webnovel

YOU AND ME? THEN HIM?

Kehidupan lelaki bernama Rivarrel Avandy Ryszard yang tenang seketika saja berubah drastis saat beberapa orang dari masa lalunya mengungkap kehidupan lama. Ingatannya tentang masa lalu membuat ia kembali menjadi sosoknya saat itu. Saat dimana ia begitu dekat dengan orang-orang tersebut. Sesosok orang yang ia kenal menjadi musuhnya saat itu. Sayangnya, Rivarrel sama sekali tidak mengetahui siapa dia. Dan berbagai masalah pun mulai terjadi. Kejadian-kejadian tak terduga mulai menghantui kehidupan Rivarrel yang tenang. Orang-orang dari masa lalu mencoba untuk menyelamatkannya dari beberapa kejadian tersebut. Apa yang akan dilakukan mereka? Lalu bagaimana Rivarrel menjalani hidupnya yang semakin terancam? Dan siapa sosok yang dikenal Rivarrel itu? Silahkan dibaca.

ookamisanti_ · 都市
レビュー数が足りません
135 Chs

Chapter 6

"Ck, yaudah. Balik ke kelas." Mereka berdua pun kembali ke gedung SMP dan menuju kelas. Sesampainya dikelas mereka dikejutkan dengan pengumuman dari ketua kelas yang mengatakan bahwa hari ini para guru tengah rapat. Kelas pun dibebaskan atau belajar sendiri.

"Main game dulu." kata Alvin sambil mengeluarkan handphonenya dari saku dan bermain game. Varrel yang melihat itu hanya mendengus kesal.

"Oh iya Vin. Gue mau cerita nih" kata Varrel tiba-tiba. Alvin menoleh.

"Boleh-boleh, silahkan" Varrel pun menceritakan apa yang kemarin sore terjadi padanya. Ia juga menjelaskan apa yang ia lihat di gudang. Ya ,sebuah pintu rahasia dibawah tanah itu ia ungkapkan pula ke Alvin. Terlihat wajah Alvin yang sedikit terkejut dan tak percaya, ia menghentikan bermain gamenya dan mendengarkan cerita Varrel. Varrel juga menceritakan kepada Alvin bahwa ia bisa membuka password dari pintu besi yang ia lihat kemarin. Tatapan dan cerita Varrel tidak main-main dan membuat Alvin merasa bahwa lelaki culun itu sedang tidak bercanda.

"Loe serius, Rel? Gak lagi bercanda kan?" tanyanya untuk memastikan Varrel. Lelaki culun itu menggeleng.

"Gue sama sekali gak lagi bercanda. Kalau loe gak percaya kita bisa kesana sekarang juga." ajaknya. Alvin menggeleng pelan.

"Hm, gini, Rel. Bukannya gue gak percaya. Tapi gue cuma mau mastiin. Loe semalem tidur jam berapa dan kenapa loe bisa sampai mimpi gitu?" tanya Alvin. Varrel menyipitkan matanya mendengar pertanyaan lelaki sipit itu.

"Loe gak percaya?" tanya Varrel. Alvin tertawa kecil.

"Gue bilang bukannya gue gak percaya. Gue cuma..." Alvin menghentikan perkataannya saat Varrel menunjukkan sebuah foto dari handphonenya kepada Alvin. Ya, bukti yang ia ambil dari apa yang kemarin ia lihat diruang bawah tanah itu.

"Di kota kita gak ada yang kayak ginian. Iya kan?" tanya Varrel. Ia kembali memasukkan handphonenya kedalam saku. Alvin meneguk ludah, ia cukup tak percaya dengan bukti yang ditunjukkan lelaki culun itu.

"Gimana kalau kita lihat langsung ke gudang?" usul Alvin.

"Jangan dulu deh. Lebih baik kita tanya aja sama anak-anak SMA yang mungkin tau. Soalnya gue penasaran banget kenapa ada ruang bawah tanah disekolah ini."

"Mau nanya apa? Lagian belum tentu mereka bakalan tau apa yang nanti kita jelasin. Gue yakin mereka pasti ngetawain loe." kata Alvin menolak.

"Kita kan gak tau apa yang akan terjadi kalau kita belum coba. Dan pastinya kita harus tau mereka yang tadinya pernah sekolah di SD atau SMP disini. Mereka lebih lama dari kita." jelas Varrel.

"Yaudah yuk kita tanya sama... tapi sama siapa?"

"Egghh... aha gue tau.. ikut gue." Varrel menarik lengan Alvin. Alvin yang bingung dengan ucapan Varrel hanya mengikuti apa kata pria didepannya ini. Mereka kini berjalan menuju ke gedung SMA. Ia pun mencari seseorang yang mungkin ia kenal.

"Ah itu. Kak Ken..." panggil Varrel saat ia bertemu dengan seorang lelaki yang keluar dari kelas. Lelaki yang bernama Ken itu menoleh kepada Varrel dan memasang wajah terkejut. Ken sepertinya ingat dengan lelaki yang memanggilnya itu.

"Ah loe yang waktu itu. Ada apa?"

"Em, kakak dulu sekolah di SD, atau SMP MI gak?" tanya Varrel. Ken menganggukkan kepalanya.

"Ya, gue dari SD, sampai sekarang masih sekolah disini. Kenapa?" tanyanya. Varrel melirik Alvin.

"Dia orang yang pas. Jadi gini kak, kemarin Varrel dikejar.. em maksudnya kemarin Varrel gak sengaja masuk ke dalam gudang dibelakang gedung SD. Terus gak sengaja juga lihat pintu yang letaknya ada dilantai, didalam lemari besar dan Varrel ngebuka pintu itu. Didalam sana ada..."

"Gak usah dilanjutin. Gue tau kok." jawab Ken memotong ucapan lelaki culun itu.

"Jadi, maksudnya kakak tau kalau disana ada ruang bawah tanah?" tanya Alvin. Ken menatap lelaki sipit itu.

"Ah, kenalin gue Alvin, teman sekelasnya Varrel." lanjut Alvin memperkenalkan dirinya. Ken menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Sejak kapan kakak tau disana ada ruang bawah tanah dan kakak tau apa yang ada didalam ruangan itu?" tanya Varrel. Ken menyunggingkan senyumnya.

"Walaupun gue tau gue gak akan kasih tau ke sembarang orang apa yang ada didalam sana. Karena itu milik beberapa orang dan gue gak akan kasih tau siapapun" jawab Ken.

"Dan lagipula loe gak akan bisa masuk dan melihat apa yang ada didalam ruangan itu. Disana dikunci oleh password yang hanya gue dan temen-temen gue yang tau kode passwordnya."

"Tunggu, berarti kak Ken tau passwordnya dong?" tanya Alvin. Ken mengangguk sambil tersenyum.

"Varrel tau kok kak. Dan Varrel juga tau apa yang ada didalam ruangan itu." Perkataan anak SMP itu mampu membuat Ken terkejut bukan main. Ken menatap Varrel tanpa berkedip. Tak lama lelaki culun itu mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan sebuah foto. Ken melototkan matanya tak percaya. Varrel memang benar, ia sudah tau apa yang ada didalam ruang bawah tanah itu.

"L-loe? kok bisa tau?" tanya Ken penasaran dan bingung mengapa anak SMP itu mengetahuinya.

"Varrel juga gak tau kak. Waktu Varrel buka passwordnya, eh bisa kebuka gitu aja." jawab Varrel seadanya.

"Passwordnya apa? Gue cuma mau mastiin kalau passwordnya sama atau beda." tanya Ken. Varrel mendekatkan wajahnya ke telinga anak SMA itu lalu membisikkan kode password ruang bawah tanah yang ia ceritakan itu. Lagi-lagi Ken dibuat terkejut olehnya. Ia terlihat panik.

"Ah, gini, Rel. Gue saranin loe jangan kasih tau hal ini ke siapapun. Gue mohon sebesar-besarnya sama loe buat merahasiakannya." pinta Ken. Varrel yang tak mengerti apa-apa hanya mengangguk menuruti ucapan lelaki itu.

"Tapi gue udah tau, kak." kata Alvin. Ken menoleh.

"Cuma dia, cuma dia yang tau isi ruang bawah tanah itu dan Varrel gak akan kasih tau dia kode passwordnya." cela Varrel sebelum Ken mengatakan sesuatu kepada Alvin. Ia takut jika lelaki putih itu memarahi sahabatnya ini. Ken mengangguk pelan.

"Oke, gak apa-apa tapi tolong sekali lagi jangan kasih tau hal ini sama orang lain." pinta Ken. Varrel mengangguk begitupun Alvin.

"Yaudah kak. Varrel sama Alvin kekelas. Makasih kak buat waktunya" Varrel segera menarik Alvin untuk pergi dari sana. Setelah kepergian Varrel, Ken segera masuk ke dalam kelasnya dengan cepat. Ia hanya ingin memberitahukan hal ini kepada teman-temannya yang tau tentang ruang bawah tanah itu.

****

Kimi menghela nafas beratnya. Ia saat ini benar-benar merasa bosan. Kebetulan hari ini pun seluruh guru di gedung SMA rapat dan membuat semua kelas belajar sendiri. Termasuk kelas Kimi, ia terlihat begitu malas dengan keadaan kelas yang cukup gaduh. Kebisingan kelasnya itu membuat Kimi merasa kesal. Ingin rasanya ia meneriaki seisi kelas untuk diam, sayangnya Kimi sangat malas melakukan hal konyol itu. Ia lebih memilih diam dan menahan kekesalannya. Sedangkan Vernatha, ia sepertinya asik dengan dunia selfienya. Gadis itu tak peduli orang-orang disekeliling, tak peduli jika Kimi tengah menatapnya tajam dan tak peduli kegaduhan dikelas. Selfie adalah nomor satu baginya.

"Jijik gue!" gumam Kimi saat ia melihat bagaimana sahabatnya itu berpose didepan kamera handphone.

"Berisik! Iri aja gak bisa selfiean kayak gue." balas Vernatha tajam tanpa menoleh. Ternyata gadis itu mendengar gumaman Kimi dan membuat Kimi berdesis.

"Guys! Come here!" panggil Ken yang tiba-tiba datang. Ia mengambil kursi miliknya lalu duduk didepan Kimi dan Vernatha. Diikuti oleh Mike dan Gabriel.

"Loe semua inget gak? kita dulu waktu SD sering nongkrong sama adik kelas kita yang nakalnya gak ketulungan?" tanya Ken mulai membahas hal yang serius. Mendengar apa yang dikatakan lelaki itu membuat keempat temannya mengerti bahwa ia sedang tidak main-main. Pasti ada suatu hal yang ingin lelaki berkulit putih itu sampaikan kepada mereka.

"Maksud loe Avan?" tanya Mike. Ken menganggukkan kepalanya.

Bersambung ...