webnovel

Kara sayang ibuk

“Ibuk!”Jenna langsung berdecak begitu melihat putrinya dengan susah payah berlari ke arahnya. Di belakangnya Samudra mengikuti sembari meringis kecil.

“Kalian ini dari mana aja?!”

“Maaf buk, tadi kita ketemu kenalan terus di ajak makan.” Jawab anak laki-laki yang selama dua tahun ini di asuhnya.

“Iya buk, liat nih.”Jenna menatap pelastik dengan logo restoran yang tidak akan pernah di lupakannya.

“Ya ampun! Ini kan tempat mahal, kalian kok bisa kesana.”Jenna langsung panik, perempuan itu langsung berjongkok memperhatikan putrinya lekat.

“Jawab ibuk, orang itu minta apa sama kalian?”

“Ish ibu ini ngomong apaan sih.”Jenna tau anak perempuannya pasti tidak mengerti, karena itu kali ini ia menatap Samudra untuk meminta penjelasan.

“Enggak ada buk, omnya malah ngasih kerjaan. Kara sama Sam di minta nganterin majalah sama nyemir di rumahnya dua hari sekali.” Jenna semakin curiga.

“Orang kaya mana yang sepatunya mau kamu semir?”

“Orang kaya, om beruang buk!”Samudra meringis, Kara memang terlalu kecil untuk curiga dengan orang asing.

“Ibuk enggak usah khawatir, nanti Sam aja yang kesana. Kara di tinggal.”

“Eh, enggak mau! Kara mau ikut.. mau ikut.”Jenna mengabaikan rengekan anaknya dan tetap fokus menatap Samudra.

“Enggak, pokoknya anak-anak ibuk enggak ada yang boleh kesana.”

“Kenapa? om beruang uangnya banyak loh buk, kemaren nyewa majalah Kara aja di bayar pake uang merah. Terus tadi pas bayar makanan pake kartu gitu, keren.” Jenna semakin panik.

“Pokoknya enggak boleh, kalau kalian ketemu orang itu lagi langsung lari. Paham?”Samudra mengangguk patuh sedangkan Kara mengerucutkan bibir hendak memberontak.

“Paham Kara?”

“Iya…” Jawab si bocah perempuan itu akhirnya.

“Sekarang kalian bersih-bersih dulu, abis itu ibuk tunggu di meja makan.”

Jenna menghela napas, memperhatikan logo restoran bakmi kesukaannya. Tidak sembarang orang bisa masuk kedalam restoran tersebut, orang-orang dari kalangan atas itu tidak akan begitu saja bersikap ramah kepada anak-anaknya yang bekerja serabutan di jalanan.

“Maafin Sam ya buk, harusnya sam nolak ajakan omnya untuk makan.” Jenna menatap Sam yang jauh kelihatan lebih segar setelah mandi.

“Sini.” Anak laki-laki itu mendekat, Jenna membantu Sam mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Sam.. ibuk itu khawatirnya bukan sama Kara aja, tapi kamu juga.” Samudra diam.

“Udah ya, enggak usah kerja lagi. Sekolah aja yang bener..”

“Tapi kan sekolahnya butuh biaya, ibuk juga harus nabung untuk sekolah Kara nanti kan.” Sam berbalik, menatap perempuan yang sudah menyelamatkan hidupnya dengan senyum terkulum.

“Sam enggak apa-apa buk, pulang sekolah nyemir sepatu sampe sore. Uangnya lumayan untuk bantu-bantu beli buku atau seragam.” Mata Jenna berkaca-kaca.

“Kalau nanti Kara udah mulai masuk sekolah juga, Sam bisa bantu ibuk beli buku-buku sekolah Kara.”

“Duh.. kamu ini.”Jenna menghapus air mata yang menetes di pipinya.

“Maaf ya, ibuk malah bikin idup kamu susah.”

“Enggak… ibuk justru udah nyelametin idupnya Sam..” Jenna memeluk tubuh kurus anak lagi-laki itu dengan lembut.

Suasanna haru itu tidak berlangsung lama karena Kara yang juga baru selesai mandi langsung menyela dengan heboh, anak perempuan itu meloncat-loncat sembari berteriak untuk menarik perhatian ibunya.

“Kara juga, Kara juga mau ikut sayang-sayang!” Jenna langsung terkekeh, perempuan itu bergegas mengangkat tubuh kurus anaknya untuk di peluk dengan sayang.

“Kara sayang ibuk.” Begitu saja, lelahnya seharian menjadi buruh cuci di rumah salah satu pemilik kontrakan di dedat tempat tinggalnya langsung hilang.