webnovel

Makasih ya om

“Om, buruan!”

“Oh iya.” Rama sedikit terhenyak begitu mengetahui tempat makan yang di pilih oleh anak-anak itu, ah maksudnya tempat makan yang di pilih oleh Kara. Bocah perempuan itu dengan semangat meminta bocah laki-laki yang bersamanya itu berputar arah dan kembali ke area pertokoan tempat mereka pertama kali bertemu. Langkah kaki Rama spontan melambat begitu mengetahui kalau restoran yang Kara pilih adalah restoran yang sering ia kunjungi bersama Jenna dulu.

“Maaf dek, di sini enggak boleh ngamen.”Seorang pelan langsung mencegat anak-anak tersebut.

“Kara enggak mau ngamen kok, Kara mau makan.”

“Duh, udah sana aja ya. Gembel enggak boleh masuk.” Rama langsung bergegas, mempercepat langkah saat tubuh anak-anak tersebut di dorong kasar. Tangannya dengan sigap meraih Kara yang nyaris jatuh.

“Astaga tuan… saya-“

“Anak-anak ini bersama saya, berani banget kamu kasar sama mereka.”tatapan Tajam Rama membuat si pelayan menunduk takut. Sedangkan Kara yang sekarang berada di dalam gendongan Rama membulatkan mata dengan takjub.

“Ma..maaf tuan, saya enggak tau.”

“Minta maaf.”

“Ya?”

“Minta maaf ke anak-anak ini.” si pelayan menatap anak-anak gembel di hadapannya dengan enggan, tapi karena mengenali siapa laki-laki yang sedang menatapnya dengan marah, pelayan tersebut membungkuk sembari menggumamkan kata maaf.

“Wah, om beruang hebat!” Rama bisa melihat dengan jelas binar ke kaguman di mata si anak perempuan begitu mereka sampai di meja mereka.

“Bukan masalah.” Jawab laki-laki itu jumawa, Rama memberikan menu yang di ulurkan oleh pelayan kepada anak-anak tersebut.

“Sekarang, Kara boleh pilih mau makan apa aja.”

“Abang juga?”

“Iya, abang juga.” Rama memperhatikan Kara yang dengan sangat sok tau membolak-balik buku menu, anak itu belum bisa membaca. Rama yakin sekali, karena sejak tadi Kara hanya membolak-balik buku menu dengan cepat tanpa memperhatikan tulisan di dalamnya. Setelah tidak ada lagi gambar yang bisa ia lihat, anak itu menutup buku menu di hadapannya dan beralih menyenderi si anak laki-laki sembari bertanya.

“Abang pesen apa?”

“Ini aja.” si anak perempuan menyimak nama menu yang di sebut si anak laki-laki dengan susah payah kemudian mengangguk dengan penuh rasa percaya diri.

“Kara mau itu juga.”

“Oke, dua chicken cullet bak chor mee ya. minumnya mau apa?”

“Minumnya apa bang?” tanya anak perempuan itu lagi.

“Eng ini aja.” tunjuk anak laki-laki pada salah satu gambar di buku menu.

“Kara juga mau itu aja.”

“Oke, jadi dua sour plum juga ya.”

“Om beruang enggak pesen juga?”

“Om pesen kopi aja.” si anak perempuan kembali menganggukan kepala dengan sok tau. Rama memperhatikan si anak perempuan dengan lebih seksama, bocah itu begitu berani dan cukup Tangguh untuk anak seusinya.

“Jadi kalian ini bukan adik kakak?” tanya Rama setelah pelayan selesai mengantarkan makanan yang mereka pesan.

“Bukan, orang tua saya udah meninggal waktu saya umur lima.”

“Ibuk jaga abang.” Rama menganggukan kepala, laki-laki itu memperhatikan Kara yang makan dengan lahap meski sedikit ke susahan menggenggam alat makannya.

“Suka?” si anak perempuan mengangguk.

“Kalau lagi lewat daerah sini, ibuk suka ngeliatin tempat ini lama banget. Ternyata memang enak rasanya.” Kara diam sebentar karena si bocah laki-laki yang di panggil abang mengulurkan tisu untuk membersihkan pipi anak itu.

“Kara mau bungkus, boleh ya om?”

“Oh, boleh.. boleh, kalian bungkus aja sebanyak yang kalian mau.”

“Yeay, makasih om. Ibuk pasti seneng banget, soalnya udah lama banget ibuk mau makan di sini tapi enggak juga kesampean karena enggak punya uang.”Rama terkejut karena tiba-tiba saja si anak perempuan berdiri dan memeluknya erat.

“Makasih ya om.” Ulangnya sekali lagi.

“Iya.. sama-sama.” Mungkin karena kerinduannya kepada anaknya yang sampai detik ini belum ia ketahui keadaannya, Rama sampai menitikan air mata ketika membalas pelukan Kara.