Peringatan !!
Cerita ini diperuntukkan untuk yang sudah berumur 18 tahun keatas, harap berhati-hati dan bijak dalam membacanya !!
Cerita ini tidak berlatar di Indonesia, jadi tinggal serumah adalah hal yang wajar, karena latarnya Negara bebas.
…
Sekretaris Bara mendatangi meja kerja Bian dan meletakkan setumpuk berkas di atas meja kerja Bian. Bian kaget dengan kedatangan setumpuk berkas yang tak di undang ini, di saat dirinya sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Bian menatap sekretaris Bara seolah mempertanyakan tentang kehadiran setumpuk berkas ini,
"Sepertinya kamu sudah membuat Bara marah," ucap sekretaris Bara itu, 
"Bara bilang kamu harus menyelesaikan malam ini," ucapnya kemudian, Bian tersentak mendengar itu, begitupun karyawan yang ada di sebelahnya dan yang mendengarkan percakapan Bian dan sekretaris Bara ini.
"Bukannya jadwalnya masih satu bulan lagi," ucap Bian tidak terima dengan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam satu bulan malah disuruh ia menyelesaikannya dalam satu malam.
"Bara yang nyuruh," ucap sekretari Bara merasa bersalah kepada Bian, Bian pun beranjak dari duduknya,
"Kamu mau kemana,?" tanya sekretaris Bara, 
"Mau keruangan Bara lah kak," jawab Bian kemudian,
"Bara sepertinya lagi tidak bisa kamu ajak bicara, sebaiknya kamu jangan ganggu sekarang Bi," ucap sekretaris Bara yang sudah mengerti watak Bara ini. karyawan lain pun setuju karena mereka tidak ingin Bara kesal, mereka sudah pernah tersiksa karena telah membuat Bara kesal waktu itu, mereka dipaksa kerja berhari-hari tanpa pulang dan tidur.
Mood Bara memang menentukan kesejahteraan para karyawan, "Aku cuma mau ngomong baik-baik," ucap Bian kemudian, 
"Bi," sekretaris Bara tampaknya tidak mempercayai Bian begitupun karyawan lain, mereka mengetahui bahwa perdebatan Bara dan Bian tidak akan terelakkan jika Bian sampai bertemu Bara saat ini.
Tanpa menunggu persetujuan yang lain, Bian pun melangkahkan kakinya menuju keruangan Bara. Bian harus membicarakan hal ini kepada Bara, bagaimana mungkin ia bisa menyelesaikan pekerjaan ini dalam waktu semalam, apalagi bagi Bian membaca berkas itu butuh waktu dan ketenangan.
Bian mengetuk pintu dan langsung masuk tanpa menunggu jawaban dari Bara. Bara tampak sedang berbincang dengan seseorang melewati ponselnya, Bara saat ini sedang berdiri di depan meja kerjanya.
Bian langsung menuju ke hadapan Bara dan menunggu Bara yang tampaknya sedang berbincang dengan klien,
"Mau ngapain kamu," ucap Bara setelah mematikan sambungan ponselnya,
"Apakah kamu mempunyai banyak waktu untuk datang kesini," ucap Bara lagi, Bian menatap Jackran,
"Apa yang terjadi," ucap Bian berterus terang, Bara menatap Bian tanpa menjawa pertanyaan yang Bian ajukan.
"Apakah kamu sedang kesal atau marah," ucap Bian kemudian, "Apa ada masalah?" tanya Bian lagi.
Jackran pun berbalik meninggalkan Bian, ia menuju kebalik meja kerjanya dan duduk di kursi mengabaikan Bian yang saat ini menatap Bara,
"Apa Tiara mengatakan sesuatu?" tanya Bian lagi, "Apa yang dikatakan Tiara sampai kamu bersikap tidak profesional seperti ini," ucap Bian lagi, namun sebanyak Bian berbicara, Bara masih mengabaikannya,
"Apa kamu pikir dengan sikap seperti ini, kamu bisa menjadi pemimpin," ucap Bian kemudian, menyerang Bara dengan sesuatu yang Bara inginkan, dengan begitu Bara akan menjawabnya, pikir Bian.
Benar saja, Bara mendongak menatap Bian, " Apa sekarang kamu sudah blak-blakan mengatakan bahwa kamu berada di pihak Jackran?" ucap Bara kemudian, 
"Mungkin," ucap Bian asal, saat ini Bian hanya sedang mencoba agar Bara berbicara dengannya tentang apa yang membuat Bara menjadi kesal.
"Sepertinya kamu tidak keberatan dengan apapun yang dilakukan Jackran," ucap Bara lagi, tentu saja Bian tidak mengerti dengan arah pembicaraan ini,
"Apa Jackran melakukan sesuatu yang tidak seharusnya," Bian balik bertanya,
"Kembali kemeja kamu Bi, sebelum kamu kehabisan waktu," ucap Bara penuh akan isyarat.
"Aku tidak bisa mengerjakan itu dalam waktu semalam" ucap Bian kemudian, Bian menolak apa yang diperintahkan Bara,
Bara tertawa mendengarkan Bian, "Apa karena bukan seorang Jackran yang memerintah, maka kamu tidak mendengarkan aku," ucap Bara berbicara melalui giginya,
"Itu karena yang kamu perintahkan tidak masuk akan Bar," ucap Bian kemudian, Bara beranjak dari duduknya dan mendekati Bian, Bara merasa kesal karena Tiara mengatakan bahwa Bian akan tinggal bersama Jackran, Bian yang meminta sendiri karena Bian melihat bahwa keluarga Bara mencoba menyakitinya, bahwa Bara dan keluarganya adalah orang yang menakutkan.
Bara berdiri dihadapan Bian, "Apa kamu mau aku menunjukkan bagaimana itu yang menakutkan," ucap Bara menyindir Bian dengan sesuatu yang tak pernah Bian katakan, dan tentu saja Bian tidak mengerti dengan hal itu.
Bian menyerngitkan dahinya tidak mengerti, "Lakukan seperti yang aku perintahkan Bianatya," ucap Bara kemudian, Bara saat ini terluka dengan apa yang dikatakan Tiara, apalagi yang Bara pikir yang mengatakan hal itu adalah Bian, orang yang dicintainya, orang yang dipercaya neneknya dan diandalkannya.
"Kamu sebaiknya bersikap profesional," Bian mengingatkan Bara, yang berarti Bian juga menolak melakukan hal itu.
Bara berjalan melihat ruangan para karyawannya yang tampaknya mereka sudah pulang, karena memang jam pulang karyawan sudah datang, sekaligus mereka yang tidak ingin terlibat dengan perdebatan Bian dan Bara. Bara menutup tirai jendela dan mengunci pintu ruangannya menggunakan sebuah remote control. Bian tentu saja bingung dengan tindakan Bara ini, karena Bara tidak lagi menjawab pernyataannya.
Bara perlahan mendekati Bian, Bian diam mematung ditempatnya, dan dalam sekejap Bara segera menyerang Bian. Bian tersentak dengan apa yang dilakukan Bara, Bian mencoba melawan apa yang dilakukan Bara kepadanya, namun tenaga Bara terlalu kuat sehingga membuatnya tidak bisa melepaskan diri dari Bara.
Bara menarik Bian dan melemparkannya keatas sofa, tanpa membiarkan Bian untuk bergerak, Bara segera berada di atas Bian, Bara meremas paha mulus Bian yang menggunakan celana bahan panjang sembari memaksa Bian untuk membuka mulutnya. Bian terus mencoba memberontak, melepaskan dirinya sebisa mungkin, apa yang kemarin dia dengar sekarang justru terjadi kepadanya, namun berbeda dari Tiara yang bisa diselamatkan, saat ini dia tidak tahu siapa yang akan menyelamatkannya.
Tangan Bara terus mencoba menjelajahi tubuh Bian, begitupun bibir Bara yang mencoba mencari kenikmatan didalam mulut Bian. Tangan Bara sampai di gunung kembar milik Bian dan meremasnya, disaat itulah Bian mendapatkan sebuah vas bunga yang terletak di atas meja, Bian memukulkan vas itu kekepala Bara, sebagai bentuk perlindungan diri, Bian tidak lagi memikirkan apakan Bara akan terluka atau tidak, dia hanya ingin menyelamatkan dirinya dari kegilaan Bara ini.
Bara merintih kesakitan, disaat tubuh Bara yang mulai kehilangan kendali, Bian segera mendorong Bara beranjak dari tubuhnya hingga Bara terjatuh. Bian tidak menyadari bahwa airmatanya sedari tadi sudah menangis. Bian segera meninggalkan Bara yang saat ini masih memegang kepalanya, Bara tidak mencoba mengejar Bian, ia masih memegang kepalanya meskipun sebenarnya ia bisa saja mengejar Bian.
Bian mengambil remote control dan membuka pintu, Bian segera berlari keluar. Bian tidak menuju ke meja kerjanya untuk mengambil ponsel dan tasnya, Bian langsung berlari keluar ruangan yang menakutkan baginya. Bian tidak menyangka bahwa Bara bisa berubah menjadi seperti bajingan yang mampu menyakitinya, hal ini semakin membuat Bian yakin, Bara tidak mencintainya, karena menurut Bian, seorang lelaki tidak akan melakukan hal seperti ini dengan paksaan.

Bian dan Jackran sudah berpacaran selama 7 tahun. Sama seperti pasangan lainnya hubungan mereka juga mengalami pasang dan surut yang masih bisa mereka selesaikan. 

Namun kali ini badai besar menerjang hubungan mereka. Mantan kekasih yang sangat dicintai Jackran kembali, ketidakyakinan Jackran terhadap hatinya sendiri menjadi badai yang menerjang hubungan mereka, Hubungan mereka dipenuhi permasalahan yang kompleks. 

Akankah mereka berdua mampu melewatinya ataukah mereka memilih jalan yang berbeda?

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalan semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya.

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalam semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya.


****

Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk menambahkannya ke dalam koleksi dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^

----

Lanjutan side story tentang Ben bisa dibaca di

https://www.webnovel.com/book/off-the-record_22960375506464905

Bara dan Cecil mendengar dengan seksama apa yang dokter Vivi jelaskan di seberang telepon. Sesekali terdengar suara dokter Haris ikut menyahut dan memberi wejangan. Bara memang tidak ada rasa malu sama sekali menanyai apakah boleh bercinta sekarang dengan kondisi Cecil seperti ini?
Awalnya dokter Vivi cukup terkejut. Pasalnya Bara lebih agresif dari suaminya. Dokter Vivi kira hanya suaminya saja pria yang tidak sabaran dalam menikmati tubuh istrinya. Buktinya Bara lebih parah.
["Kalau Bu Cecil merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan segera berhenti dan cepat hubungi saya."]
Bara memutuskan sambungan telepon setelah mengatakan 'ya dan terimakasih'.
"Let's go." bisiknya membuat Cecil terkekeh.
"Di sofa aja." bisik Cecil.
"Yakin?" tanya Bara ragu karena melihat sofa yang mungkin akan membuat istrinya tidak nyaman.
"Iya, Sayang."
Bara bergerak untuk mengunci pintu. Jangan sampai saat mereka tengah ah uh ah uh nanti ada pengganggu. Bisa naik tekanan darah Bara kalau kegiatan favoritnya terganggu.
Bara mencari posisi nyamannya dengan menyandar di sofa. Cecil membuka kancing baju pasien nya dan melempar ke sofa di sebelahnya. 
"Ini aman kan? Nggak denger sama tetangga sebelah?" tanya Cecil mulai was-was.
Bara menarik lembut tangan Cecil agar wanita itu duduk di atas pangkuannya.
"Aman. Kamu bisa mendesah sesuka hatimu. Karena ini VIP, kedap suara." bisik Bara sambil menciumi leher Cecil.
Cecil mendongakkan kepalanya saat bibir basah Bara berlama-lama di lehernya. Mengecup, menghisap, menjilat dan menggigit-gigit kecil di sana. Membuat desahan kecil lolos dari bibir seksi Cecil.
"Mashhh..."
"Hmm..."
Bara terus bermain di lehernya. Bibir Bara kemudian merambat naik ke rahang dan berakhir di bibir Cecil. Mereka saling melumat, mencecap dan membelitkan lidah. 
Gairah Bara semakin menjadi saat Cecil bergerak pelan di atas pangkuannya. Meski masih sama-sama terhalang oleh pakaian mereka di bawah sana, tapi bokong Cecil bisa merasakan betapa keras dan tegangnya junior Bara.
Cecil menarik ujung baju kaos yang Bara kenakan hingga melewati kepala dan melempar baju suaminya bertumpuk pada baju pasien nya di sofa sebelah.
Mungkin pengaruh hormon, Cecil jadi sedikit agresif. Apalagi ini di rumah sakit. Cecil merasa tertantang untuk memancing Bara semakin bergairah.
Dikecupnya leher Bara. Dibisikkannya kata-kata yang selalu membuat Bara merasa menjadi suami paling bahagia di dunia.
"Aku cinta kamu, Mashhh..."
Bara menarik pinggul Cecil agar bergerak pelan maju mundur di atas pangkuannya. 
Kepala Bara perlahan turun menuju payudara Cecil. Mengecup lembut di sana. Kedua tangan Bara berpindah dari pinggul ke kedua payudara Cecil. Meremas dengan gemas dan mencium sekelilingnya. Bara sengaja tidak menyentuh puncaknya membuat Cecil merengek ingin segera merasakan hangat dan basahnya mulut Bara di puncak payudaranya.
"Masss..." rengeknya manja membuat Bara tersenyum.
"Tambah berisi, Yang. Aku suka begini." ujat Bara kala tangannya masih sibuk meremas dan memijit pelan payudara Cecil.
Puncak payudara istrinya sudah menegang. Bara gemas dan meniupnya membuat Cecil mendesah lirih sambil mengapungkan tangannya ke leher Bara dan membusungkan dadanya ke depan mendekati wajah Bara.
Karena tidak tahan lagi, akhirnya Bara melahap payudara Cecil membuat Cecil mendesah nikmat.
"Terusshhh, Massshhh..."
Bara melahap payudara Cecil bergantian kiri dan kanan seperti seorang bayi yang kehausan.
Cecil merasakan intinya di bawah sana semakin basah. Apalagi miliknya yang terus bergerak menggoda Bara di bawah sana.
Satu lengan Bara melingkar di pinggang Cecil. Satu tangan lagi berusaha membuka resleting celananya. Cecil yang paham sedikit memundurkan diri dan membantu Bara agar cepat mengeluarkan benda pusaka kesukaan Cecil.
Cecil menggenggam milik Bara yang sudah menegang dan berdiri tegak. Dimainkannya milik Bara dengan tangannya.
Bara mengerang dan menutup mata kala rasa ngilu bercampur nikmat itu menyerang intinya.
"Udah nggak tahan, Sayang." bisik Bara serak akan gairah yang membuncah.
Cecil tidak langsung berhenti. Tangannya semakin cepat memainkan milik Bara membuat Bara mengigigit bibirnya karena godaan tangan lembut Cecil.
"Oh... Sh..."
Bara terkesiap saat Cecil menghentikan gerakannya. Mata Bara yang semula tertutup otomatis terbuka lebar.
"Kok berhenti?" tanyanya tidak terima.
"Bentar."
Cecil mengangkat sedikit bokongnya dan menyampingkan celana dalamnya. Perlahan tangan Cecil yang satunya mengarahkan milik Bara untuk masuk pada liang basah miliknya.
Keduanya melenguh bersamaan saat kedua alat kelamin itu menyatu.
"Oh, ini..."
Bara tidak bisa berkata-kata kala Cecil mulai bergerak naik-turun di atasnya.
Bara menahan pinggul Cecil agar bergerak teratur. Cecil mendongakkan kepala dan mendesah-desahkan nama Bara.
"Nggak bolehhh cepat inihh?" tanya Cecil dengan tangan yang bergantung di pundak Bara.
"Nggak boleehhh... Ohhh..."
Tadi saat menelpon dokter Vivi, Bara juga tidak lupa menanyakan apakah boleh menghentak terlalu cepat dan kasar? Jawaban yang diterima bukan dari dokter Vivi melainkan dari dokter Haris yang berbicara sambil berdecak dan menghardik Bara karena di saat istrinya tengah sakit begini masih sempat-sempatnya mencari kenikmatan.
Cecil yang merasa tidak terima suaminya dikata-katai begitu tentu saja memprotes. Cecil mengatakan kalau itu keinginannya dan dedek bayi.
Dokter Vivi di seberang telpon memberi saran kalau sebaiknya untuk tidak bermain dengan kasar dulu. Bermain pelan dan lambat agar guncangan dan hentakan yang disebabkan oleh keduanya tidak terlalu mengganggu dedek bayi.
Maka Bara akan dengan senang hati mengingat nasihat dokter Vivi yang satu itu untuk kebaikan istri dan anaknya. Nggak masalah deh Bara yang harus sedikit tersiksa karena harus menahan gerakannya untuk tidak menghentak terlalu kasar dan dalam.
"Masshhh..."
"Ya, Sayanghhh..."
Bara masih menjaga gerakannya untuk tetap terarah. Cecil memeluk leher Bara saat dirasanya pelepasan pertamanya akan sampai.
Bara menahan pinggul Cecil yang hendak bergerak cepat naik-turun. "Pelan-pelan." bisik Bara dan Cecil mengarahkan bibirnya melumat bibir Bara.
"Ahhh..." desahnya saat pelepasan itu menghampirinya.
"Ganti posisi." bisik Bara parau dengan mata yang menggelap karena kabut gairahnya semakin pekat melihat wajah puas istrinya.
Bara menuntun Cecil untuk berbaring miring di atas sofa. Bara mengambil posisi di belakang dan mulai mengarahkan miliknya memasuki milik Cecil. 
Satu lengan Bara Cecil jadikan alas kepalanya. "Emhh..." desah keduanya saat inti di bawah sana kembali menyatu.
Bara mengecup pundak Cecil dan mulai bergerak pelan. Satu tangannya yang bebas meremas payudara padat Cecil. Cecil ikut menjatuhkan telapak tangannya di atas telapak tangan Bara. 
"Ohhh, Mashhhh..."
"Yaahh..."
"Mmmhhhh..."
"Ahhh..." Desah Bara.
"Di luarrhhh, Mashhhh..." ujar Cecil dengan napas terengah. Bara kembali menghentak lagi dan lagi hingga rasanya dia benar-benar akan meledak di dalam Cecil.
"Oohhh..." erang Bara kala mengeluarkan juniornya dari inti Cecil dan menyemprotkan cairannya ke paha istrinya.


[Mature 21+]

***

Kesalahpahaman yang tak berujung membuat Cecilia memilih menyerah pada hubungannya dengan Bara. Apalagi pria itu memiliki sepupu cantik yang sering menempelinya ke mana-mana seperti lintah.

Cecilia mencoba bangkit seorang diri setelah hubungannya kandas, lalu ujian kepergian sang ibu untuk selama-lamanya.

"Cecil, bisa kita mulai semuanya dari awal?" 

Bara datang dengan segala penyesalannya. Ditambah lagi permohonan ibu Bara sebagai sahabat ibunya yang menginginkan Cecilia menjadi menantunya.

Apakah Cecilia bisa menerima Bara kembali dan memulai semuanya dari awal? Atau Cecilia malah bertemu dengan pria baru dan menyerahkan hatinya pada pemilik baru tersebut?

________________________
Start, 13 Oktober 2019
End, 08 September 2020
----------------------------------

Cover cangtip by @tiadesign_ on Instagram.

Bara menggendong Dila menuju kamar. Sesampainya di kamar Bara membaringkan istri di ranjang. Bara menatap istrinya dengan seringai nakal. Membelai wajah istrinya dari kening turun ke mata, ke hidung lalu mengelus bibir Dila. Entah kenapa bibir itu selalu membuatnya tergoda. Bagi Bara bibir Dila sangat bahaya mampu membangkitkan hasrat liar di dalam tubuhnya.

Tangan Bara dengan lihai melepaskan pakaian istrinya. Tangannya meraba kulit lembut sang istri lalu membungkam bibir Dila dengan ciuman panas yang menggelora.

Dila membalas ciuman Bara, mengemut bibir atas dan bawah lalu memasukkan lidahnya dalam mulut Bara. Lidah keduanya bertautan. Saling membelai tak mau dilepaskan. Pertukaran saliva di antara mereka menambah gairah keduanya.

Dila melepaskan pakaian suaminya. Meraba dada bidang suaminya dan membelainya dengan lembut. Dila membalikkan posisi. Bara dibawah dan Dila menindihnya. Lidah Dila memanjakan Bara. Menjilat leher Bara, menyesap aroma tubuh sang suami dan membuat tanda disana. Biasanya Bara yang membuat tanda di lehernya namun kali ini Dila mau balas dendam. Dia hisap leher Bara bak vampir.

"Akhhhhhh.....Kamu bikin tanda sayang?" Tanya Bara dengan suara serak dengan mata berkabut gairah.

"Kapan lagi bikin tanda kepemilikan di tubuh kamu," jawab Dila dengan suara seksi nan erotis. Membangkitkan gairah di bawah sana.

Bara mendamba menginginkan pergumulan segera dilakukan. Ingin segera memasuki tubuh istrinya. 

"Ahhhhhh!" Bara mendesah keras. Kejantanannya semakin tegang dan mendamba. Bara membalikkan posisi Dila. Meminta Dila menungging dan melesakkan miliknya.

Sentakan Bara dalam tubuhnya membuat Dila melayang. Tubuhnya semakin tegang dan tegang ketika sentakan Bara semakin lama semakin kuat. Ledakan demi ledakan memabukkan keduanya. Dila sangat suka posisi ini karena dengan posisi ini dia merasakan hentakan Bara semakin keras dan ia menikmatinya.

Bara memacu tubuhnya lebih cepat seraya tangannya membelai dada Dila. Bara memberikan cubitan pada puting Dila, membuat  Dila semakin larut dalam gairah.

"Uhhhh masih saja sempit seperti perawan," kata Bara meringis menahan hisapan liang surgawi sang istri.

Dila mengerang menikmati hentakan demi hentakan Bara dalam tubuhnya. Ia menutup matanya menikmati sensasi demi sensasi kenikmatan yang di berikan sang suami. Dalam satu titik Dila meremas rambut Bara.

Bara semakin liar menusuknya dari belakang. Dila menggigit bibirnya, rintihan kenikmatan keluar dari bibirnya. Bara semakin dikabuti gairah mendengar rintihan sensual sang istri. 

"Sayang. Aaahhhhhh," bisik Bara menarik puting payudara sang istri.

Dila menjerit kecil, respon atas tarikan Bara di puncak payudaranya. Seluruh tubuh Dila menggelepar. Kenikmatan demi kenikmatan menyerang sel saraf dalam tubuhnya.

Dila menjeritkan nama Bara ketika mendapatkan pelepasan. Tubuhnya melengkung dan gemetar. Setelah beberapa menit berlalu Bara menghentikan gerakannya, memberi jeda untuk Dila menikmati orgasme pertamanya.

Dila menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu sudah orgasme duluan. Bara menatapnya penuh hasrat sehingga membuat wajahnya merah padam.

"Kamu seksi ketika mendesah sayang," ucap Bara dengan suara parau. 
 
"Sekarang giliran aku sayang yang muasin kamu," bisik Dila pelan di telinga Bara. Dila menarik tangan Bara dan menidurkannya di ranjang. Menjilat telinga Bara sebelum membenamkan wajahnya di ceruk leher suaminya

Dila memandang wajah Bara dengan tatapan penuh arti. Ia tersenyum menguasai tubuh Bara dan memimpin permainan.  Tatapan matanya tak jauh dari pusat tubuh sang suami yang telah menegang. Bukti gairah Bara terlihat sangat hebat dengan ukuran yang luar biasa.

Bara tersenyum manis melihat sang istri menatap kejantanannya bahkan membelai dengan lembut.

Dila menggesekkan miliknya pada kejantanan Bara, membuat sang suami mendesah pelan. Dalam satu sentakan Dila memasukkan kejantan Bara ke dalam tubuhnya. Dila menoleh ke kira dan kanan menikmati kejantanan Bara dalam tubuhnya. Ia menggoyangkan tubuhnya dengan kuat hingga membuat ranjang berderit.

"Aku suka posisi ini sayang," desis Dila lembut sambil menggerakkan dirinya dengan teratur. Gerakannya membuat racauan Bara semakin keras. Bara meremas kedua dada istrinya.

Dila menutup matanya meresapi sensasi demi sensasi yang menakjubkan. Tubuhnya melebur dengan tubuh Bara bersama kenikmatan yang perlahan-lahan menyerbunya dengan dashyat dan semakin dashyat. 

Dila terus berpacu, mendesah, meracau menyebut nama Bara.  Gairah Dila kembali terpancing. Ia mulai on lagi. Akhirnya Bara mencapai puncaknya, menyemburkan cairannya dalam rahim sang istri. Dila turun dari tubuh Bara dan tidur di sebelah Bara. Melihat kepuasan di wajah suami. Telah mendapatkan pelepasan. Bara memeluk tubuh sang istri.


Dila dan Bara berpelukan dalam keringat. Mereka dalam posisi itu selama tiga puluh menit.
"Mandi yuk Dil. Habis mandi kita tidur," ajak Bara bangkit dari ranjang. Menuntun sang istri dan mengajaknya ke kamar mandi. Mereka mandi dan saling menyabuni.

Tiba-tiba hasrat Bara bangkit lagi ketika Dila menyabuni dadanya. Bara mencekal tangan Dila. Lalu mengarahkannya pada kejantanannya.

"Masa mau lagi?" Mata Dila melotot.

"Makan kamu enggak ada puas-puasnya sayang," ujar Bara mengecup  bibir Dila sekilas.

Bara meraih tubuh Dila untuk merapat pada tubuhnya, mengecup pipi mulus Dila. Bara memuji kecantikan sang istri yang tetap cantik tanpa polesan make up.

Bara menggendong Dila dan merebahkannya di atas ranjang.

"Sudah siap dengan ronde dua Ibu ketua?" Tanya Bara menjilat telinga Dila.

"Siap enggak siap kamu bakal tetap gempur kan?"

"Dikutuk malaikat kalo nolak permintaan suami." Bara tersenyum nakal

"Berhubung aku enggak mau dikutuk malaikat. Mau enggak mau harus siap melayani," balas Dila membelai dada bidang Bara. Belaian tangan Dila bahkan sampai di bawah perutnya dan Dila segera meremas Jojo.

"Wow tahan, sabar," Pekik Bara tergelak tawa. 
"Udah mulai nakal ya."

"Bukannya kamu senang jika aku nakal? Kenakalan aku kebahagiaan buat kamu?" Balas Dila genit. Menjilat bibirnya sendiri untuk menggoda Bara.

"Nyonya Aldebaran kamu benar-benar nakal." 

Bara mencium bibir Dila, melumat, mencecap, membelai, dan menggodanya dengan panas. Dila hampir kehabisan napas karena ciuman panas Bara. Mengambil napas dengan rakus ketika pertautan bibir mereka lepas.

"Kamu sudah bak candu bagiku sayang." Mata Bara diselimuti kabut gairah.

Bara menggerakkan tubuhnya menghujam tubuh Dila. Awalnya lembut lama kelamaan semakin cepat dan kuat.

"Ah sayang." Desah Dila menikmati. Dila tak berdiam diri memberikan balasan yang sangat disukai Bara.

"Akhhhhh," desis Bara menikmati milik Dila sangat sempit

Bara semakin memacu tubuhnya dengan kuat dan cepat. Desahan dan racauan mereka saling bersahutan. Sentuhan Bara semakin membakar api gairah dalam tubuh Dila. Percintaan mereka yang selalu panas membuat ikatan batin mereka semakin kuat.

"Sayang…..aku....," ucap Dila terengah-engah sambil menatap Bara. 

"Aku juga," balas Bara mempercepat tempo.

"Sama-sama ya sayang." Bara memejamkan mata ketika mendapatkan pelepasan. Dila juga mendapatkan pelepasan.

Keduanya terkapar di ranjang bermandikan keringat.

COMPLETED

Season 2
Kepergian Dila menorehkan luka dalam di hati Bara. Waktu pun bergulir hingga tiga tahun telah terlewati. Bara dan Dila tak sengaja bertemu di suatu negara dalam suasana dan kondisi yang berbeda. Dila heran karena Bara tak mengenalinya lagi, malah terkesan judes dan cuek padanya. Apakah yang terjadi pada Bara hingga tak mengenali Dila sama sekali?

Season 1

Dila (30 tahun ) seorang pegawai bank yang sukses dalam karier tapi belum menikah karena menunggu laki-laki pujaannya yang bersekolah di Mesir. Desakan menikah dari keluarga membuat Dila menerima perjodohan yang di atur kedua orang tuanya.

Bara seorang pengusaha sukses belum juga menikah di usianya yang ke 35 tahun. Orang tuanya memaksanya menikah dengan Dila.

Bagaimanakah pernikahan mereka ketika Dila mengetahui Bara seorang gay. Apakah Dila akan mundur atau berusaha membantu Bara kembali ke kodratnya? 

Apakah pasangan gay Bara akan membiarkannya bahagia dengan pernikahannya? 


HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN.GENRE DEWASA.CERITA KHUSUS 21+. BERISI PERCAKAPAN VULGAR. ANAK DIBAWAH UMUR DILARANG MENDEKAT!

Cover ini milik saya.

IG @vivibarbara1708
WA 081368349768

Yey.. Yey.. Yey.. Aku seneng kisah HoneyBara akhirnya ada covernya😁.. 

Ini semua berkat bantuan kakak @BundaSnow_59 penulis BOLEHKAH AKU MENCINTAIMU. 

Thanks ya kakak😘😘😘

################

"ini sudah dua bulan berlalu dan Kita belum mendapatkan informasi tentang keberadaan Hani. Kamu.. Sebaiknya menceraikan Hani saja. " ucap Harry Wijaya dengan berat hati karena tak tega melihat kondisi Bara saat ini. 

Menantunya itu tak pernah terlihat tersenyum kembali setelah anak kesayangannya meninggalkan pria yang sedang duduk di depannya ini. 

Harry Wijaya memang sudah mengetahui apa yang terjadi di dalam pernikahan putrinya karena sebelum menghilang, sang putri mengirimkan pesan yang lumayan panjang padanya. 

Hani berkali-kali mengatakan dalam pesannya kalau Harry tidak boleh menyalahkan Bara walaupun hanya satu kali karena yang salah di sini adalah putrinya. 

Hani juga mengatakan jika sampai Bara menceraikan wanita itu, Harry Wijaya tidak boleh ikut campur dan harus menghormati keputusan Bara karena Bara berhak untuk bahagia. 

Bara terkesiap mendengar ucapan Harry Wijaya yang seperti sebuah perintah di telinganya. 

"Apa maksud Papa??!" tanya Bara dingin sambil menatap Harry Wijaya tajam. 

Harry Wijaya menghela napas berat lalu menyugar rambutnya gusar karena melihat api kemarahan di mata Bara. 

Sepertinya Bara semakin seram saja setiap harinya. 

Bahkan Ardhito - sang besan - mengatakan jika Menantunya itu menjadi dingin dan tak tersentuh. 

Para pegawai pria itu di kantor pun tidak ada yang berani mendekati Bara jika mereka tidak ada keperluan yang sangat mendesak. 

CEO yang biasanya ramah sudah tak ada lagi di kantor keluarga Danudirja. 

"Kamu pasti ingin memiliki keluarga yang sempurna. Memiliki istri dan anak sendiri yang lahir dari rahim istrimu. Dan kamu tahu kalau anak Papa mungkin tidak bisa memberikannya"

Bara tertawa kesal mendengar ucapan mertuanya itu. 

Rahang Bara terlihat mengeras menahan emosi. 

Bahkan tangan Pria itu sudah terkepal kuat di atas meja yang menghalanginya dengan sang mertua. 

"mengapa semua orang seakan tahu apa yang Bara inginkan?" tanya Bara datar. "Zee Zee, teman-teman Bara, Mami, Honey, bahkan sekarang Papa juga berfikir seperti itu. Berfikir bahwa Bara sangat menginginkan anak! " ucap Bara kembali dengan nada sarkas " Bara akui Bara memang sangat ingin memiliki anak. Tapi anak itu harus lahir dari rahim istri Bara, satu-satunya istri yang Bara miliki saat ini!! Dan Bara.. Tidak. akan. menggantinya. dengan. siapapun!"tegas Bara menekan setiap kata dengan mata memerah yang membuat Harry Wijaya tidak mampu mengeluarkan suara lagi. "Kalau Papa ingin Bara menceraikan Honey, Bara tidak akan bisa. Satu-satunya keadaan yang dapat memisahkan Bara dengan Honey adalah KEMATIAN! " tegas Bara kembali menekan kata 'kematian' yang kali ini membuat Harry Wijaya tersentak. 

"Ka-kamu tidak harus mengatakan hal itu Bara! Papa.. Papa hanya tidak ingin kamu menanti Hani tanpa kepastian yang jelas! Kamu tahu kan, di dalam suratnya Hani ingin kamu bahagia! " ucap Harry Wijaya dengan suara seperti tercekik karena ucapan Bara benar-benar membuatnya terkejut setengah mati. 

"Anak Papa yang bandel itu seharusnya tahu jika kebahagiaan Bara hanya Honey! Kalaupun kami tidak memiliki anak pada akhirnya, setidaknya kami memiliki satu sama lain! Seharusnya Honey mengerti Papa.." lirih Bara dengan suara bergetar dengan tangan semakin terkepal kuat. 

Harry Wijaya tertegun dengan setiap kata yang dikeluarkan menantunya itu. 

Setiap kata yang terdengar bersungguh-sungguh, setiap kata yang terdengar penuh harap. 

Mereka saling terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. 

Sampai akhirnya, Bara bangkit lalu menatap datar sang mertua. 

"kalau tidak ada lagi yang ingin Papa bicarakan, biarkan Bara pergi Pa. Bara harus kembali ke kantor karena ada dokumen yang harus Bara tanda tangani. Bara permisi Pa.." ucap Bara lalu melangkah kearah Harry Wijaya untuk mencium tangan mertuanya itu.

Walaupun Bara saat ini sedang kesal pada sang mertua, tapi kesopanan harus tetap dia jaga. 

Setelah mencium tangan Harry, Bara membalikkan badannya untuk pergi dari hadapan Harry Wijaya. 

Bara melangkah dengan pasti untuk keluar dari ruang kerja sang mertua. 

"Bara!" 

Bara menghentikan langkahnya ketika sang mertua memanggilnya. 

" Ada apa Pa?" tanya Bara setelah membalikkan tubuhnya ke arah Harry Wijaya. 

"Sampai berapa lama kamu sanggup menanti anak Papa? Bagaimana jika Hani tidak akan pernah bisa kita temukan? Apakah kamu akan tetap bertahan?" tanya Harry Wijaya bertubi-tubi. 

Bara menatap Harry Wijaya dengan tatapan yang sulit diartikan. 

" Bara sanggup menanti Honey sampai napas Bara terhenti. Papa saja bisa menanti untuk kembali bersama Mama selama bertahun-tahun, jadi Bara juga yakin pasti bisa menanti untuk kembali bersama Honey. Bahkan Bara yakin Bara bisa menanti Honey lebih lama daripada Papa menanti Mama dari wanita yang Bara cintai itu! "ucap Bara tak tergoyahkan dan terdengar nada sombong di dalamnya yang membuat Harry Wijaya mendengus kesal karena kesombongan sang menantu. 

" Jadi Papa.. Sudah tidak ada lagi yang ingin Papa bicarakan kan? Kalau begitu Bara pergi dulu. " Bara kembali membalikkan badannya namun Lagi-lagi Harry Wijaya memanggilnya membuat Bara kembali membalikkan tubuh kearah Harry Wijaya dengan wajah jengkel setengah mati. 

" Apa lagi Pa? Kalau Papa masih ingin meminta Bara menceraikan Honey maaf saja Bara tidak.." 

"terima kasih" potong Harry Wijaya yang membuat Bara mengernyitkan alisnya bingung. 

"untuk apa?" 

"karena sudah mencintai anak Papa sebegitu besarnya. Terima kasih Bara.." lirih Harry Wijaya. 

Bara terdiam sesaat setelah mendengarkan ucapan mertuanya itu lalu detik selanjutnya menatap dalam Harry Wijaya. 

"Ada imbalannya? " tanya Bara datar. 

"Apa? Apa maksud kamu?" 

"Papa bilang Papa berterima kasih karena Bara mencintai anak Papa begitu dalam. Papa fikir itu cuma-cuma? Tidak ada yang gratis di dunia ini Papa."

"jadi maksudnya kamu tidak tulus mencintai anak Papa??!!" ucap Harry Wijaya meradang. 

Apa-apaan menantunya ini? 

Mencintai Hani perlu imbalan segala!! 

"kalau kamu tidak tulus sama anak Papa lebih baik kamu.." 

"imbalannya.. Papa harus merelakan Tuan Putri Papa hidup bersama Bara selamanya! Papa tidak boleh mengambil istri Bara apapun alasannya! Walaupun Tuan Putri Papa itu memohon bahkan memaksa Papa untuk kembali pada Papa, Papa tidak boleh mengambil istri bandel Bara itu! Bagaimana? Apakah Bara bisa mendapatkan imbalan atas perasaan cinta Bara yang sebegitu besarnya pada anak Papa? " tanya Bara datar namun terkesan dalam. 

Harry Wijaya kembali terpaku atas semua ucapan yang keluar dari bibir sang menantu yang membuat dirinya diam-diam kagum pada pria hampir dua puluh sembilan tahun di depannya ini.

Menantunya ini sedang mengajaknya bernegosiasi ? 

Ya ampun mengapa terdengar lucu!! 

Harry Wijaya menyunggingkan senyumnya lalu mengangguk mantap. 

"kamu bisa mendapatkan imbalan itu!" ucap Harry Wijaya. 

"Papa tidak bisa menelan kembali ucapan Papa!" 

"kamu bisa pegang ucapan Papa ini karena Papa tidak ada niat menelannya kembali. Sekali lagi terima kasih Bara. Kamu akan jadi orang pertama yang Papa kabari jika Papa menemukan anak bandel Papa itu! Papa janji!" 

"Papa tidak perlu berjanji karena itu memang harus Papa lakukan! Papa harus memberi tahu Bara lebih dulu biar Bara bisa memberi hukuman untuk Tuan Putri Papa karena berani-beraninya pergi dari sisi Bara!" ucap Bara ber api-api yang membuat Harry Wijaya menghela napas pasrah dan berdoa di dalam hati agar anaknya tak tersiksa dengan hukuman yang akan di berikan Bara nantinya walaupun Harry Wijaya tahu jika Bara tidak mungkin menghukum anaknya dengan hukuman yang berbahaya. 

Tapi yang pasti hukuman dari Bara akan membuat anaknya jera dan tidak akan pergi lagi dari sisi sang suami. 

Harry Wijaya yakin itu! 

"kalau begitu.. Bara pergi dulu.."

"Bara.." 

Bara Lagi-lagi menghela napas jengkel karena mertuanya ini sangat cerewet sekali dan selalu memanggilnya lagi dan lagi. 

"apa lagi Papa?" tanya Bara lelah dengan tatapan kesal. 

Harry Wijaya hampir saja menyemburkan tawanya melihat wajah merajuk Bara yang seperti anak kecil minta di belikan permen. 

"Papa hanya ingin bilang jangan terlalu keras bekerja. Kamu juga harus memperhatikan kondisimu! Tuan Putri Papa tidak akan suka jika melihat tubuh mu yang semakin terlihat kurus setiap harinya! " 

Bara terdiam sesaat dengan mata sayunya karena memang dia selalu saja lembur di kantor sehingga membuatnya kurang beristirahat. 

"ini hanya salah satu cara Bara agar tidak terlalu memikirkan Honey.. Walaupun sia-sia.. karena pikiran tentang Honey ternyata lebih kuat dari apa yang Bara bayangkan.. " lirih Bara yang kembali mampu membungkam Harry Wijaya. 

**********


"A'.. Udah siang. Bangun A'! A'a mau tidur sampai berapa lama lagi?" 

Bara tersentak dari tidurnya karena mendengar suara itu.. Suara yang dia rindukan Sampai-sampai pria itu langsung mendudukkan diri di atas ranjang yang dia tiduri. 

Pandangannya tertuju kearah pintu balkon kamar yang tirainya sedang dibuka seorang wanita. 

Bara menutup matanya dengan sebelah tangan pria itu karena matahari yang masuk memenuhi kamarnya setelah tirai serta pintu balkon sepenuhnya terbuka. 

Wanita itu membalikkan badan dan tersenyum manis kearah Bara yang membuat aliran darah Bara seketika membeku. 

Wanita-nya.. 

Benarkah ini? 

Tapi kenapa rambut wanitanya berwarna hitam? 

Apakah Bara kembali berkhayal untuk kesekian kalinya? 

"Akhirnya Pangeran tidurnya bangun juga. Padahal kalau sampai A'a gak mau bangun setelah Hani buka tirai, Hani mau cium A'a sampai A'a kehabisan napas dan akhirnya bangun karena terpaksa" ucap wanita itu kembali sambil melangkah mendekat kearah Bara. 

"JANGAN MENDEKAT!!!" teriak Bara lantang sambil menatap Hani tajam yang membuat wanita itu menghentikan langkahnya dengan wajah sendu "tolong jangan mendekat Honey!" desis Bara sambil menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangan pria itu. 

"cukup pergi dari sini! Pergilah!" desis Bara kembali. 

Bara yakin jika dirinya Lagi-lagi mengkhayalkan kehadiran Hani. 

Dan Bara tidak ingin sakit lagi saat nanti pria itu memilih mendekati Hani, bayangan wanita itu pasti menghilang dan Bara pasti hanya akan memeluk angin. 

Lagi.. 

Untuk ke sekian kalinya.. 

Bara menatap tajam wanita yang jaraknya tak jauh di depannya ini. 

Bayangan wanitanya mengapa semakin terlihat cantik namun mengapa matanya berkaca-kaca? 

Mengapa Honey yang didepannya ini terlihat nyata? 

'Stop Bara!! Lo Lagi-lagi berkhayal! Dia gak nyata!! Bahkan informasi tentang keberadaan dia aja lo belum dapat, jadi mana mungkin dia tiba-tiba muncul di depan lo!' jerit Bara di dalam hati. 

"Pergi!" bisik Bara tajam. 

" Jadi A'a mengharapkan Hani pergi? Jadi yang dibilang Papa kalau A'Bara menderita karena kepergian Hani itu bohong? Baiklah.. Hani akan pergi A'.. Hiks.. Hani tahu Hani yang salah disini.. Hiks.. Hani yang meninggalkan A'Bara.. Lalu tiba-tiba Hani datang kembali dengan tidak tahu malu.. Ha-Hani sudah tidak pantas lagi kembali bersama A'Bara.. Hiks.. A'a pasti sangat membenci Hani kan? Maaf... A'.. Maaf.. Kalau A'Bara ingin Hani pergi.. Hani akan lakukan..  " bisik wanita itu panjang lebar dengan terbata-bata karena isakannya. 

Wanita itu menatap Bara yang sedang tertegun dengan tatapan sendu. 

Air mata wanita itu sudah mengalir deras. 

" Selamat tinggal A'.. "bisik wanita itu kembali lalu membalikkan tubuhnya untuk melangkah menjauh menuju pintu kamar mereka untuk pergi dari hadapan Bara. 

Seperti yang pria itu inginkan..

**********

############
Catatan Penulis 👇:

Kira-kira itu Honey beneran apa bukan ya? 😂 

See you episode mendatang 😋.. 

Btw, mau kasih info nih.

Sekarang kalian udah bisa comment per paragraf loh. 

Pasti pada tanya artinya apa ya? 

Jadi gini, kalian tuh bisa comment di kalimat atau paragraf yang menurut kalian berkesan. 

Misalnya nih kalian mau comment percakapan A'Bara atau mau comment situasi yang terjadi, atau comment aku ngetiknya typo. 

Caranya kalian tekan lama paragraf yang mau kalian comment trus nnti muncul gambar kolom comment nah kalian klik aja trus comment deh 😂. 

Eits.. Dengan catatan Webnovelnya harus di Update dlu ya di play store. 

Oke deh sekian info yang dapat aku berikan. 

Aku selalu sayang kalian pokoknya mah😘😘😘

################

WARNING 21++
YANG BELUM CUKUP USIA SANGAT DILARANG MASUK!!!

MENGANDUNG KEBUCINAN YANG HAQIQI. SO, BAGI YANG GAK SUKA, JANGAN COBA-COBA BACA!!

#####


"Sama anak Mamih aja ya, Neng Hani. Ganteng kok! Badannya bagus, banyak kotak-kotaknya di perut!"

Aku hanya bisa tersenyum canggung ketika Mami dari sahabatku ini menawarkan anak tertuanya untuk dijadikan pasangan hidupku. 

Bukannya tidak ingin, tapi sumpah demi apapun aku belum pernah bertemu dengan pria itu! 

Farhani Diandra Wijaya , wanita berusia hampir 22th yang berprofesi sebagai Model, Aktris serta Bintang iklan. 

**********

"A'Bara! kenalin nih sahabat Kina, namanya Hani yang kata Mamih kudu jadi menantunya dia"

Aku memperhatikan wanita cantik dengan wajah blesteran yang berdiri gugup di depanku ini dengan seksama.

Hhmm.. Boleh juga pilihan Mami. 

Tapi tunggu.. Sepertinya aku tidak asing dengan wajah wanita ini. Siapa dia sebenarnya? 

Bara Afridzal Danudirja, Pria berusia hampir 27th yang menghabiskan masa remajanya di Negara Jerman dan harus kembali ke Negeri sendiri untuk meneruskan Perusahaan keluarganya yang sudah berkembang pesat.

menceritakan tentang kisah asmara seorang siswi SMA yang bernama Rara yang menyukai siswa di satu sekolah nya yang bernama Bara.
Bara adalah seorang siswa yang terkenal di sekolah nya karena kepintaran dan ketampanan nya.
namun Bara memiliki sifat dingin kepada semua orang.

Apakah Rara bisa dekat dengan Bara?
Apakah Rara mampu melakukan hati Bara?

hai sayang selamat iya kamu udah di wisuda iya sayang nanti aku jemput kamu iya iya dah love you to senja iya love you to awan.
di kampus
senja nina selamat iya akhirnya kamu lulus iya cie,cie habis ini kamu tunangan dong iya doakan aja semoga lancar iya.
di restoran
senja sambil mengetik sesuatu di laptop nya tiba-tiba ada yang menutupi matanya awan senja tersenyum awan langsung mencium pipi senja.awan pun langsung duduk maaf sayang aku gak bisa jemput kamu iya gak apa-apa kok ? oh iya aku punya kejutan buat kamu apa itu awan pun langsung mengambil tiket di saku jaketnya ini apa senja kaget ini tiket ke Eropa apa awan iya aku tahu inikan tempat impian kamu selama ini awan besok kita berangkat ke Eropa aku udah siapkan semua di sana ? awan makasih iya iya senja memeluk Awan ?
sesampainya di Eropa
di dalam mobil
bos gue cuma jadi nyamuk di sini nya makanya cepet punya pacar dong Niko iya,iya iya
di apartemen
sayang ini kamar kamu kita kan gak boleh satu kamar akan sayang makanya kita gak usah tunangan langsung aja nikah sayang aku juga ingin nya cepat nikah sama kamu akan aku masih pekerjaan di tempat perusahaan mama aku ada di sana masih belajar bagaimana mengolah perusahaan Mama aku sampai aku bisa mandiri mengurusi semua perusahaan mama ? kamu yang sabar iya iya kamu sekarang istirahat nanti malam kita dinner iya selamat istirahat Good night senja good night awan ?

di restoran Eropa
awan memegang tangan senja silahkan duduk sayang makasih.?
kamu sekarang pesan menu yang ada di sini hmm aku mau pesan makanan yang istimewa di sini ok aku pesenin ? What's the best menu in this restaurant? Our best menu here is spaghetti bolognese and cheese steak?  ok i want to order, please wait? 
setelah makanan nya sampai
ini sayang kamu makan iya
wah enak nya makanannya iya ada salah satu chef yang mendatangi semua pelanggan restoran nya ?
mas Gimana rasa senja kaget bara wah makanan di sini enak oh iya saya chef bara awan pun mejambat tangan nya awan ini calon tunangan saya chef senja hai senja bara ? senja jadi salah tingkah duduk iya 
oh chef bara panggil aja bara gak usah chef iya bara kapan kita hangout bareng iya hmm boleh kapan ini ? nanti saya kabari iya iya
selesai makan
di apartemen 
sayang iya besok pagi aku harus ke kantor ada meeting iya iya Kamu di sini bersama Niko iya yaudah kamu istirahat iya good night senja iya.senja pun menutup pintu ya tuhan dia kembali lagi bara aku gak ingin sampai awan tahu tentang masa lalu ku bersama dia ..?
di pagi hari.senja meminum segelas kopi Niko mana awan kan udah berangkat dari pagi tadi senja menelepon awan hallo kok kamu gak bangun aku sih maaf sayang kamu kayak kecapean aku gak tega deh bangunin kamu iy udah sayang aku udah di tunggu sama mama ada meeting kamu hati-hati iya iya sayang bye ? senja pun mematikan telepon 
yaudah gue mau mandi terus mau belanja di supermarket
selesai mandi 
Niko gue mau ke supermarket iya apa gue antar gak usah niko aku bisa sendiri kok iya ? aku tinggal dulu iya
tok,tok iya tunggu Niko pun membuka kan pintu chef bara tersenyum masuk iya kok sepi mana awan oh bos awan lagi meeting pulang sih katanya malam kalau senja lagi belanja keperluan apartemen silahkan duduk chef bara iya bara pun duduk di sofa
Niko bawain belanja yah bara pun bangkit untuk mambantu senja sini aku bawain senja kaget bara hai bara membawa kan semua belanja senja lalu membawa ke dapur ? makasih iya
Niko mana lagi keluar sebentar habis ini pulang
aku mau masak apa biar aku yang masak untuk makan malam nanti iya gak usah bara senja akan ku chef kamu bantu aja motong sayur iya ? di saat senja mau memotong sayur tangan senja gak sengaja melukai tangannya wau senja tangan kamu bara pun memegang tangan senja bara langsung menghisap darah senja kamu tunggu sebentar aku ambil kotak P3 k nya ?
bara pun membersihkan tangan senja kamu tahan iya udah makasih iya senja aku kangen sama kamu maaf bara iya aku erti kenapa kamu tinggal ka aku waktu itu ? senja hanya diam maaf bara aku mau ke toilet
iya
di toilet
kenapa dia kembali lagi di kehidupan aku aku sudah melupakan dia senja pun mengingat kejadian dulu masih SMA dulu flashback
happy birthday bara tersenyum bahagia senja kamu tiup lilin nya iya bara pun meniup lilin nya yeah selagi selamat ulang tahun bara iya bara selamat ulang tahun iya Bella makasih ? bara ini oh itu Bella nanti malam aku mau nembak senja cewek yang aku cintai apa iya doain aja bara tersenyum.
sepulang sekolah 
senja tunggu apa kamu harus tinggal kan bara kenapa gue suka sama bara tapi bara suka nya sama kamu senja kamu mau ngalah kan buat aku gue bahagia sama bara gue sayang sama bara senja berusaha tegar iya Bella gue akan mengalah gue akan tinggalkan bara Demi kamu makasih senja iya semoga kamu bahagia bersama bara iya
aku pergi dulu iya di saat itulah aku pergi keluar negeri demi melupakan bara ?
di malam hari
awan datang sayang awan melepaskan jaketnya eloh ada bara di sini iya.oh iya aku udah masakin buat kamu untuk makan malam iya aku mandi dulu iya iya aku tunggu kamu di ruang makan iya ? di ruang makan
Hanya senja dan bara yang duduk senja kamu bahagia bersama awan aku bahagia bara tersenyum tiba- tiba awan datang.kok diam sih lanjutin lagi omong nya ? wah ini semua siapa yang masak ini senja yang masak ? jawab bara bener sayang iya ? kamu hebat sekali sayang hmm kayaknya enak aku makan iya iya senja pun mengambil sayuran di piring awan pun mencicipinya wah enak sekali baru kali ini aku cicipi sayuran senak ini bara cicipi iya awan selesai makan malam .
omong - omong chef bara akan ganteng juga pintar masak pasti chef bara banyak yang suka bara tersenyum gak gitu juga awan pasti cewek bara bangga punya pacar bisa masak ? awan awan aku aja masih jomblo apa iya karena ada salah satu cewek yang aku cintai dia pergi begitu saja tanpa perjelasan aku dulu? wah pasti cewek itu pasti nyesel tinggalin kamu bara ? tiba-tiba senja tersedak senja kamu kenapa aku gak apa-apa ?
bara melirik jam tangannya wah kayaknya udah malam aku harus pulang aku antar iya kedepan iya ?bara makasih udah mampir di apartemen besok kita jadikan hangout bareng iy gue pamit dulu awan iya ?
awan pun menutup pintu sayang iya kamu kenapa ajak dia lagi emangnya kenapa sayang dia kan teman baru aku ? yaudah kamu istirahat iya
di kamar senja
tiba-tiba hp senja ada pesan masuk hai senja good night bara senja pun mematikan telepon nya
di pagi hari
di perjalanan senja dan Awan bersama bara
ini tempat apa bara ini tempat favorit di Eropa ini indah nya iya 
di pantai
senja dan awan saling berlari-lari kecil di air saling bercanda satu sama lain ? bara melihat senja begitu bahagia bara tersenyum
setelah berjalan mereka berhenti di suatu tempat.
bara iya aku mau beli minuman dulu buat kalian senja kamu tunggu di sini sama bara tapi iya tapi jangan lama-lama.
di sekitar taman
bara dan senja duduk kamu terlihat bahagia bersama awan iya aku bahagia bersama awan apa kamu masih mencintai aku senja maaf bara aku udah melupakan semua masalah lalu ku bersama kamu bara pun mengambil sesuatu ke dalam jaket ini buat kamu ini foto kita anggap aja ini kenangan terindah itu kamu tiba tiba awan datang senja pun lalu menyembunyikan foto ke dalam jaket nya hai ini minuman nya ? makasih kita lanjut lagi jalan-jalan nya iya ?

malam hari
senja masih memikirkan bara ada apa sama hatiku ini tuhan tok, tok iya tunggu senja pun langsung membukan pintu nya ? senja kaget hai bara aku di sini di suruh awan untuk memberikan makanan ini masuk
iya bara pun masuk aku mau ke dapur dulu ? di saat senja ke dapur bara melihat sebuah gitar dan memainkan gitar suara gitar senja pun menghampiri suara itu bara masih ingat tentang lagu itu bara senja kamu masih ingat tentang lagu itu iya senja pun duduk di samping bara pun menyanyi senja tersenyum kamu mau mau main aku gak bisa aku ajarkan bara pun mengajarkan senja main gitar.
mereka saling menatap tatapan itu ? tiba-tiba Niko gak sengaja melihat bara dan senja berduaan senja bara pun langsung mengambil gitar itu lagi ?di dalam hati Niko pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan sama senja apa itu ?

di pagi hari
sayang awan kamu udah pulang iya kamu baru mandi iya aku buatin kopi iya iya tiba-tiba hp senja berbunyi sayang itu siapa gak ini bukan siapa pasti ini salah sambung oh ? awan pun meminum kopi nya maafin aku awan aku harus berbohong sama kamu ? aku harus temui dia untuk menyelesaikan masa lalu ku 
di cafe senja menunggu bara
hai duduk bara aku cuma mau bilang bara kamu jangan pernah hubungi aku lagi kenapa senja aku takut awan marah ? sama aku
senja bara memegang tangan bara aku tahu kamu mencintai awan tapi izinkan aku memeluk kamu untuk terakhir kalinya ? aku njanji aku gak akan  nganggu hubungan kamu ? senja pun menggangguk bara tersenyum lalu bara pun memeluk senja.
Niko syok senja bara Niko pun diam mengambil foto mereka dan mengirimkan foto nya ke awan.
senja udah tega mengkhianati awan.niko pun pergi
di luar kantor.
hp awan berbunyi ada pesan masuk Niko kirim apa awan pun membuka nya awan syok senja bara.awan menutup laptopnya dan pergi ke apartemen nya
sesampainya di apartemen
senja awan memanggil senja gak ada awan pun mencoba mengecek kamar nya senja tiba-tiba awan. melihat secarik foto senja foto apa ini ? awan pun langsung mengambil dan melihat apa bara senja awan melihat saat marah dan lalu memasukkan kedalam jaket dan langsung pergi meninggalkan apartemen.
di sungai
awan menunggu senja pun datang awan tumben kamu ajak aku sini. senja awan menghampiri senja aku kamu jujur sama aku jujur apa siapa itu bara ? senja kaget bara itu kamu gak bisa jawab kan jawab senja apa dia mantan terindah kamu ahhh kamu masih ada hubungan sama bara gak awan aku sekarang erti kenapa kamu gak mau bara karena kamu takut kan kalau aku tahu hubungan kalian berdua.awan aku bisa jelasin semuanya ke kamu aku gak ada hubungan lagi sama dia lalu inia apa awan menunjukan foto ini alay senja ? kmu dapat foto itu dari mana aku bisa jelasin sama kamu awan gak usah senja ? awan pun pergi meninggalkan senja awan senja berteriak tapi Awan gak mendengarkan senja
di apartemen 
awan membereskan barang dan di masukan ke dalam koper nya awan kamu mau kemana aku mau pindah ke apartemen lain aku butuh waktu untuk menyendiri senja maaf jangan pergi awan maaf aku harus pergi senja awan menepis tangan senja awan pun pergi meninggalkan senja.
awan senja menangis.awan menoleh kearah belakang  melihat senja maafkan aku senja aku butuh menyendiri ?
di apartemen baru awan
awan duduk di sofa panjang sambil mengacak rambut nya ahhh awan meneteskan air mata nya ? 
di apartemen senja
senja menangis bara apain kamu ke sini senja aku tahu pasti awan akan tahu semua nya aku akan ceritakan semua ke awan kalau kita agak ada hubungan antara kita.makasih awan iya bara memegang tangan senja maaf Bara ? iya

di kantor 
tok,tok,tok ada masuk ada seorang perempuan yang mendatangi awan kamu siapa kenalin aku Bella teman senja waktu SMA aku awan duduk makasih ada apa perlu apa aku denger senja sama bara ada di di sini bara kamu kenal bara iya aku kenal bara Bella pun memberikan sebuah buku ini apa kamu akan tahu semua tentang mereka berdua.aku permisi dulu
Bella pun langsung pergi
di ruang 
awan pun penasaran isi tentang buku itu.
lalu awan pun membacanya
dear senja 
sejak SMP aku memendam rasa sayang sama bara sampai kita duduk di bangku SMA.
waktu aku tahu bara mempunyai perasaan ku hati ku senang tapi di suatu sisi aku belum pernah bara mengukupan langsung perasaan nya.aku denger -denger bara akan nembak aku aku senang sekali ini hari - hari yang aku tunggu ? aku akan mencintai bara selama nya
apa awan menutup bukunya  bara adalah masa lalu senja ahhh sial awan membanting bukunya dan langsung pergi meninggalkan kantor nya ?
di dalam mobil
senja kamu udah menyembunyikan masa lalu sama aku sesampainya di apartemen senja.
awan pun masuk ke dalam apartemen senja panggil awan gak ada orang mana senja ?
pasti dia ada di restoran itu awan pun langsung pergi meninggalkan apartemen nya
di restoran
bara aku mau kamu jelaskan semuanya ke awan aku gak mau awan marah iya senja ? sesampainya di restoran oh ini yang kalian buat ke belakang aku awan senja bangkit awan ku bisa jelasin semuanya awan ini salah paham bara cukup aku tahu semua kamu tentang cowok ini ? aku benci Senja lepas kan tangan kamu mulai sekarang kamu bebas tanpa aku ? awan tunggu
bara aku akan kejar awan bara pun mengejar awan awan tunggu awan pun masuk ke dalam mobil bara gagal menahan Awan ? Gimana bara aku gagal senja tapi aku janji aku akan jelasin semuanya ke awan iya iya

selama 2 hari awan meninggalkan senja tiba-tiba hp senja berbunyi hallo maaf bara aku gak bisa senja untuk terakhir kalinya aku ingin ketemu kamu aku akan jelaskan semuanya ke awan
senja pun mematikan telepon
di restoran 
bara menunggu senja ada apa bara duduk senja aku gak mau aku takut awan marah ? maaf bara Senja tunggu bara mengejar senja berlari- lari aku capek 
tiba-tiba ada motor yang melaju cepat ke arah bara ahh bara pun terpental semua orang kaget dan menolong bara pun di larikan ke rumah sakit.

di apartemen awan
tok,tok awan pun membuka pintu iya awan Senja awan mau menutup pintu tapi di Tahan oleh senja dari mana kamu tau apartemen baru ku oh aku tau pasti Niko kasih tau kamu awan please  aku mau jelas kan semuanya maaf senja lebih baik kamu pergi awan pun menutup pintu awan please
maafin aku Senja kebohongan kamu yang membuat aku gak percaya kamu lagi ?
di luar apartemen 
hanya bara yang bisa jelasin semuanya ke awan aku akan cari bara
restoran bara 
senja menghampiri salah satu pegawai di restoran.dan bertanya
There is Chef Bara jawab senja.
Sorry Chef Bara doesn't exist for 2 days he doesn't come a restaurant apa thanks you 
bara kamu kemana
terakhir aku meninggalkan bara di cafe itu aku harus mengecek di cafe itu. ?

sesampainya di cafe
senja melihat topi bara yang jatuh di jalan ini kan punya bara ada apa sama bara aku harus tiba-tiba ada salah satu mahasiswa yang melihat kejadian kecelakaan itu di hp ada apa itu sangat ramai
senja pun langsung menghampiri mahasiswa itu ? dan langsung bertanya kepada mahasiswa itu what's this there is a crash may I see can even see his shock bara not this is not possible ? senja berteriak ini gak mungkin bara 
now the victim is where he is in a Australian hospital thank you
sesampainya di rumah sakit
Sister There is a patient named Bara where she was treated now she was in the ER
senja pun masuk ke ruangan bara.bara terlihat pucat bara bangun hanya kamu yang bisa jelasin semuanya ke awan bara bangun, bangun hanya suara denyut jantung berbunyi.bara senja menangis aku mohon sama kamu bara
di luar ruangan bara
senja awan hanya diam Bella senja aku udah jelas kan semuanya ke awan senja awan senja maafkan aku aku udah salah paham sama kamu iya awan Bella makasih iya bagaimana keadaan bara sekarang bara koma apa tiba- tiba-tiba dokter berlari-lari ini kenapa dokter bara drop apa senja sabar aku mau minta izin ke kamu untuk menemui bara iya awan tersenyum makasih iya
di ruangan bara
bara Senja memagang tangan bara aku mau bilang makasih udah jelasin semuanya ke awan senja menetes air mata nya . tiba- tiba-tiba mata bara terpejam bara senja aku panggil dokter gak usah senja aku senja apakah kamu pernah mencintai aku ? senja memagang tangan bara bara aku pernah mencintai kamu bara tersenyum senja makasih kamu pernah mencintai aku iya aku sekarang udah lega dan aku bisa pergi dengan tenang bara kamu gak boleh pergi tiba-tiba bara pun tak sadarkan diri nya bara bangun , bangun dokter senja pun ke luar awan senja kamu yang tenang iya dokter gimana keadaan bara bara udah pergi apa gak awan memeluk senja ? kamu yang sabar jenazah bara pun di bawah di ruang jenazah ?
di pemakaman bara
awan sambil memagang payung ke senja sayang kamu yang sabar bara awan ? iya senja memeluk awan pasti bara udah bahagia di atas sana ? iya senja ini surat dari bara dia nitipin ke gue sebelum dia meninggal ?
senja pun mengambil surat itu.
di dalam mobil
awan tersenyum kamu baca sekarang iya senja pun membaca surat bara
senja kamu adalah cinta pertama aku selama ini aku gak pernah melupakan aku tapi kamu pergi tanpa alasan yang jelas aku sudah mencari - cari kamu ke semua tempat di saat aku memutuskan kuliah ke luar negeri untuk bisa melupakan semua kenangan kita senja 11 tahun kemudian aku udah menjadi chef hebat hmm kamu tau kan itu cita-cita aku untuk menjadi chef hebat seperti kamu inginkan? tiba-tiba aku dipertemukan kamu lagi dengan secara berbeda hmm memang tuhan udah mengabulkan doa aku supaya aku di pertemukan kamu lagi senja.aku bahagia jika kamu bahagia senja aku doakan kamu bahagia bersama orang yang kamu cintai yaitu awan 
       to bara.
senja menangis meneteskan air mata awan pun menghapus air matanya dan memeluk awan bara udah bahagia di sana sekarang waktunya aku untuk bahagia kan kamu senja tersenyum ?

2 bulan
hari pertunangan senja awan akan di selenggarakan di pantai Bali ?
semua keluarga pun datang untuk memeriahkan acara itu
dengan pemandangan yang indah awan dengan memakai jas pink dan putih  duduk bersama mama nya ? 
Niko mama Ali aku deg- degkan kamu tenang inikan tunangan bukan nikah yang tenang iya ? senja pun datang awan bangkit melihat kecantikan bidadari nya senja duduk bos iya iya ? Senja tersenyum mami papi aku deg-degan kan bisik senja kamu yang tenang sayang senja dan keluarga pun duduk berhadapan dengan keluarga Awan.awan tersenyum awan pun berdiri langsung berbicara kepada keluarga senja.
saya gak tahu hari ini calon istri saya cantik sekali semua tertawa termasuk senja.aku tahu saya mengenal Senja itu cepat sekali tapi tak butuh lama saya memberanikan untuk menikahi putri kesayangannya mami dan papi mama awan minta Restu untuk meminang calon istri awan semua keluarga meneteskan air mata awan pun langsung menghampiri senja sayang mau kan kamu mau jadi pendamping aku banyak kejadian yang udah kita lewati bersama  kita akhirnya bisa melewati semua nya awan pun berlutut senja Anandita Do you want to marry me yes aku menerima lamaran awan samudra Mahendra awan pun tersenyum dan langsung memasangkan cincin ke jari manis senja senja pun memasangkan cincin ke jari awan ? semua tepuk tangan
awan mencium kening senja 
dengan bahagia ? akhirnya senja dan awan pun berhasil melewati semua nya bagaimana kelanjutan ceritanya tunggu ? cerita selanjutnya

"Halo."

[...]

"Ini gue, Andre. Loe di mana?"

[...]

"Gue punya tugas baru buat loe."

[...]

"Tar gue jelasin. Loe tunggu aja di situ. Gue on the way ke tempat loe."

[...]

Setelah menutup telfonnya, Andre langsung menancap gas menuju ke tempat pertemuan.

🌸🌸🌸

Pernahkah kalian merasa penasaran terhadap sesuatu sampai mengganggu pikiran? Itulah yang dirasakan Bara saat ini. Perasaan gelisah mendera hatinya. Bayangan wajah Nazifa selalu muncul dan berhasil membuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak. Bara yakin ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dan Nazifa. Tapi ia tidak bisa mengingatnya.

"Aaarrggh!" Bara mengacak-ngacak rambutnya karena frustasi tak bisa mengingat apa-apa.

Ia berjalan keluar kamar dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri.

"Pagi, Sayang," sapa mama yang sudah duduk di meja makan.

"Pagi, Ma," jawab Bara malas dengan wajah ditekuk.

Ia menghempaskan kasar pantatnya ke kursi. Mamanya menaikkan satu alis, memandang Bara dengan heran.

"Kamu kenapa? Pagi-pagi kok udah cemberut begitu?"

"Nggak apa-apa," jawabnya asal.

"Jangan bohong sama mama. Mata kamu udah kayak panda gitu, mana mungkin nggak ada apa-apa."

Bara menghela nafas panjang seraya menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Ada apa, Bara? Kamu nggak bisa tidur kenapa? Cerita dong sama mama kalau ada masalah. Sekarang cuma kamu yang mama punya. Mama nggak mau terjadi apa-apa lagi," ujar mama seraya terus memandang ke arah Bara.

Bara terlihat menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Ma, Bara ...." Bara ragu untuk melanjutkan ceritanya.

"Kenapa? Ayo cerita aja, jangan ragu-ragu." Mama melipat kedua tangannya di meja.

Bara menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai bercerita.

"Ehm ...." Bara melirik sekilas mamanya yang sedang serius mendengarkan.

"Nazifa, Ma. Nazifa yang bikin aku nggak bisa tidur kayak gini. Wajahnya itu muncul mulu di pikiran Bara. Bikin Bara jadi kesel sendiri aja. Bara nggak ingat sama dia, tapi kenapa malah kebayang-bayang terus coba? Ganggu banget," oceh Bara.

"Nggak mungkin kan, dulu Bara punya perasaan ke dia? Dia kan istrinya Bang Afnan."

Mamanya mengulum senyum mendengar cerita Bara. Ia beranjak dari kursi lalu berjalan ke arah kamar.

"Ma!" panggil Bara.

"Mama kok malah pergi, sih? Tadi disuruh cerita, sekarang malah ninggalin." Bara mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.

Mama tak mendengarkan sama sekali ocehan Bara. Ia terus berjalan ke arah kamarnya, lalu kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Nih." Mama menyodorkan ponsel ke depan Bara.

Bara mengernyitkan dahi, mendongakkan wajah menatap mamanya.

"Apa ini?"

"Udah, terima dulu," anjur mama.

Bara pun akhirnya mengambil ponsel itu dari tangan mama. Mama kembali duduk si kursinya. Ia mulai menyendokkan nasi dan lauk ke piring miliknya dan Bara. Bara menatap bingung ke arah mamanya.

"Ini hape siapa, Ma?" tanya Bara penasaran.

"Hape lamamu," jawab mama santai seraya mulai menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Hape lamaku?"

"Iya. Hape lamamu sebelum kalian mengalami kecelakaan. Polisi yang ngasih itu ke mama pas di rumah sakit. Layarnya memang retak. Tapi udah mama coba, ternyata masih berfungsi," jelas mama.

Bara termenung.

"Kamu penasaran tentang Zee, kan? Bukalah hape lamamu itu. Jawabannya ada di sana. Setelah itu, baru mama ceritakan semua yang mama tau tentang kamu sama Zee," tutur mama.

Bara terdiam sejenak memandang ponsel yang ada di tangannya. Perlahan ia mulai menggeser layar kunci di ponsel itu.

Deg!
Jantungnya serasa berhenti berdetak untuk beberapa detik. Foto Nazifa tengah memakai gaun pengantin terpampang jelas menjadi walpaper di ponsel Bara yang lama.

"Ini ..." gumam Bara tak melanjutkan ucapannya.

Bagaimana bisa foto Nazifa aku jadikan walpaper di ponselku? Apa itu berarti, selama ini aku telah menghianati kakakku sendiri? pikir Bara.

Mama melihat ekspresi kebingungan di wajah Bara.

"Bukalah galeri di ponsel itu," saran mama.

Bara menatap sekilas ke arah mamanya lalu menggeser layar ponselnya ke arah galeri.

Matanya langsung membulat sempurna saat mendapati begitu banyak foto candid Nazifa. Nazifa yang tengah tertidur di sofa, memasak di dapur, juga foto Nazifa yang sedang tertawa. Bahkan foto lama Nazifa dengan seragam kerjanya pun, masih tersimpan di galeri itu.

"Bagaimana bisa?" gumam Bara tidak percaya dengan yang dilihatnya.

Mama menghentikan makannya kemudian meneguk segelas air putih yang ada di depannya.

"Kamu mencintai Zee, Bara," celetuk mama.

Bara terkesiap mendengar ucapan mama. Jantungnya berdetak cepat.

"Iya, Bara. Kamu mencintai, Zee. Bahkan jauh sebelum kakakmu menikah dengannya," ungkap mama.

"Aku ... aku mencintainya?" tanya Bara tak percaya.

Mama mengangguk lalu mulai menceritakan semuanya. Mama menceritakan semua yang terjadi di antara Bara, Afnan dan gadis yang sama-sama mereka cintai, Nazifa. Bara mendengarkan cerita dalam diam. Pikirannya melayang ke mana-mana.

Inikah sebabnya ... kenapa hatiku selalu bergetar meskipun aku tak mengingatnya? batin Bara.

"Bara." Panggilan mama berhasil membuyarkan lamunannya.

"Mama sangat yakin, sampai detik ini pun perasaanmu terhadap Zee tidak pernah berubah. Mama bisa melihat itu dari sorot matamu, Nak. Hanya saja, kamu berusaha menyembunyikannya untuk menjaga perasaan kakakmu. Mama bangga sama kamu. Kamu anak mama yang hebat dan tegar," tutur mama.

"Tapi semuanya percuma, Ma. Sekarang aku tak bisa mengingatnya sama sekali. Pasti Nazifa kecewa banget sama aku," ucap Bara lirih.

"Jangan khawatir, Bara. Bukankah dokter bilang kalau ini sifatnya hanya sementara?"

Bara mengangguk pelan.

"Makanlah. Jangan terlalu dipikirkan. Biarkanlah waktu yang membantumu mengingat lagi semuanya. Mama nggak mau terjadi apa-apa sama kamu," ucap mama khawatir.

Bara masih terdiam, mencoba mencerna semua kata-kata yang diucapkan mamanya.

"Bara," panggil mama lagi.

Bara menoleh dan menatap mamanya dengan wajah sendu. Sungguh ia ingin sekali cepat-cepat bisa mengingat semuanya.

"Ayo cepet dimakan," perintah mama.

Bara mengangguk dan mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Oh iya. Semalem Andre ke sini, lho. Dia nitip salam buat kamu."

"Andre ke sini? Kok nggak nemuin aku?" tanya Bara bingung.

Mama mengedikkan bahu.

"Andre keliatan buru-buru pergi semalem. Katanya ada urusan."

"Ck. Ngapain juga dia ke sini kalau emang ada urusan," ketus Bara.

"Oh ya, semalem dia juga nanyain keadaannya Zee. Agak kaget juga Andre, pas mama bilang Zee udah pulang ke Tasik," ungkap mama.

"Nanyain Nazifa?" Bara mengerutkan kening.

"He-ehm."

Bara tercenung. Pikirannya teringat akan kata-kata Andre yang diucapkannya saat di rumah sakit.

Sesuatu yang diinginkan? Apa jangan-jangan maksudnya ...

Bara langsung beranjak dari kursi menuju ke kamar. Ia bahkan tak mengindahkan mamanya yang memangil. Tak lama Bara kembali keluar kamar dengan membawa kunci motor dan jaket di tangannya. Ia pun sudah berganti dari celana pendek selutut dengan jeans panjang yang sobek di bagian lutut.

"Kamu mau ke mana, Bara?" tanya mama bingung.

"Bara ada urusan penting sebentar, Ma," ucap Bara seraya mencium tangan mama.

"Sarapan kamu aja belum habis, Bara."

"Nanti Bara lanjutin. Nggak lama kok. Assalamu'alaikum," ujar Bara sembari berjalan cepat keluar.

"Wa'alaikumsalam." Mama menatap heran Bara yang pergi dengan tergesa-gesa.

Bara memacu sepeda motornya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Andre. Ia yakin kalau temannya itu masih ada di rumah. Perasaan cemas menjalar di hatinya. Ia berdoa dalam hati, semoga saja dugaannya itu salah. Ia tau betul bagaimana karakter Andre. Ia tak akan melepaskan siapapun yang diincarnya, sampai ia benar-benar mendapatkan apa yang dia mau.

Satpam langsung membukakan pintu gerbang saat tau Bara yang datang. Mereka memang tak asing lagi dengan Bara. Karena semuanya tahu kalau Andre dan Bara berteman baik. Setidaknya sampai detik ini.

Rumah Andre tidak kalah besar dengan rumah Bara. Hanya berbeda dari segi gaya. Rumah Bara bergaya Eropa, sedangkan rumah Andre bergaya minimalis tapi tetap tak meninggalkan kesan elegant dan mewah.

"Assalamu'alaikum," ucap Bara seraya mengetuk pintu.

Seorang wanita paruh baya dengan cepat membukakan pintu.

"Andrenya ada, Bi?" tanya Bara.

"Ada, Den. Masih di kamarnya," jawab Bi Narti.

Bara mengangguk dan tersenyum lalu berjalan ke arah kamar Andre. Andre sedang duduk menyilangkan kaki di sofa saat Bara muncul di pintu kamarnya. Penampilannya sudah rapi dengan setelan kemeja. Secangkir kopi tengah ia nikmati dengan santai. Ia sedikit terkejut saat melihat Bara muncul tiba-tiba di depan pintu kamarnya yang terbuka.

"Tumben loe, pagi-pagi udah dateng ke sini," ujar Andre dengan santai tanpa mengubah posisi.

"Ada yang perlu gue omongin sama loe." Bara melangkah masuk mendekati Andre.

"Soal apa?" tanya Andre seraya berdiri lalu berjalan ke arah balkon kamarnya.

Bara mengikuti langkahnya di belakang. Andre berdiri menatap lurus ke depan, dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.

"Apa loe suka sama Nazifa?" tanya Bara tiba-tiba.

Andre menoleh menatap Bara.

"Kenapa loe bisa nanya kayak gitu?"

"Soal omongan loe waktu itu di rumah sakit. Apa yang loe maksud itu Nazifa? Loe ngincer dia jadi target loe, kan? Itulah kenapa loe seneng pas kakak gue meninggal. Bener, kan?" tanya Bara dengan nada dibuat sedatar mungkin.

Andre terkekeh lalu melipat kedua tangannya di dada. Tubuhnya berbalik menghadap ke arah Bara.

"Iya. Loe bener. Terus?"

"Ndre ... gue tau loe orang macam apa. Dan gue juga nggak pernah ikut campur urusan loe. Tapi untuk kali ini, gue nggak bisa. Gue nggak bisa diem aja. Gue mohon loe cari cewek lain buat jadi maenan loe," bujuk Bara.

"Sok tau loe! Yang bilang gue mau jadiin dia maenan gue siapa?" tanya Andre dengan raut wajah menantang.

Bara diam tak menjawab.

"Lagian, apa hubungannya sama loe? Hah!" tanya Andre sinis.

Jleb!
Ada yang terasa menusuk jantungnya saat Andre mengatakan itu. Memang benar, dia tak ada hubungannya sama sekali dengan Nazifa. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia yakin ada sesuatu. Meskipun saat ini ia tidak mengingatnya sama sekali. Namun getaran-getaran itu tetap terasa.

"Dia itu cuma mantan kakak ipar loe," sindir Andre setengah berbisik di telinga Bara.

Bara mengepalkan tangan kanannya kuat-kuat. Ia berusaha untuk mengontrol emosinya yang siap meledak.

"Sejak kapan loe suka sama Nazifa?" tanya Bara dingin.

Andre kembali berbalik menatap lurus ke depan.

"Sejak kapan? Ehmm ...." Andre terlihat sedang berpikir.

"Sejak gue nolongin dia di kolam renang kayaknya. Gue ngerasa ada getaran aneh dalam hati gue. Emang sih, waktu itu gue belum yakin kalau gue suka sama dia. Apalagi dulu gue cuma niat bantuin loe buat dapetin dia, nggak lebih," tutur Andre.

"Maksud loe?" Bara memicingkan matanya.

"Iya. Gue berusaha bantuin loe buat rebut dia dari Bang Afnan. Bahkan gue kerja sama dengan Christine buat ngancurin rumah tangganya," ungkap Andre.

Sontak emosi Bara tak tertahankan hingga berusaha memukul wajah Andre. Tapi Andre dengan sigap langsung menahan kepalan tangan Bara dan menatapnya sinis. Ia mengibaskan kepalan tangan Bara dengan kuat dari hadapannya.

"Gila loe, ya! Gue nggak pernah minta buat loe ngelakuin itu!" bentak Bara sambil menunjuk wajah Andre.

Andre tersenyum sinis seraya menurunkan telunjuk Bara dari hadapan mukanya.

"Harusnya loe itu berterima kasih sama gue. Karena kita sahabatan, makanya tanpa loe minta pun pasti tetep gue bantuin," jawab Andre santai.

"Brengsek loe! Bisa-bisanya loe punya niat bikin rusak rumah tangga kakak gue!"

Andre tertawa ringan.

"Lah ... kan emang itu tujuan gue," ujarnya santai.

"Tapi itu dulu. Sekarang nggak! Sejak gue nggak sengaja liat rambut dia pas lagi berantem sama si Christine, saat itulah gue yakin kalau gue suka sama dia. Loe bayangin aja, gue sampe nggak bisa tidur! Gila! Wajahnya muncul terus di pikiran gue! Itu cuma gara-gara rambut, lho! Gimana kalau yang lain coba?" ujar Andre dengan menggebu-gebu.

"Brengsek!" Bara mencengkeram kerah kemeja Andre.

"Jangan pernah loe berani bayangin yang nggak-nggak tentang Nazifa!" geram Bara.

"Loe bukan cinta! Loe cuma terobsesi sama dia!" bentak Bara.

Andre melepas kasar cengkeraman Bara.

"Gue nggak peduli sama ocehan loe, ya!" Andre mendorong tubuh Bara dengan kasar hingga membuatnya terhuyung ke belakang.

"Yang jelas gue mau dia jadi milik gue!" tegas Andre.

"Gue nggak peduli walau loe sahabat gue. Untuk kali ini, gue nggak bisa nyerah gitu aja. Gue bakal lakuin apapun buat dapetin dia!" ucap Andre dengan penuh penekanan.

Bugh!

Sebuah pukulan mendarat di wajah Andre. Andre langsung tersungkur saat tiba-tiba mendapatkan pukulan keras di wajahnya. Bara tak dapat lagi menahan emosinya. Andre bangun dan langsung menyentuh sudut bibirnya yang berdarah. Ia tertawa keras sebelum akhirnya membalas memukul Bara di wajahnya.

Baku hantam tak terelakkan lagi. Beruntung para satpam datang dengan cepat dan melerainya. Bi Narti mengetahui apa yang terjadi saat hendak mengantarkan minuman. Maka dari itu ia segera meminta bantuan para satpam di rumah Andre.

"Loe denger baik-baik! Loe itu bukan siapa-siapanya! Bahkan loe nggak ingat Nazifa sama sekali! Jadi nggak usah ikut campur!" Teriak Andre.

Bara hendak kembali menerjang ke arah Andre, tapi tertahan oleh satpam yang memegangi kedua tangannya.

"Sudah, Den! Sudah!" Bi Narti mencoba menenangkan keduanya.

Beruntung kedua Orangtua Andre sedang keluar kota. Kalau mereka melihat keduanya berkelahi, kemungkinan akan mempengaruhi kerjasama perusahaan mereka.

"Lepas!" Bara mengibaskan tangannya kuat-kuat.

Ia berlalu pergi dari rumah Andre. Emosi masih terlihat jelas di wajahnya. Membanting pintu rumah Andre dengan kuat karena emosi.

"Aarrgh!" Bara menendang ban motor kuat-kuat.

Bara benar-benar emosi. Emosi terhadap Andre, juga terhadap dirinya sendiri. Ia marah karena apa yang dikatakan Andre memang benar. Dia bukan siapa-siapa Nazifa, bahkan mengingatnya pun tidak.

Apa yang harus ia lakukan?

Bara menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Mencoba mengendalikan emosinya sebelum memacu sepeda motornya meninggalkan rumah Andre.

"Den Andre nggak apa-apa, kan?" tanya Bi Narti khawatir.

"Nggak apa-apa," ketus Andre seraya mengusap darah di sudut bibirnya dengan ibu jari.

Bi Narti dan para satpam akhirnya keluar meninggalkan Andre yang masih terlihat kesal.

"Kita liat aja nanti, Bara. Loe atau gue, yang bakal dapetin dia," gumam Andre.

★★★

Dua sejoli baru saja merasakan indahnya cinta yang saling berbalas. Tapi bagaimana jika takdir berkata lain?

Two man living in different world.
One existence rejoice by people, the other one cursed by people.

Joshua, person who been living inside dark oblivion who casted away from his own past, living as normal as he could. However, despite his effort, something inside his heart keep lurking and bring him nightmare every night.

Albern, the man who his entire existence is important for every person he encountered. Always had to act and do everything as been told, not for his sake but for other.

A selfish young man crossed path with selfless man. 
what fate actually have for them?
is it happiness or tragedy?

Catherine Green, haunted by a sudden tragedy on her beloved Ireland, falls into the clutches of vengeance as she is swept away with a handsome stranger on an unexpected journey to rid the world of the evil madman who wants to kill her. Entwining her fate with peril, she’ll do whatever it takes.

Are you ready for a Faerie civil war?

To connect Catherine and Bowen to their ancestors and the sacred place where they marry, a key item must be chosen for the ritual. The oathing stone.
But soon, strange and sudden events unfold. Blood mingles with fire, and Catherine’s magic becomes unstable.

The mysterious Faerie Kings send a Fae spy to witness Catherine’s magic which disrupts all and her best friend Bella when she becomes his sudden obsession. Just after Bella goes missing, it is only the beginning of problems as Catherine finds they’re embroiled in the middle of a Faerie civil war.

The Rituals Trilogy is created by J.Z.N. McCauley, an eGlobal Creative Publishing Signed Author.

bara Novel

Mengukir Namaku di Hatimu

Bara

Sweetest Love

Jodoh Tak Pernah Salah

Chain Of The Past

Bara &Rara

tiba-tiba cinta datang

Kutitipkan Dia Yang Berharga Padamu

Encounter: Stained Regalia

The Rituals Trilogy

People search bara also like: