Pesta kami masih terus berlanjut,padahal hari semakin malam tapi sepertinya tak satupun dari kami yang ingin pulang.Setelah acara makan tadi teman-teman yang lain memutuskan untuk karaoke bersama.Sedangkan aku masih diam di duduk di panggung sekolah yang biasa digunakan saat upacara.Aku menatap langit dengan serius,menikmati jutaan bintang yang menghiasi kegelapan malam.Aku memutuskan pergi diam-diam,menjauh dari temanku.Kini aku sampai di depan ruang musik,perlahan aku mengeluarkan kunci perak.Aku memasukkan kunci itu,memutarnya dan voila!, Pintu ruang musik mulai terbuka.Aku masuk perlahan,aku tertarik dengan sebuah gitar yang ada di sudut ruangan.
Perlahan aku mulai mengambilnya dan mulai memainkannya.Alunan nada dari petikan gitar muali memenuhi ruangan.Aku mulai menyanyikan setiap lirik dari lagu yang menyentuh bagiku.
Tuhan mana keluarga bahagiaku? Perlahan air mata mulai mengalir dari pipiku
Tuhan aku tak sanggup lagi.
Lirik lagu itu seakan menyengatku.Aku begitu menghayatinya.
Tuhan biarkan aku istirahat,biar kan aku tidur tuhan.Tapi kumohon jangan bangunkan aku lagi. Batinku terus memohon.Sambil bertanya-tanya,alunan nada indah dari gitar masih saja menemaniku.Batinku masih saja teus bertanya.
"Tya?" Panggilan al langsung membuatku sadar dari ingatan buruk tentang keluargaku.Dengan cepat aku langsung mengusap air mataku.
"Kamu nangis?" perlahan al mendekatiku
"Hehehe aku cengeng ya?" aku tersenyum lebar pada al,tapi sepertinya dia tak menggubris nya sama sekali.
"Kamu kenapa nangis?" tanya al.Aku menggeleng kecil sambil terus mengusap air mataku yang tak kunjung berhenti mengalir
"Kamu kenapa nangis ty?" tanyanya lagi masih dengan nada yang lembut.
Dan aku masih menggeleng pelan,ingatan tentang keluargaku yang tidak bisa disebut keluarga karna kehancurannya.Dan rumah yang lebih pantas disebut neraka,karena dari sanalah semua air mataku berasal.Selama ini aku berusha berbaur,berusha menjadi gadis remaja yang normal,bertahun-tahun kusimpan semua pedihku dibalik tawa.Aku terkadang konyol,itu karna aku tak ingin ada orang yang menangis.Aku suka berbaur,itu karna aku ingin punya banyak teman.Aku suka berkelahi,itu karna aku ingin membela yang lemah.Aku itu bandel,itu juga karna aku ingin merasakan kebebasan.Semua yang kualakukan hanya itu meraih satu tujuan.
.KEBAHAGIAAN.
Perlahan al mendekat dan memelukku erat.Tangis ku langsung tumpah di pelukannya.
Beberapa saat kemudian,tangisku mulai reda.
Emosiku mulai stabil dan kini al menanyakan satu hal yang sama.
"Kamu kenapa nangis?" sentuhan lembut dari tangan al perlahan kurasakan ketika ia menyentuh pipiku pelan.
"Maaf al,aku gamau bikin kamu jadi beban" aku tertunduk lesu.Menatap kakiku,saat ini aku benar-benar terlihat payah.
"Kalo kamu punya masalah,aku bakal pinjemin bahu aku buat sandaran kamu" ucapnya tulus.
Aku hanya bisa tersenyum lebar
"makasih ya al"
"Kamu gak ikut yang lain.Katanya mereka mau main kembang api tau" tanya al.Aku hanya mengangguk kecil,perlahan kami melangkahkan kaki,keluar dari ruang musik.
Ternyata benar kata al.Yang lain sedang main kembang api,bahakan putra memegang yang besar dan mengarahkannya ke langit,membuat langit malam terlihat indah.Aku bahagia sekali,lalu aku mulai mengambil salah satu kembang api kecil dan menyalakannya.
Teman-teman ku juga senang.semuanya menikmati permainan mereka,kecuali satu orang.Niko.Dia lebih memilih duduk di panggung sambil sibuk memainkan ponselnya.
"Al" panggilku pada al yang berada di samping ku.Lalu ia menoleh wajahnya seakan-akan bertanya 'ada apa?'
"Aku janji,kalo nanti aku pergi maka orang-orang yang aku sayang ga ada yang boleh nangis" aku tersenyum sambil mengatakannya begitu juga al.Seakan al hanya menganggapmya gurauan saja.Tanpa kami ketaui bahwa beberapa jam lagi sesuatu yang besar akan terjadi.
***
"Al makasih ya udah mau anterin aku" ucapku dan hanya dibalas senyum kecil dari al.
Saat ini kami berdua sedang berada dalam perjalanan pulang menuju rumah ku.Sejak di sekolah tadi al bersikeras untuk mengantarku,mungkin dia khawatir.
"Udah sampe sini aja"
"Loh rumah kamu dimana?" aku hanya menunjuk sebuah rumah di sebrang jalan.
"Yaudah aku pulang dulu ya"
"Iya,jangan nangis lagi ya" ucap al sambil terkekeh.Aku hanya menunduk dalam lalu berlari ke sabrang jalan meninggalkan al sendirian.
****
Perlahan kubuka pintu rumahku,aku tak ingin ibuku bangun.Sayangnya saat aku masuk ke rumah hal pertama yang aku lihat adalah papah.Menatapku dengan tatapan marah.Dan disampingnya ada mamah yang menatapku iba,matanya merah sembab sepertinya beliau habis bertengkar lagi dengan iblis tua menyebalkan ini.
"Dari mana" tanyanya
"bukan urusan papah" aku berjalan melewati papah
"Berani kamu ngomong gitu?" Ucapnya penuh penekanan.Akupun menoleh sambil menatapnya dengan tatapan penuh benci.
"iya berani emang kenapa?" Ucapku tak kalah penuh penekanan sekaan menantangnya.Justru itu membuat emosinya semakin tersulut.
"Gaada sopannya banget kamu ya"
"Inget ya,sopan santun aku itu cuma buat mereka yang mau menghargain aku.Dan itu ga berlaku buat papah"
"ANJING! berani lu ngelawan gua?! Dasar anak gatau diri" papah semakin marah,tangannya mencengkram daguku dengan kuat
"udah pah...kasian tya" mamah histeris ia berusaha melepaskan cengkraman papah.
"DIAM! GAUSAH IKUT CAMPUR" papah mendorong mamah hingga beliau jatuh dan menabrak vas bunga di dismpingnya hingga jatuh ke lantai,tangisnya terlalu sedih menerima kenyataan ini.
"HEI! bisa ga sih gausah kasar"
"MAKANYA GA USAH IKUT CAMPUR!" bukan nya minta maaf iblis tua ini justru menyalahkan ibuku.membuatku muak.
"Gausah ikut campur? PAPAH MIKIR DONG! KALO MAU MARAH SILAHKAN TAPI GAUSAH PAKE KEKERASAN DONG" aku berusaha membantu mamah agar bisa bangkit.
"Makanya gausah bikin gua marah,jadi kayak neraka kan ini rumah" aku diam mendengar perkataan papah.Dengan (sok) berani aku menatap matanya.
"Dengar ya! Aku udah muak banget sama papah.Masalah papah apa sih? Marah-marah ga jelas.Kalo Misalnya papah ada masalah sama orang kantor,ya jangan marah-marah sama orang rumah!. Papah itu sadar gak sih,papah itu bikin kita truama,bikin kita depresi.Dan inget ya! Rumah ini memang kayak neraka ketika papah udah marah.Dan dineraka ini.Anda adalah iblisnya" ucapku penuh penekanan terutama pada kata terakhir.
papah termakan emosi.Ia kemudian menarik rambutku dan langsung menaparku,menyisakan noda kebiruan pada pipiku.
"I hate you" ucapan ku bergetar.Lalu aku berlari keluar rumah sambil terus memengang pipiku.
***
Al Pov:
Setelah aku mengantar tya aku tak langsung pulang.Aku justru menunggunya hingga ia benar-benar hilang dari pandanganku.namun ketika ia sudah memasuki pintu rumahnya dan saat aku hendak pulang aku mendengar suara bentakan dari dalam rumah.Sepertinya ada perkelahian di rumahnya.Aku memutuskan menunggunya.Dan benar saja tak lama tya keluar sambil memegang pipinya.Tak lama mataku tertuju pada sebuah mobil truk dengan kecepatan tinggi yang berada di sebrang tya.
Mata ku segera membelalak.Apalagi saat kulihat tya tak menyadari truk itu.
"TYA AWASSSS!!!!" aku berusaha teriak sekuat tenaga.
"AAAAAAKKKKHHHHH!!!" kecelakaan itu tak dapat dihindari,hanya terjadi sepersekian detik didepan mataku.Benar-benar kulihat badannya yang terlindas truk yang beratnya berpuluh-puluh kg itu.Tak lama kakiku serasa mati rasa hingga aku tak mampu berdiri.Kerumunan orang datang dengan panik,bahkan ada yang pingsan.
Dan aku tau Itu malam terakhirku bersamanya.