang berpikir seperti itu, ingin berkata kalau Puella Magi Madoka Magica tidak akan berhasil diadaptasi menjadi anime .... titik balik terjadi.

Di akhir naskah episode 3, Mami Tomoe yang adalah senpai Madoka tiba-tiba mati dibunuh oleh monster.

Melihat ini, mata Ayame melebar .... Cerita macam apa ini?!

Bagaimana salah satu dari kelompok protagonis mati dalam cerita Mahou Shoujo yang berbicara tentang cinta dan damai?

Ayame merasa ada sesuatu yang salah.

Dia tiba-tiba merasa akrab dengan plot seperti ini di karya yang ditulis oleh April Freeze-sensei.

Melanjutkan membaca, Ayame dikejutkan dengan banyak fakta yang tidak terpikirkan.

Mahou Shoujo, penyihir, rahasia Homura Akemi, konspirasi Kyubey, kebenaran tentang Mahou Shoujo, kebenaran Walpurgis Night, harga harapan, sebab dan akibat Madoka Kaname ... Akhirnya, dengan pilihan terakhir Madoka Kaname ...

Saat terus membacanya, Ayame merasa kalau matanya mulai memerah. Tapi Ayame tidak berhenti dan terus membaca.

.....

Miyuki, dan para karyawan yang melihat Ayame membaca naskah itu terkejut. Bukan karena apa, tapi, Ayame yang tadinya memiliki tatapan serius, tiba-tiba matanya memerah sambil menutupi mulutnya.

"Hei, kalian lihat, Kagurazaka-san sepertinya ingin menangis."

"Hah? Kenapa dia menangis?"

"Jangan-jangan! Magica Madoka adalah anime yang menyedihkan dan melankolis seperti 5 Centimeters Per Second dan Voices of a Distant Star?!!"

"Apa! Tapi bagaimana mungkin anime Mahou Shoujo yang ceria seperti itu bisa menjadi anime yang menyedihkan dan melankolis!?!!"

Para karyawan berdiskusi dengan heran sekaligus tidak percaya. Miyuki yang ada didekat Ayame juga menatapnya dengan tidak percaya.

Ayame yang sedang dibicarakan oleh para karyawan, tidak memperdulikan mereka dan terus membaca naskah Puella Magi Madoka Magica.

Setelah beberapa menit, akhirnya Ayame selesai dan mengusap matanya yang hampir menangis.

"April-sensei, seperti biasanya, kamu sangat kejam. Tapi aku harus jujur, Puella Magi Madoka Magica ini benar-benar penuh kasih dan mengharukan." Kata Ayame dengan tatapan benci.

Melihat bagaimana Ayame menatapnya, Atsuhiro hanya mengangkat bahu dan berkata, "Inilah yang dinamakan karya, Ayame-chan."

Ayame yang membaca naskah Puella Magi Madoka Magica tadi, tidak pernah berpikir bahwa genre Mahou Shoujo yang biasanya ceria bisa berubah menjadi mengharukan dan melankolis seperti itu di tangan Atsuhiro.

"Ini benar-benar di luar dugaan, begitu plot dibalik Puella Magi Madoka Magica terkuak, aku punya firasat kalau karya ini dibuat anime pasti membuat penonton tersentuh dan terguncang!"

Miyuki yang penasaran, dengan cepat meminjam naskahnya dari Ayame dan membacanya.

.....

Dengan itu, setelah semua karyawan mengerti naskah Puella Magi Madoka Magica, Studio Pink Pineapple langsung memulai produksi animenya.

Sedangkan untuk game Fate/Stay Night, Atsuhiro berencana untuk merekrut beberapa programmer untuk membantunya membuat gamenya.

Setelah menyelesaikan urusan tadi di perusahaannya, Atsuhiro pulang ke rumah dan duduk di sofa menonton TV.

"Aku tidak sabar melihat reaksi para penonton saat menonton Puella Magi Madoka Magica." Kata Atsuhiro tersenyum licik.

Dari 5 Centimeters Per Second dan Voices of a Distant Star, sebenarnya Atsuhiro sangat menikmati reaksi para penonton yang frustasi dan marah, itu sangat sama dengannya dulu.

Pada saat yang bersamaan, pintu rumah terbuka dan Megumi masuk bersama Eriri dan Utaha yang sepertinya pulang sekolah.

Melihat mereka bertiga seperti ini, Atsuhiro pergi ke dapur dan membawa minuman dingin untuk mereka.

"Di sini, minum yang segar dulu." Kata Atsuhiro dan meletakkan air dingin di meja di depan sofa.

"Terima kasih, A-kun/Atsuhiro-kun~" mereka bertiga berterimakasih sambil tersenyum sebelum meminumnya.

Setelah mereka selesai, Megumi yang mengetahui kalau Atsuhiro tadi tidak berangkat sekolah dan pergi ke perusahaan untuk mengurus sesuatu.

"A-kun, apa ada sesuatu yang terjadi di perusahaanmu?" Tanya Megumi.

Eriri dan Utaha juga menatapnya dengan pandangan bertanya.

Menganggukkan kepalanya, Atsuhiro berkata, "ya, ada sesuatu yang terjadi di perusahaan."

"Apakah ada masalah, A-kun?" Kata Megumi dengan khawatir setelah mendengar bahwa ada sesuatu di perusahaannya.

Eriri dan Utaha juga tidak terkecuali, meskipun mereka bisa kadang cuek dan menggodanya, mereka berdua tetap memperdulikannya, dan jika Atsuhiro berada dalam masalah, mereka berdua khawatir.

"Masalah? Bukan, bukan masalah, tapi sesuatu yang lain." Melihat mereka bertiga mengkhawatirkannya, Atsuhiro sedikit terkejut, tapi dia bahagia.

"Sesuatu yang lain?" 3x

"Ya, Studio Pink Pineapple sedang memproduksi anime baru." Atsuhiro menjawab sambil menganggukkan kepalanya.

"Karyamu yang baru!?" 3x

Seketika mereka bertiga langsung bersemangat.

"Ya, dan aku tidak akan memberi kalian satupun Spoiler." Kata Atsuhiro dengan senyum main-main.

Megumi, Eriri, dan Utaha yang mendengar ini langsung cemberut dan mengabaikannya.

Atsuhiro hanya terkekeh melihat perilaku mereka bertiga.

Seorang pemuda bereinkarnasi ke Dunia Parallel yang tidak memiliki karya-karya terkenal seperti Dragon Ball, Naruto dan lainnya.

Dan dia mendapatkan sebuah Sistem yang membantunya menjadi Mangaka terbaik.


"Hah!? dimana One Piece, Naruto, Attack on Titan, Dragon Ball!?!"

"Karena aku baik hati, aku akan memperkenalkan seluruh orang didunia ini apa yang namanya Mahakarya!"


ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー

Saya masih pemula dalam menulis jadi jangan berharap terlalu banyak.

Tapi nggak ada salahnya kalian baca kan?

Dan untuk update chapter terbaru, itu nggak menentu.

Hi ,shamelessly here to promote my other Fan fic Shoujo Grand Summoning (Anime FF)
My Synopsis on this fan fic ,an average chinese teen is transmigration to another world,fantasy world with the legendary system ,with this system he travels in anime worlds to conquer waifu so he can build harem... go check Shoujo Grand Summoning (Anime FF)

One-piece fanfic 

weekly chs / 14 chs

Lin Tian, who had reincarnated into the world of One Piece ten years ago met Garp, who was on duty to eradicate pirates and become his student.

In the past ten years, Lin Tian has lived his life as a Marine Soldier and has experienced many amazing adventures and battles in the Grand Line.

However, due to the World Nobles incident that shook the world, he became rebellious against the Marine until seriously injured.

He escaped and met Luffy, who had formed a small pirate crew, and became Luffy’s vice-captain in that pirate crew.

He returns to the Grand Line and begins a new journey with Luffy as his captain.

Lin Tian became accustomed to playing the role of a vice-captain who always made plans, had unreliable captains, and always acted before thinking what exciting things would happen…

Disclaimer
This fan fiction is not written by me, It is written by Day Suprise
The cover art and FF is not my work

I found this fan fiction on INMTI novel and found it pretty interesting and thought it deserved more views.

I am only doing some little editing so it becomes readable.

Author:Day Suprise

"En donde estoy recuerdo que estaba en mi celular viendo un manga cuando iba pasando la calle y no recuerdo nada más en donde estoy.
Sintiendo un poco de mareo miro a mi alrededor desconcertado de no saber dónde estoy viendo toda la habitación solo puedo ver una silla de madera y una mesa al lado lo demás están iluminados por lámparas.
Parandome de la silla avanzó despacio y revisó toda la habitación toco las paredes pero son de piedra no viendo un hueco o algo que podría salir me rendí. 
"Me pregunto qué es esto no será como esos programas de cámara escondida o me secuestraron como en esa película [El juego del miedo] pero no tengo rencor con nadie soy solo un solitario que solo le gusta ver mangas y anime tampoco familia que tenga poder y dinero.
Sin que nadie escuchara mis quejas el único lugar que no revise es la mesa y esa silla,acercándose con cautela miró que encima de la mesa y encima una tablet con la pantalla apagada.
No la cogí sino que mire debajo de la mesa y de la silla no encontrando nada procedí a coger la tablet que no encendía no importa cuantas veces aplaste el botón de encendido.
"Me preguntó si funciona no enciende estará dañada Oh maldición eso me asusto.
Asustandome que casi dejó caer la tablet mire la pantalla antes negra ahora estaba encendida mire la pantalla no teniendo más iconos que el de mensaje lo presione y apareció.
[Mensaje:Hola usuario responda las siguientes preguntas con cuidado ya que eso afectará las siguientes preguntas que se les haga.]
Leyendo el mensaje que llegó de repente aturdido por la situación llegó otro de inmediato que terminó primero.
[Mensaje:Que te gusta]
Chico:Parece que no tengo opción ya mire toda la habitación y no encontre nada me pregunto si me dejaran irme si contesto todo haa no soy bueno soy optimista pero no creo que salga fácilmente de esto aun que conteste todo esto.
[Mensaje:Que te gusta]:Manga y Anime
Me gusta esa cosa ya que era un mundo donde no había l��mites de lo que podías hacer o así fue como lo mostraban pero mucho mas me encanta varios géneros.
[Mensaje:Que genero te gusta]:harem,ecchi,magia y un poco yuri.
Si de todos los generos me gusta más es tener muchas chicas que me quieran tener momentos embarazosos con las chicas así como yuki rito maldito suertudo también magia ser capaz de hacer muchas cosas con magia serie el sueño mio despues de todo vivir un mundo sin magia no es lo mismo que con magia y el yuri no estaría mal ver como dos chicas son más íntimas.
[Mensaje:En que mundo irías de anime si pudieras ir]
"Uhhh eso es difícil ya termine de ver fate/kaleid y me gusto lo unico malo es [Shirou] lo degradaron a un simple personaje secundario y solo pude ver su personaje en la última temporada y la otra es mahou shoujo tokushusen asuka aunque es muy sangriento para un mahou shoujo.
[Mensaje:En qué mundo irías de anime si pudieras ir]:mahou shoujo tokushusen asuka.
Pin
[Mensaje:Se registró las opciones ahora quiere reencarnar como uno de los personajes principales o quiere crear su personaje basado en otro anime.]
"Espera reencarnar eso quiere decir que morí pero como no tengo recuerdos de haber muerto.
Aun cuando esta tablet me dijo que estoy muerto me lo estoy tomando muy bien.
[Mensaje:Contestando su pregunta está muerto por cruzar la calle con el teléfono en la mano atropellandolo un camión.]
Entiendo ahora que igual que las novelas y mangas que leía el camión-kun hizo su trabajo.
"Ya veo así que morí por eso no recuerdo nada pero no tenía que estar aquí un dios o un ángel para esto no un simple tablet.
[Mensaje:Están ocupados haciendo otras cosas más urgente que requiere su atención por eso dejaron este sistema en esta tablet ya respondí sus preguntas por favor responda las preguntas.]
"Tch no dejas por lo menos asimilar mi propia muerte bueno no importa no tenia a pego a mi mundo igualmente.
Si puede que no recuerde mucho pero una cosa sé nunca tuve apego a mi mundo todo era aburrido ante mis ojos la única felicidad que pude encontrar en ese mundo fue el manga, animes y novelas ligeras
[Mensaje:Reencarnar en un personaje principal de la historia o quiere reencarnar en un personaje de un anime]:Del anime kampfer personaje principal [Kaede Sakura].
[Mensaje:Entendido ya que los poderes de mahou shoujo son para las mujeres tendrá el brazalete del personaje principal y podrá cambiar de género a gusto también podrá tener el órgano sexual de hombre cuando quiera en el cuerpo de mujer.
También tendrá tres deseos y decidir la línea de tiempo que quieras ir.]
"Entonces quiero tener regeneración que si pierdo un miembro de mi cuerpo ser capaz de regenerarlo y permitirme también hacerlo en personas que yo quiera para el segundo quiero ojos de encanto que me permite que las chicas tengan sentimientos por mi,para mi tercer deseo en permitir viajar en el tiempo en cuanto a la línea de tiempo serán 7 días antes que comience la trama del manga.
Mensaje:Solicitud deseos...1)regeneración de cuerpo de alta velocidad regenerar partes del cuerpo faltante....aceptable en parámetros aceptado.
2)Ojo de encanto..... aceptado.
3)Viajar en el tiempo....Solo se puede viajar al pasado y se requiere por lo menos cuatro meses antes de poder utilizar de nuevo....aceptado.
"Bueno no está mal por lo menos no fue más tiempo entonces qué tengo que hacer ahora.
[Mensaje:Antes de enviar al mundo mahou shoujo asuka se le regalara una Hada de ese mundo entonces que tenga una buena vida en otro mundo ADIÓS.]
Terminando sus palabras la pantalla se apaga y siento una ingravidez asolar mi cuerpo antes de perder el conocimiento.
En un bosque en cierta parte de Japón se encuentra un joven de cabello castaño claro corto con un cuerpo delgado con músculos apenas visibles en su cuerpo.
El chico que tenía un cuerpo delgado y nada musculoso sus párpados comenzaron a temblar abriendo sus ojos color azules claros.
"En donde,ya recuerdo me envió ese aparato pero dónde está el hada que me tenía que haber recibir.
Parandome miro a mi alrededor que está cubierto por árboles que cubrían mi vista y las hojas muertas caídas cuando miro el piso.
No encontrando ningún rastro de mi Hada camine cuesta abajo,minutos después de haber dejado mi lugar de despertar encontré un sendero que bajaba ya escuchando el sonido de carros acelere mi bajada cuando algo toco mi hombro.
"Hola muchacho que vino de muy lejos.
Saltando del susto cuando me toco el hombre dándome vuelta asustado.
"Quien esta hay.
Preguntando con voz temblorosa miró y era un gato volando blanco.
"hola muchacho perdón por asustarte soy tu hada a partir de hoy seré tu compañero de apoyo un gusto miau.
Tocándome el pecho de alivio después de ver que era mi hada.
"En serio me asustastes pense que se me salia el corazon.
"Hehehe te sustantes te asustastes no puedes ser una buena mahou shoujo si te asusta tan fácilmente miau.
"No puedo hacer nada si alguien te aparece por detrás hablándote en un bosque que no hay nadie cualquiera se asustaría.
Hada:Por cierto cómo te llamas no podemos tratarnos de tú a tú no miau.
Mirando a mi hada también pensé en su pregunta como chica sere Sakura Kaede y como hombre seré.
"Así mi nombre cuando estoy en forma de mujer seré Sakura kaede Y cuando sea hombre seré Sakura Aki asi que llamame aki de pila y tu.
"Solo hada nada más espero trabajar contigo aki por cierto qué haremos ahora cual es el plan miau.
Dándonos las manos sentí la suavidad de su patita,pero no distrayéndome de eso mire más allá donde se podía ver a gente caminando por la acera y carros haciendo ruido con sus motores.

Mi Quinto fanfic pero también será parte de la sexta fanfic que voy hacer está en el primer capitulo si les gusta siganme y dejen piedras y si no degen también para mí anteriores fanfic no las pienso caer o eso creo bueno no digo más solo disfruten si pueden

We first went to the City Square and ate some street foods like a delicious takoyaki from a stand here and those amazing ice cream crepe from one of those ice cream crepe trucks.
We even took pictures from a mascot of a ramen shop that's advertising in the streets. It was a cute red cat with a blue tip on its tail. It's also wearing a large round bell, but it's just there for design.
Our next stop is this small anime store that I didn't know existed in a small alley in the City Square. Juwan told us that this place has been here ever since he moved here and that he buys here whenever he has money. Right now, we're the only people here and the manager who is behind the cash register.
"This place is awesome!" Hanzo seems excited. "I didn't know that this place existed."
"Yeah," Juwan was browsing through the figurines and action figures of different anime characters. "I was walking down the street when I was a poster on the ground, saying that this place is open. At that time, this shop was like, newly opened, around three days after opening, I think."
"Ahh, so you were like, their first customer?" I asked. I'm browsing through the section of the blade and wow, there are a lot of different blades here. Ranging to throwables like shurikens, kunai, throwing knives, to wield-types like a katana, long sword, and even a replica of the Excalibur, which looks real. I touched the tip of the kunai, and it was pointy, I almost pierced my finger.
Juwan picked up a muscled action figure with a color scheme of yellow, red, and blue. "You could say that."
"Yeah, if it wasn't for this guy, my shop wouldn't have customers," The manager, who looks like he's in his early thirties, said.
"Oh, guys, by the way, this is Toshi," He points at the manager. "He's the who started and runs this store."
Toshi smiles and waves. "Nice to meet you guys!"
Hanzo and I introduced ourselves. "Nice to meet you too, Mr. Toshi!" We both said as we bow.
He waved a hand at us. "What's with the formality? Just call me Toshi!"
I laugh. "Okay, Toshi."
As Juwan and Hanzo geek out about their favorite superhero anime, I was browsing through the collection of manga next to the counter. The genres don't seem to be arranged in order "Hmmm, Fantasy, Horror, Sci-Fi, Romance, Paranormal"
I began to read off genres that don't seem familiar to me. "Shounen, Shoujo, Seinen, Shounen-ai, Shoujo-ai, Slice of Life, Yaoi, Yuri, Ecchi, Harem, He-"
"Hey there, looking for a read?" Toshi loudly interrupted my browsing, but in a friendly manner.
"Oh, not really," I replied. "I'm not really into manga or anime, but maybe I should try one."
"Hmm," He grabbed a manga from the Shoujo section. "Try reading this."
"Hmm?" I took the manga and in the cover is a pink and sparkly background with five girls in fireman outfits of different colors, striking different poses, and some of them have disproportionate… features….
I read the title of the manga. "Shoujo Fire Squad…."
"Yeah," Toshi says. "They are a group of girls who are firewomen who use their abilities to take out fire, rescue civilians, and take out the bad guys."
"Interesting.." Yes, the plot was…. interesting. I've never heard of a concept like this before.
"This manga has it all!" Toshi adds. "Action, drama, romance, a hint of mystery, and for a plus, cute girls with big-"
"Personalities!" Juwan approaches us. "Which we know is important in doing their duties and responsibilities as firewomen."
He has a hand in the back of his head. "By the way, Hanzo is calling you."
"Oh, okay," I gave the manga back to Toshi. "Thanks for the recommendation!"
As I walk away, I hear them talk.
"Jeez, Toshi," Juwan says in a slightly high tone as if he was scolding someone. "Stop corrupting the mind of every customer who enters here that's not that much into manga and anime! Control yourself, man!"
Toshi let out a peal of nervous laughter. "Sorry, I got pretty excited."
"This is why you have fewer customers than before, Toshi."
Ahh, I knew it was something dirty. Well, I don't mind. Though I think I will look into that manga because the concept is interesting and probably unique.
"Ah, Kazu," Hanzo got up looking from a basket full of training card packs. "I found these!"
He showed me a pack of training cards that I loved so much since I was in elementary.
"Beast Pockets!" I took the pack from Hanzo's hand. "This is the limited edition pack with legendary beast cards! I've been searching for these since high school!"
Hanzo laughs. "I knew you would love it. That's like, the only anime you've ever watched."
"I have watched every single episode from 1998 up to the latest season."
I was still amazed at the card pack. This pack is limited time only and there are legendary SSR beast cards there. I don't know how there are still that exist even though these came out like, two years ago.
"You know what, since you tagged along, I'll buy that card as a treat for you."
I looked at Hanzo, feeling like one of those anime characters where their eyes sparkle or something. "Really?"
"Sure!"
I hugged him tightly. "Thank you thank you thank you so much!"
"You're we-lco-me…" I quickly let go of him because he was unable to breathe.
"Sorry." I chuckle.
He laughs, a hand behind his head.
As I look at the pack of cards, I felt a presence somewhere around this area. I don't know why, but this presence feels uncomfortable. That sense is emitting from the window of the store as if someone was watching us, but there was nothing.
Hanzo places a hand on my shoulder. "Kazu, you alright?"
I slightly shake my head, trying to remove the unease I was feeling. "Oh, yeah! I'm fine."
"Okay, if you say so…" Hanzo continues to look for merch.
I continue to admire the card pack, trying to shake off the feeling of unease.

After death, the souls of the departed are guided by beings to either Heaven or Hell. But what if one day, souls are unable to ascend or descend because of their lack of peace even after life?

Kazu Shinoaki, an 18-year old university student used to see ghosts when he was young. After an encounter with a mysterious building, he was able to see ghosts again.

Because of this, he was hired by Hotel Asphodel, a hotel where ghosts stay until they find peace.

His job is to help the souls find peace so they can either ascend or descend Heaven or Hell.

All Rights Reserved 2020. Ivan G. Arroyo.



Aristo mengernyit ketika melihat Kurnia mengeluarkan kunci rumah dari sakunya untuk membuka pintu depan. 

"Tadi lo ngunci rumah? Memangnya nggak ada orang ya?" 

Kurnia hanya menggumam mengiakan. Mereka kemudian masuk membawa plastik belanjaan dan meletakkannya di konter dapur. 

"Seriusan? Dari tadi pagi gue datang lo udah sendiri di rumah?" 

"Iyaa," sahut bocah itu malas. "Mereka pergi ke kolam renang sejak pagi tadi. Terus katanya bokap gue mau lanjut lihat pameran entah di mana, gue lupa. Dan pasti mereka bakal makan siang di luar." Kurnia menyayat bungkusan nugget dengan sedikit misuh-misuh. "Benar-benar weekend list. Andai aja gue nggak kejebak sama janji taruhan itu, huh." 

"Lo kan bisa undur harinya. Kan lo yang tentukan jadwal." 

"Sebenarnya ... gue memang ngincar waktu rumah kosong," jawab Kurnia sedikit kaku. 

Aristo tersenyum iseng. "Karena lo mau berduaan aja sama gue?" 

"Pala lo." Kurnia mendengus. "Gue nggak mau aja keluarga gue mergokin gue dijemput kayak anak perawan sama cowok sinting."Anak itu menyiapkan wajan lalu menuangkan minyak goreng. "Dan begitu tahu kita bakal kencan di rumah—gue agak bersyukur sama keputusan gue. Asal lo tahu aja, Diandra sama ortu gue cengo berat waktu gue bilang mau tinggal di rumah aja." 

Aristo tidak menyahut lagi. Hanya memperhatikan Kurnia yang tengah mencelupkan potongan-potongan nugget ke dalam kubangan minyak. 

"Gue pengen bantu," ucap pemuda SMA itu tiba-tiba. 

Kurnia terdiam sejenak. Mencari-cari apa yang bisa dikerjakan Aristo. Kemudian berkata, "Nanti aja, lo bersihin dapur kalo gue udah selesai." 

Dan Aristo langsung mengacak kasar rambut Kurnia. "Enak aja." 

Bocah itu nyengir. "Kalo gitu lo buatin minumannya aja." 

 

"Ah, iya ya." Aristo segera mengeluarkan kaleng cincau dari kantung plastik. "Sirop lo di mana? Kulkas?" 

"Yoi." 

"Belum kadaluarsa kan?" 

"Belum, elah." 

Aristo mengambil botol kaca berlikuid merah itu dari rak di pintu lemari es. Lalu mengambil dua buah gelas kaca bening. 

"Kenapa lo nggak beli yang cincau doang alih-alih versi minuman kaleng?" 

"Nggak ada di minimarketnya. Udah gue cariin tadi," sahut Aristo seraya membuka kedua kaleng cincau di konter. "Gue saring aja isi kalengnya supaya dapet cincaunya doang." 

"Bakalan dapet dikit doang cincaunya kalau gitu. Tapi terserah deh." Kurnia mendengus kecil. "Ngomong-ngomong, kita memangnya mau nonton film apa? Suicide Squad? Gue udah nonton." 

"Bukan. Kita bakal nonton anime movie." 

Dahi Kurnia mengerut. Dia bukan penggemar berat anime, sebenarnya. Dia hanya mengikuti dua serial anime; Naruto dan Sword Art Online. 

"Judulnya apa?" 

"Kimi no Na Wa." Aristo menuang cincau dari kaleng ke gelas. "Judul versi Inggrisnya; Your Name." 

"Dari judulnya ... kedengaran kayak anime shoujo*." 

[*shoujo = perempuan dalam bahasa Jepang. Jadi, komik shoujo dan anime shoujo adalah komik &anime yang diperuntukkan untuk kaum perempuan.] 

"Entahlah." Aristo mengedik. "Gue direkomendasiin sama teman gue yang maniak anime sih. Katanya itu baru rilis di Jepang, Agustus lalu. Dan belum rilis di bioskop Indonesia—dia dengar-dengar baru bakal rilis bulan November atau Desember nanti." 

Jika saja Kurnia tahu, Aristo bertanya nyaris berkoar di grup kelasnya hanya supaya mendapatkan judul film paling bagus yang bisa diputar untuk kencan mereka. Awalnya Aristo ragu begitu menerima rekomendasi anime tersebut. Hal itu membuat ia menuai bacotan panjang dari temannya tentang betapa epic-nya anime movie tersebut. 

"Teman gue bilang tuh anime bagus banget. Rating-nya tinggi di Jepang. Terus dia ngasih gue link web tempat dia download." 

"Pelanggaran hak cipta," komentar Kurnia singkat. 

"Sok suci lo." 

Bocah itu nyengir. 

Tidak butuh lama bagi Aristo untuk menyelesaikan kombinasi sirup raspberry dan cincau-nya. Ia segera mencari kain untuk mengelap tangannya yang lengket. Dan menyeringai ketika tak sengaja melihat apron warna biru muda lembut yang menggantung rapi. 

"Kurnia." 

"Hm?" 

Aristo berjalan mendekat. Ia mengintip dari balik punggung Kurnia. Bocah itu kini sedang menggoreng sosis. 

"Pake ini, Nia." 

Kurnia seketika gusar mendengar panggilan itu. Ia melirik kesal pada benda yang disodorkan Aristo ke depan wajahnya—dan langsung syok. 

"Gila lo. Geser," katanya seraya berusaha menjauhkan apron terkutuk itu. "Gue nggak perlu pake begituan." 

"Kalo baju lo kena ciprat minyak gimana?" 

Mata Kurnia memincing. "Nggak usah sok peduli. Lama-lama lo yang gue guyur pake minyak panas." 

Aristo tertawa terkendali. "Gue pikir kita lagi kencan." 

"Bukan berarti lo bisa memerintah semau lo," balas Kurnia. "Lagian nanti sosisnya gosong," dalihnya. 

"Gue yang pakein," bisik pemuda itu. 

Kurnia menahan diri agar tidak melayangkan spatula ke wajah Aristo di belakangnya. Bahunya merinding ketika merasakan napas Aristo seolah menggigit cupingnya. 

"Dengar, gue—tsk." Kurnia mendecak. Aristo sudah keburu mengaitkan tali apron itu ke lehernya. "Terserah lo deh...." Akhirnya bocah itu menyerah. 

Kali ini tali apron itu diikatkan di pinggang Kurnia. Lengan Aristo kemudian dengan lancang melingkar di pinggang bocah itu, dan dagunya ia istirahatkan di perpotongan leher Kurnia. 

"Woy." 

Aristo melompat ke belakang ketika Kurnia menyikut dadanya agak keras. 

Kurnia tersenyum masam. "Kita mungkin lagi kencan, tapi jangan perlakuin gue kayak istri lo, njir. Jijik. Gue masih cowok, demi apa." 

Aristo hanya tersenyum jahil seraya menyolong nugget yang terdampar di antara sosis di penirisan. Sambil mengunyah, pemuda itu memandang Kurnia yang dibalut apron dari atas ke bawah. 

"Jangan lihat-lihat. Bayar." 

Aristo tertawa mendengus. Tapi tetap terus memakukan pandangan pada Kurnia yang kini sedang menunduk ke lemari bawah konter dapur, tampak mencari-cari sesuatu. 

"Lo mau kentang goreng juga, nggak?" Tangan bocah itu sudah terisi oleh dua buah kentang ketika ia menariknya keluar dari lemari. 

"Ya mau lah." 

"Oke. Biar gue banyakin porsinya."Kurnia mengambil pisau dari wadah silindris. "Tapi jangan harap teksturnya sama kayak french fries ala fastfood," tambahnya sambil mencuci kentang. 

Aristo hanya menggumam tidak jelas sebagai jawaban. Sebagai gantinya ia berkata, "Ajarin gue masak kentang goreng." 

Kurnia tersengat ketika sepasang tangan kembali melingkar di pinggangnya. Tapi kali ini ia tidak melawan lagi. Percuma. Lagi pula dia berusaha profesional. Ini konsekuensi kalah taruhan. Ia tidak akan ber-"kyaa kyaa"seperti anak perawan, sekalipun Aristo memang kadang-kadang kurang ajar. 

"Ya elah, ngegoreng kentang itu gampang." Kurnia sudah selesai mengupas kulit kentang. Kini ia membelah buah kentang menjadi dua bagian dan mulai memotong-motongnya menjadi batangan-batangan. "Tapi kalo lo mau tahu, cukup perhatikan gue aja." 

"Nggak mau. Gue harus ikut praktiknya." 

Aristo melepas lengannya dari pinggang Kurnia. Pemuda itu beralih dan mengambil sebuah pisau kecil serta talenan yang lain dari rak perkakas dapur. Satu buah kentang dicuri dari talenan Kurnia. Pemuda SMA itu kemudian mengambil posisi siap memotong tepat di sebelah Kurnia pada konter dapur. 

Kurnia mendengus memperhatikannya. Geli. "Yang lo ambil itu pisau buah." 

"Ya udah, kentang kan buah." Aristo ngeles. 

Kurnia memutar bola mata dan akhirnya menunjukkan cara memotong. Aristo mengikutinya, sama persis—katanya. Tapi hasil potongannya bergerigi. 

"Garamnya ambil sejumput, disebar." Kurnia menabur garam dari ujung jarinya pada potongan kentang yang kini sudah dalam genangan minyak. 

"Disebar woy, disebar! PAKE GARAM BUKAN MICIN." 

Aristo terbahak ketika Kurnia menendang tulang keringnya. "Dikit aja nggak apa-apa kan." 

(*) 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

Aristo dan Kurnia menonton ketika semua persenjataan sudah siap. Dua gelas cincau raspberry berdiri di atas meja di depan sofa. Di tengah-tengahnya ada mangkuk berjejer. Berisi sosis, nugget, dan kentang goreng belang-belang—jangan tanya—lengkap dengan wadah saus colek di sampingnya. Lalu juga kacang polong dan tortila yang bungkusnya sudah terbuka. 

Di pertengahan tontonan, pertengkaran klasik sesekali terjadi. Diskriminasi kentang goreng gosong dan modus penipuan; gelas-lo-yang-itu-yang-isinya-lebih-sedikit. Lalu Aristo yang mengajak Kurnia memainkan game laknat yang disebutnya potato game. 

"Kemariin remote-nya njir." 

"Gue bakal play filmnya cuma setelah kita mainin game ini," ucap Aristo dengan lafal tidak jelas karena bibirnya tengah menjepit sebatang kentang goreng. 

Kurnia hanya bisa menyipit dendam. Ia tahu kalau game itu hanya versi plagiat dari pocky game—dengan kondisi yang lebih amsyong. Ukuran kentang goreng itu pendek sekali, astaga. 

Tapi Kurnia, dengan segala keterpaksaan, akhirnya ikut berpartisipasi dalam game. Bocah itu menggigit ujung kentang goreng yang satunya dengan gerakan kaku. 

Jarak wajah mereka mungkin hanya terpaut lima sentimeter. Ujung hidung nyaris bertemu. Napas saling bertabrakan. Dan yang paling parah, Kurnia bisa merasakan mata itu menyeringai padanya—lurus-lurus. 

Bedebah. 

Aristo mulai menggigit. Dan memang hanya satu gigitan yang diperlukan untuk mempertemukan bibir mereka. 

Akan tetapi, Kurnia—dengan sigap—memundurkan kepalanya sebelum hal itu terjadi. 

Kekehan dalam terdengar dari pemuda SMA yang tengah mengunyah kentang goreng dan menelannya. Ia menatap Kurnia provokatif; payah lo. 

Kurnia hanya melengos. 

Meski ada beberapa gangguan eksternal (read: gangguan makhluk astral di sampingnya), Kurnia harus jujur kalau ia menikmati anime movie itu. Plot yang bagus. Dan yang paling Kurnia nikmati adalah grafisnya. Ia mungkin saja bisa menangis. Kalau saja tidak ada tayangan selanjutnya yang tiba-tiba terpampang—melibas semua rasa tersentuhnya. 

Diawali dengan dua orang negro yang————fvck. 

Kurnia menyempatkan untuk menimpuk Aristo dengan kacang polong sebelum tanpa kompromi mencabut flashdisk itu dari USB port di televisinya. 

"Gila lo emang," desis bocah itu. "Kalo aja kedengaran ke rumah sebelah gimana?" Ia melemparkan flashdisk pada Aristo. 

Flashdisk itu melambung dan Aristo menangkapnya dengan mudah. Lemparan itu ramah, pas ke tangan. Aristo tersenyum samar. Entah kenapa merasa senang hanya dengan hal sekecil ini. 

"Lo nggak mau lanjut nonton...." 

Nada Aristo menggantung. Matanya bersinar usil. 

Kurnia sekilas tergoda. Sayangnya ia sadar akan marabahaya. "Nggak," tandasnya. 

"Yakin?" Aristo menimang-nimang flashdisk-nya sugestif. 

"Iya." 

Kurnia mengiakan dengan wajah mendua, mengundang tawa kecil dari Aristo. 

Kurnia melengos. "Mending lo bantu gue beres-beres sekarang." 

Ruang tamu berantakan, penuh dengan remahan tortila dan tumpahan saus di meja—bekas peperangan. Dapur juga masih berserakan oleh talenan kotor, kulit kentang, dan kaleng-kaleng cincau kosong. Kurnia memperhatikan jam dinding. Masih pukul satu siang. Dia memperkirakan kalau keluarganya akan pulang saat sore, tapi tetap saja ia harus segera membersihkan kekacauan ini. Untuk jaga-jaga. 

"Oke, oke." Aristo mengantongi flashdisk-nya. Membantu Kurnia mengangkut mangkuk dan gelas kotor ke dapur. 

Mereka mulai dari mencuci piring. Aristo—seperti biasa—selalu senang cari gara-gara. Pemuda itu dengan sengaja menempelkan busa cuci piring ke pipi Kurnia. 

Kurnia tentu saja tidak tinggal diam. Ia mencipratkan air dari tempat pembilasan sebagai balasan. Tidak perlu waktu lama untuk menunggu perang sesi kesekian meletus. 

"Kemari lu setan." 

"Jangan pake air, Nia." 

"Bodo amat, Filo." 

"Argh, gue basah njeng." 

"Lo kira gue nggak?" 

Hasilnya dashyat. Lantai dapur dipenuhi jejak busa sabun. Titik-titik air menyebar di konter dapur, dinding, bahkan sampai ke permukaan kaca meja makan. Baju mereka basah dan berlumur busa, nyaris hampir ke semua bagiannya. 

Tapi setidaknya mereka berhasil menunaikan tujuan awal mereka. Tumpukan piring kinclong tampak mencolok di tengah dapur yang seperti kapal karam. 

"Arrghh ... gara-gara lo nih,"erang Kurnia frustrasi. "Kerjaan kita jadi makin banyak." 

"Kalo lo nggak ngebalas pake dendam gitu, ini juga nggak akan terjadi," sahut Aristo. Pemuda itu berjalan menuju ruang tamu, ingin mencari ponselnya. 

"Woy, jangan ke ruang tamu! Nanti lantainya basah gara-gara lo." 

"Biarin. Biar sekalian. Toh gue mau pesan OL-Clean." 

(*) 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

Sembari menunggu karyawan dari OnLine Clean selesai membersihkan kekacauan di dalam, Kurnia dan Aristo membersihkan diri. Menggunakan selang air. Di sudut halaman belakang rumah Kurnia. Seperti dua remaja lelaki yang tidak tahu umur. 

Alasannya; supaya tidak mengganggu kinerja si karyawan OL-Clean. 

"Kemariin selangnya, cepetan." 

"Sebentar." Aristo masih sibuk menyiram kausnya untuk menyingkirkan semua busa-busa putih itu. Ketika selesai, ia menyerahkan selang pada Kurnia lalu menjemur kausnya di atas pagar. 

"Nggak akan ada yang nyuri baju gua kan?" 

"Nggak bakal. Besaran dosanya dari pada profitnya." 

Perut Aristo tergelitik. Ia kembali menghampiri Kurnia yang membasuh diri. "Mau gue bantu?" 

"Nggak usah." 

Namun, tangan pemuda SMA itu tetap dengan nakal menjalar menyusuri rambut lepek Kurnia. Membantu menyingkirkan busa dan kotoran lain yang menempel. Lalu jemarinya turun menyusuri leher belakang. 

Kurnia merespon dengan rasa geli. Bahunya bergetar. "J-jangan, oi." 

Bocah itu maju beberapa langkah untuk menghindar dari tangan Aristo. Ia kemudian membuka kausnya dan memerasnya. 

Pandangan Aristo melayu—jatuh pada tubuh Kurnia. Ia harus jujur kalau Kurnia tampak menggiurkan sekarang. Pemuda itu heran. Ia belum pernah merasakan hal semacam ini sebelumnya terhadap laki-laki. 

Dan ketika Kurnia juga membuka celananya dan memerasnya, Aristo tidak bisa mencegah dirinya untuk kembali meraih bocah itu. 

Kurnia tengah berjalan menuju handuknya yang tersampir di lengan kursi teras, ketika Aristo meraih lengannya. Membalikkan tubuhnya. Memajukan wajah—tunggu. 

"Lo mau apa?" Kurnia otomatis mendorong wajah Aristo. 

Sebelah alis Aristo terangkat. "Mau ngambil jatah ciuman-setelah-kencan gue lah." Ia menahan pergelangan tangan Kurnia lalu mengecup di sela jemari bocah itu. Aroma lemon—sabun pencuci piring. 

"Memangnya ada yang begituan." Kurnia berusaha menarik kembali tangannya dengan sedikit kepayahan. "Lo kira ini komik shoujo." 

"Sejak kapan lo baca komik shoujo?" 

"Sejak Kesha sering nunjukin komik begituan karena dia suka baca—" 

"Jangan nyebut nama orang lain waktu lo lagi kencan bareng gue." 

Aristo kembali mendekatkan wajah. Tangannya menahan tangan Kurnia yang mencoba kembali mendorong. Kurnia keras kepala dan tetap berusaha menghindar. 

"Kur, ini juga bagian dari konsekuensi taruhan," ucap Aristo dengan suara rendah. 

"Tapi gue bahkan belum pernah ciuman sama cewek," desis Kurnia. 

"Apa gue kelihatan peduli?" 

"T-tapi kan ... tapi kan—" 

Mereka dorong-dorongan dan berakhir jatuh ke tanah yang ditumbuhi rumput gajah. Berguling beberapa kali sebelum akhirnya Kurnia berhasil memisahkan diri. 

Aristo terlentang, menoleh pada Kurnia. "Ayolah. Lo parah banget, Kur." 

Sementara bocah itu hanya mengerang. "Arrgh ... kotor lagi badan gue. Gara-gara lu," ucapnya ketika mendapati tanah menempel pada punggung dan lengannya yang basah. "Harus ngebilas lagi deh gue. Ngebilas. Lagi." Kurnia meremas rambutnya. 

"Hahaha...." 

Tawa Aristo renyah. Matanya sedikit menyipit. Kurnia akui pemuda itu ganteng saat ini. 

Dan seharusnya dia bisa mendapatkan gadis mana pun yang dia mau. Bukannya malah jatuh cinta dengan laki-laki. 

"Lo yakin kalo lo suka sama gue?" 

Tawa Aristo berhenti perlahan. 

"Lo tahu, gue pikir—"Kurnia duduk bersila menghadap Aristo, "—lo sebenarnya masih suka sama Diandra." 

"Huh?" 

Aristo mengernyit samar. Ia ikut bangkit dan duduk dengan sebelah kaki menekuk. 

"Maksud gue," Kurnia mengusap tengkuknya, "lo pernah bilang kalau gue mirip banget sama kakak gue. Dan selama ini lo juga lurus-lurus aja. Lo tertarik sama cewek..." Kurnia mulai bingung bagaimana ingin menjelaskan. "Lo tahu benar maksud gue. Lo sebenarnya ... masih suka sama Diandra kan?" 

Aristo mendengus geli. Anak ini ternyata masih tidak mempercayainya. 

"Oke, gue memang masih tertarik sama cewek. Dan mungkin gue memang tertarik sama lo karena lo mirip sama Diandra." 

Kurnia menarik sudut bibirnya meski sebenarnya ia agak gelisah. "Nah kan, memang—" 

"Jadi apa salahnya?" potong Aristo. "Itu tetap saja tertarik namanya. Bukan motif pelampiasan karena gue ditolak kakak lo atau apapun itu yang lo sangka." 

Senyum Aristo bertengger tipis. Wajahnya mendekat, menatap Kurnia seksama. 

"Ini beneran. Gue perlu lo, Kurnia. Gue perlu lo lebih dekat." 

Cup. 

"L-lo..." 

Kecupan itu tertanam sekilas di pipi Kurnia. Lembut dan ringan. 

Kurnia memegangi sebelah pipinya. Menatap Aristo speechless. Antara ingin menanam Aristo atau menanam dirinya sendiri. 

"Licik lo,"tudingnya tajam. Tapi dengan kepala menunduk dalam. 

Senyum Aristo melebar. Menikmati melihat Kurnia yang salah tingkah. 

Dan pada pukul 15.00 WIB, setelah pakaiannya kering, dan Aristo beranjak pulang, ia mendengar kalimat lain dari Kurnia selain; "Biaya OL-Clean tadi dibagi dua aja. Gue kan juga ambil andil dalam kekacauan itu sih." 

. 

"Makasih buat hari ini." 

. 

Tapi ketika Aristo meminta bocah itu mengulangnya, ia keburu ditendang ke luar rumah. 



Aristo itu pemuda gila.

Terus ngejar-ngejar kakak gua selama hampir genap tiga bulan.

Dan tidak berfaedah. 
Kakak gua nggak akan pernah ngelirik dia.

...

Dan hal yang paling sinting adalah ketika lo dikejar-kejar sama pemuda gila yang tiba-tiba banting setir pindah haluan dari kakak lo.

Dan lo cowok.

Fruit 869: Ivy as Hell Girl
Di Adora, di divisi cosplay, Ivy bagaikan ratunya. Selain dia sangat pintar berdandan untuk keperluan cospaly, tubuhnya juga menunjang. Tubuh Ivy bukan jenis jangkung, namun agak pendek dan ramping. Ini menjadikan Ivy sangat sesuai jika ber-cosplay menjadi lolita dan berbagai karakter dark dan misterius di anime. Ia tidak suka memerankan karakter ceria. 
"Ivy, apa kau akan ikut ke festival cosplay anime akhir pekan besok?" tanya salah satu anggota Adora pada Ivy. 
"Hm." Ivy menggumam sambil mengangguk sebagai jawaban singkat. 
"Kau nanti akan cosplay jadi siapa, hime?" tanya yang lainnya. Mereka semua adalah lelaki dan senang berada di dekat Ivy yang cantik meski harus berhati-hati pada Gavin yang galak. Namun, karena saat ini Gavin tidak ada di dekat Ivy, mereka mulai menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Ivy. 
"Ai Enma." Ivy menjawab singkat. 
"Wuaahh! Ai Enma dari anime Jigoku Shoujo?"
"Jigoku Shoujo? Hell Girl? Wow!"
"Pasti Ivy akan sangat hebat jadi Ai Enma, dia punya vibe Ai Enma!"
"Hime pasti sangat cantik melebihi Ai Enma!"
Banyak orang segera memuji Ivy bahkan sebelum dia berdandan ala Ai Enma itu sendiri. 
Dandanan untuk cosplay sebagai Ai Enma sangat mudah. Cukup memiliki rambut panjang, hitam, dan lurus, dengan poni bagai sapu yang tebal ... dan itu semua sudah dimiliki oleh Ivy, kemudian juga membutuhkan mata merah dan besar ... dan itu lagi-lagi sudah dimiliki Ivy tanpa dia repot-repot memakai lensa kontak, bermuka pucat namun cantik dan memakai kimono. Itu saja. 
Sepertinya mereka benar, bahwa Ivy memang akan cocok memerankan si Hell Girl, Ai Enma. Selain penampilan fisik yang serupa, vibe yang dimiliki Ivy juga mirip dengan tokoh Ai Enma. 
Ketika Gavin muncul di ruangan itu, para lelaki yang mendekat pada Ivy segera menjauh, menyingkir sebelum Gavin mengomel ke mereka. Meski Gavin masih dinilai bocah cilik, namun jika mengomel tidak tanggung-tanggung, dan bahkan berani menantang berkelahi. 
Andrea harus sering-sering menasehati Gavin agar tidak sampai melukai para anggota Adora. Ia tidak ingin Adora jadi buruk hanya karena masalah temperamen sang mister bucin kecil. 
Jovano sesekali akan datang ke Adora hanya untuk iseng saja, tidak benar-benar mendaftar menjadi anggota di sana. Namun, kedatangan Jovano selalu ditunggu banyak gadis muda yang memuja dia, baik secara diam-diam atau terang-terangan. 
Hal ini juga mengesalkan bagi Ivy. Dia kerap menatap tajam para gadis muda yang hendak mendekati kakaknya. Biasanya, jika Ivy sudah begitu, para gadis muda itu takut dan memilih urung mendekati Jovano dan hanya akan bergerak ketika Ivy tidak ada di sekitar Jovano. 
Vargana dan Voindra juga ikut bergabung dengan Adora. Vargana bergabung di divisi suara, sedangkan Voindra di divisi dance. Mereka ikut Adora bukan karena ingin berkarir di sana melainkan hanya menyalurkan hobi saja. 
Voindra enggan masuk ke divisi cosplay meski sebenarnya dia pantas di sana karena dia sangat cantik jika berdandan ala cosplay. Apalagi cosplay karakter ceria, sangat cocok. Namun, Voindra tidak mau karena akan bertemu Ivy dan Gavin, dan hal itu hanya akan menyakitkan mata dan hati saja baginya. 
Bocah itu memang menyukai Gavin sejak mereka di Alam Schnee. Sayangnya, Gavin tidak merasakan apa yang dirasakan Voindra dan malah tergila-gila pada Ivy, yang menjadikan Voindra menjadi patah hati. 
Namun, karena dukungan kakak dan anggota Blanche lainnya, Voindra mulai bisa menerima jika Gavin tidak menyukai dia, meski untuk menatap pemandangan Gavin sedang menempel ke Ivy itu tetap saja menyebalkan. 
Maka dari itu, Voindra memilih divisi lain saja daripada bertemu dengan Gavin dan Ivy. Ayah dan ibunya sudah sering menasehati dia untuk tidak bertengkar atau ribut dengan saudara sendiri hanya karena masalah asmara. 
-0-0-0-0-
"Ivy, besok kau akan cosplay apa untuk acara festival cosplay anime di Ikebukuro?" tanya Gavin ketika dia berada di ruang makan pagi itu sebelum berangkat sekolah. 
"Ai Enma." Ivy menjawab singkat lalu memakan roti berisi perkedel kornet-nya. 
"Ai Enma dari Hell Girl? Jigoku Shoujo?" Gavin memastikan. 
Ivy mengangguk sambil mengunyah rotinya. 
"Kalau begitu, aku yang jadi Ren Ichimoku, yah!" Gavin bersemangat. Tokoh karakter yang disebut oleh Gavin tadi sering dipasangkan dengan Ai Enma di berbagai fanart. 
"Tidak mau." Ivy secara cepat menjawab. 
"Ehh? Kenapa tidak mau?"
"Kak Jo saja."
Jovano yang sedang mengunyah sarapan paginya pun berhenti dan menatap sang adik, Ivy, dan juga sahabat masa kecilnya, Gavin. "Aku? Aku kenapa, Ivy?" Ia tidak menyangka akan disebut oleh Ivy. 
"Kak Jo jadi Ren Ichimoku." Demikian jawaban Ivy. 
"Ehh? Kok Kak Jo, sih? Memangnya kenapa kalau Gavin? Biar Gavin saja, oke?" bujuk Jovano ke adiknya. 
"Tidak mau?" Ivy bersikeras meski dengan nada datar. 
"Kenapa, Ivy? Kenapa kau tak mau aku jadi Ren Ichimoku?" Gavin mengerang sedih. 
"Kau kurang tinggi." Ivy menatap sekilas ke Gavin lalu beralih ke Jovano. "Kak Jo tinggi, seperti Ren."
Gavin dan Jovano sama-sama kehilangan kata-kata untuk sesaat. Memang, sih, karakter Ren Ichimoku itu digambarkan tinggi jangkung dan juga tampan. Gavin mungkin memiliki aspek tampan dan mata sedikit sipit ala orang asia, namun dia tidak setinggi Jovano. 
Putra sulung dari Shelly dan Kenzo itu masih berusia 15 tahun, dan dia memang belum secara optimal tumbuh tinggi. Memang masih kurang cocok menjadi sosok tokoh pendamping Ai Enma. 
"Tapi, aku ingin jadi Ren Ichimoku." Gavin juga tak ingin surut dari keinginan dia. "Ivy-hime sudah berjanji untuk berfoto pasangan dengan aku, kan? Maka dari itu aku harus jadi pasangan cosplay kamu, hime."
"Tidak mau. Kak Jo saja!" tegas Ivy sambil habiskan sarapannya. Hanya dua roti berisi perkedel kornet dan segelas darah buatan. 
Jovano jadi tak enak hati sendiri jika dia malah menghalangi Gavin. "Tapi, Ivy, Kak Jo kan kurang sipit matanya, gak seperti Ren-" 
"Kak Jo saja!" Ivy kini menatap tajam dan tegas ke kakaknya. 
Jika sudah begitu, keras kepala Ivy keluar, dia takkan mau dibantah siapapun. 
"Oke, oke, Kak Jo, deh! Oke, Ivy sayank jangan marah, yah!" bujuk Jovano pada akhirnya. "Ahh, bagaimana kalo nanti Gavin juga ikut jadi Ren Ichimoku bareng Kak Jo juga. Gak apa, kan?"
"Terserah." Ivy melanjutkan meneguk segelas darah buatan tersebut dan mengusap mulut menggunakan punggung telapak tangannya. Andrea memang masih membuatkan cairan darah buatan melalui cara alkimia yang dia ketahui. Dan untung saja Ivy tidak menolak. 
Maka, kini sudah diputuskan bahwa Jovano dan Gavin bisa memakai cosplay yang sama untuk mendampingi Ivy nantinya pada festival cosplay anime di Ikebukuro. 
Andrea juga akan mengakomodir para peserta Adora yang ingin ikut acara tersebut. Dia jauh hari sudah menyewa mobil untuk semua anggota divisi cosplay yang hendak ikut. 


"Aku tau aku ini hasil dari pembuahan terlarang yang tak bisa terelakkan. Bahkan aku tau kekuatanku yang sebenarnya dan aku sangat membenci itu. Aku berharap aku tak pernah ada jika hidupku selalu dalam teror seksualitas yang mati-matian aku hindari." 

Andrea merasa hidupnya jungkir balik saat mendekati usia 17 tahun, dimana dia akhirnya tau bahwa dia adalah keturunan salah satu raja iblis Incubus di Underworld. 

Cambion. Itulah sebutan baru bagi dirinya. Apakah dia nantinya akan memiliki tanduk? Apakah dia nanti akan berwajah seram? Berekor? Yang jelas, Andrea tidak menyukai kekuatan barunya. Kekuatan yang membuatnya menarik perhatian para lelaki. Kekuatan yang membuatnya harus terus lari dan dilindungi. 

Sedangkan Dante, seorang Nephilim yang berhasrat naik ke Surga, dia harus membunuh 100 keturunan Iblis agar bisa menjadi seorang Angel. Dan Andrea merupakan target buruan ke-99. 

Namun, ketika feromon gadis itu terlalu menggoda, Dante menghadapi dua pilihan: tetap membunuh Andrea? Atau justru memiliki Andrea untuk dirinya sendiri? 

WARNING: 
- HANYA UNTUK PEMBACA BERUSIA DI ATAS 17 TAHUN 
- ERO-FIC 
- TIDAK UNTUK MANUSIA SUCI & ANAK-ANAK 
- VULGAR & EKSPLISIT 
- BEBERAPA DIALOG MEMAKAI BAHASA GAUL & KASAR 
- TAK PERLU MEMBAWA SARA KE KOMENTAR KALIAN KARENA INI BUKAN NOVEL RELIGI!


— Ou qual o nome desse anime, parece legal? — Hime me pergunta.
Olho para o celular dela, tinha uma cara, vestindo saia e vestido rosa e quebrando uns cara na porra, mas como era um video num tal de tiktok, não dava para pesuqisar a imagem no google, por isso nçao tive muita escolha anão ser dixer.
— Lamento mas eu não conheço, mas conheço um parecido, chamado mahou shoujo ore.
— Sim, sim eu já vi, chorei de rir, ai queria ver esse também, fala o nome ai.
— Eu nãos ei, já disse.
— Espera, como assim?
Ela parece quebrar completamente, como se tivesse ouvido algo absurdo, só não entendo porque.
— Ué, eu não conheço, o que tem de surpreendente nisso?
— Então você não conhece todos os animes do mundo? 
— Por que surpresa? Suspiro! Eu não conheço nem a maioria.
— Mas, mas, mas, mas, o que eu vou fazer, que queria assistir, mais….
— Isso também faz parte da vida de um otaku, existem muitos animes, e saem tipo 200+ ao ano, é impossível conhecer todos, mas sempre acabamos vendo imagem de um ou outro que parecem tipo: velho não é possível que o japão chegou a esse nível, mas aí você lembra, mas é anime, né? Então deve ser real, então você pensa, velho preciso muito ver, mas aí se lembra, putz, eu não sei  nome dessa budega! Ai é foda, então você pergunta para um amigo, então ele nãoc onhece, ai…
— Tá, tá, já entendi então só cala a boca,que eu não aguento mais ouvir "ai".
— Ok, bem, infelizmente eu não manjo muito de mahou shoujo, minha especialidade é vida escolar e romance, se fosse nessa departamento, então talvez eu conheça todos, enfim, eu vou ligar para um cara, talvez ele consiga o que precisamos.
— Para o Lê? 
— Nop, não vou ficar contando com a memória de peixe dele, ele consegue rever um anime depois de 3 anos que viu, porque já esqueceu quase tudo.
— Isso é até que normal, né? 
— O normal é lembrar pela vida todo, como alguém ousa blasfemar um anime, esquecendo sobre ele!
A propósito, a esse ponto eu ainda não sabia, mas já tinha visto o anime que ela procurava pelo menos o primeiro ep, mesmo assim não me lembrava dele, ok, ok, podemos dizer: enfim a hipocri… Fodasse, essa piada nem é boa.
….
Na nossa frente um homem de terno, sua cara era séria, ele eu tinha vindo para algo muito importante, atrás de mim Hime parecia meio assustada pela aura opressora do cara, que pode chamar de Otaku N°4.
— Humm! Sem dúvidas eu já vi isso, mas sabe, isso aqui está fora do meu departamento, eu sou d setor de mahou shoujos, isso aqui é uma comédia, infelizmente não poderei estar conseguindo o nome, mas conheço um cara, que conhece muita gente nesse meio, ele pode conseguir o nome para vocês, vá nesse lugar.
Ele me dá um endereço, Hime fica com um pouco de medo de ir, mas na real era só a loja de animes que eu sempre vou, o otaku N°4 estava falando do vendedor, quem eu já conheço.
...
— ₢ — digo.
— Espera, só o que você disse, o que isso deveria significar?
….
Transição de cena e estamos falando com o velhinho que conheça os caras, então ele me recomendou um cara, que conhece um cara, então fomos falar com ele, mesmo assim ninguém lembrava o nome, mesmo já tendo visto, era algum tipo de amnésia coletiva, talvez?
Ou eu posso ter sido enganado pelo lojista, que só queria se livrar de mim, então me mandou ir além com o neto dele, que mora na pqpq! Aí o neto dele queria se livrar de mim e mandou para a pqp!
Só sei que andei por horas, além do mais minha postagem na internet foi ignorada, ninguém, literalmente ninguém ligou, mesmo eu mandando o famoso: passa o link, eu apenas recebi a resposta de sempre: … Tá, e preciso comprar um grilo para esses momentos, admito.
No fim das contas estávamos exaustos, nossa energia tinha sido roubada, depois de passar por uma jornada tão grande, desgastante, dolorida, complicada e tudo mais.
— O que estão fazendo. — Lê perguntou
— Procurando o nome desse anime. — Mostro para ele.
— Pô, é kore wa zombie desu ka, é bem legal, eu vi faz pouco tempo, amas tipo recomendo bastante inte.
— Sério que foi isso tudo para nada!!! — Hime gritou puta, já eu e o Lê começamos a ver o primeiro ep do tal anime, que descobri já ter visto, só o primeiro episódio

-    Você po,poderia entregar isso para o Leo.
Um garota até que bonita diz, de novo isso, apesar de que faz tempo a ultima vez que alguém me pediu isso, eu nem mais falo com o Lê em publico, afinal ele esta fazendo seu melhor para ser popular, não tenho interesse nisso nem sou, mas bem várias coisas aconteceram e..
-     Pode me ensinar mais sobre o mundo dos animes?

Many demons were gaping, a young member of the phoenix clan, 15 years old, suffered an awakening of the powers of his lineage, temporarily turning him into a phoenix a true prodigy, even his older brother took much longer to reach that level. "No more Lady Serafall, not even the Balanced Breaker of a simple Sword Birth can for the true power of the Phoenix clan!", Lord Phoenix was confident, in addition to offering the opportunity of his son's awakening he obtained a very good pawn for future nobility of your youngest daughter.
"Not over yet! He will win! ", Sona for the first time put aside his realistic side and decided to trust his feelings. "You have to win or I never fantasize about Mahou Shoujo", he murmured to no one in particular, but Serafall beside him listened, "So when he wins you will have to dress up for him", whispered to Maou in her ear. sister.
Sona blushed and nodded in confirmation before focusing all her attention on the projection of the climactic duel between Rise and Yan. "That's not possible! How does he manage to defend these flames? ", Someone asked among the nobles and that doubt reflected the doubt in everyone's mind, but only Sona and Serafall knew the answer and the other Maous guessed.
A Dhampir has several abilities, the control of the mist over the shadow and darkness, transformation into bats mainly, the ability to raise slaves, in addition to their improved physical abilities, everyone knows this, but what those forgot about was the ability to get stronger drinking blood and depending on the 'donor' the vampire can get skills and Yan drinks the blood of a Maou in recent years.
Serafall Leviathan from the Sitri clan famous for its great affinity for water, however, she developed her magical abilities by specializing in ice magic that was absorbed by Yan causing the changes in the Reality Mable, Unlimited Blade Works, which is the projection of the inner world the caster's physical and magical characteristics affected by its user.
Grafiya's announcement ended with the duel giving victory to the Sitri clan, the defeat infuriated the patriarch, but his son's evolution made him realize that even losing this confrontation the result was good enough, in addition to the added power that Rise managed and liaising with a promising young demon connected to one of the Maous would strengthen her home in the underworld, "As promised Ravel will be part of your servant's future nobility, so next week I will send her to your territory to meet your future master," the statement he was not uncommon, for the demons the Rate-game is sacred and any promise made involving him must be kept, however the smile on his face aroused the curiosity of many.
After the duel Rise and her nobility were immediately transported to guest rooms to rest and receive treatment, while Yan was taken to Rias's room at her request. Sona who heard this had a sense of urgency and ran to her friend's room.
"Rias!", Sitting beside the bed was Rias with a black box where the dark pieces were kept, a pawn was in his hands, and beside him Koneko eating some snacks looking curiously at the boy lying peacefully in bed. "Aren't you going to do what I'm thinking?", Sona never felt so much hatred in her short life, even when she found out about the 'affair' between her sister and Yan was just a pain in the chest, as she already imagined that something like this it would happen at one time or another, but she never imagined that her friend would try to steal it.
Rias was surprised by the reaction of her friend who seemed to be looking at someone who killed his entire clan and then made him see the death of his family a thousand times, "Sona is a misunderstanding, I didn't reincarnate him, I was just getting ready to make an exchange with you! ", the girl defended herself by sampling all her missing evil pieces, a queen and a tower," See? I didn't use it! ".
After confirming that the missing pieces were exactly the ones he used on Koneko and his queen who had not participated in the banquet Sona became calmer and apologized for thinking the worst of her friend and Rias just gave a nervous smile. "So let it go, how about you give it to me? I promise that my brother will find better pieces for you in the future ", the redhead was confident in her offer, after all her brother got two excellent pieces and it seemed that he received information on where to get two more recently and they would search after them after the party.
"No, thanks, but he would never forgive me if I was changed like cattle, besides that you would have to face my sister's fury if she knew about it so never comment on it", said Sona with a serious face, "Now let's go to what matter ", a magic circle was generated on Sona's chest and a black box with blue details appeared, she took the piece of horse and approached if the sleeping boy.
Two years later, a young man wearing a black cloak and red armor was at the top of a scenic building. "The world is no longer the same, people are cruel and cannot be saved," he said as he watched the sky, images of his adventures with his friends flooded his mind.
"Luan, don't give up, the world can be saved! Our friends' dreams can be fulfilled! ", A globe of light floated beside the boy, his name is Navi a fairy created by the great Deku tree to protect help to protect the world from the invading demons that threaten to destroy everything.
"There is no more hope in me, you better look for another user who still wants to save the world, Navi was good all these years together", the young man stroked the small light and disappeared in a snap.
"Luan!" Shouted the little creature, but it was too late he was already gone. Wandering around the city Navi was sad, his best friend for years had lost his hope after his friends died after a group of humans who were saved betraying them which led to the death of all his friends.
"He needs time, he will surely find that there is still hope, but first I need to find a replacement", the little light wandered around the city looking for someone with good potential. It was when he saw a demon attacking a girl in her late teens who was desperately running away, in that bad moment Navi knew that this would be the birth of the most powerful Mahou Shoujo in the world. This is just the beginning, Legend Of Levia-Tan.
"Cut! Good personal work, 20-minute break and let's shoot the next scene! "Shouted the director as he got up and went to eat donuts.
"Yan! This will be another success! Just like Mahou Shoujo Levia Magica (Madoka Magica), Mahou Shoujo Cards and Site Shoujo! ", Serafall quickly embraced the little one while talking about the successes they made in the last year. Yan used anime knowledge to create anime proposals for Serafall when he found out she owned an anime company, which was a huge sales success after her first episode.
"I'm glad you liked it, but I'm thirsty," he said, pulling the girl's arm and heading towards the dressing room. "We only have a few minutes, better to leave it for another time", Serafall tried to argue, but without raising any resistance to the boy's tug.
About a year ago, Yan started working as Serafall's assistant to gain real experience since she works mainly with the ambassador of the demons being her main representative in foreign affairs and how he has been out of contact with the outside for a long time is a great opportunity to improve your skills and your rank among demons.
"How is Sona doing?", Thought the boy, they have not spoken to each other for some months, since she took over the territory in Japan together with Rias, after friction between the church and the demons resulting in the death of the lord and his lover who was an exorcist, causing the church faction to completely abandon the place.
"I know you're worried about her, but no one would be stupid enough to attack the sisters of two Maous," said the girl lying in the boy's arms.
"Can you read thoughts too?", Laughing he once again bit her neck taking advantage of the blood that ran down her neck.

Story translated by google tratudor.
Sacred Gear Creator, is the first Sacred Gear created by God as a tool to make others, but no being in his universe could use his powers, so when he died a part of his power added to Sacred Gear in search of a Host.

I posted this fanfic on this other site and decided to see how to get out of here.
https://www.spiritfanfiction.com/historia/sacred-gear-creator-20411360
https://www.wattpad.com/story/240038941-sacred-gear-creator-pt-br

katawa shoujo anime novel

Shoujo Grand Summoning (Anime FF)

Release That Magical Girl!

Reincarnated: The King of Entertainment

Rebirth In One Piece Is Vice Captain (One piece FF)

Mahou shoujo asuka

Hotel Asphodel

Cliche(s)

Devil's Fruit (21+)

um (des)agradável novo mundo

Sacred Gear Creator (English)

People search katawa shoujo anime also like: