webnovel

Enggak akan pernah bisa menyakiti

“Kamu harus makan Jenna.” Perempuan itu memilih untuk tetap bergeming, Jenna terus memandang ke luar jendela dan mengabaikan bu Asih yang sudah tiga kali memasuki kamarnya untuk mengantar makanan

“Jenna, Rama bisa marah nanti. Tolong, kamu makan ya?” bu Asih kembali membujuk, perempuan yang di urusnya itu sudah sejak kemarin melakukan aksi mogok makan. Majikannya sudah memberikan peringatan kepada semua orang untuk membujuk Jenna agar mau memakan makanannya, bagaimanapun caranya.

“Jenna..”

“Dia masih belum mau makan?” Bu Asih menunduk ketika Rama begitu saja memasuki kamar Jenna, laki-laki itu melirik berbagai makanan di dekat ranjang Jenna dengan dingin.

“Dia sama sekali enggak mau makan makanannya dari tadi pagi?”

“I.. iya tuan.”

Rama membuka kancing lengan kemejanya dengan santai, laki-laki itu menganggukan kepala berkali-kali sebelum kemudian berteriak meminta penjaga di depan kamar membawakan alat pecut untuknya.

“Berlutut.” Perintah Rama kepada Asih.

“Ya?”

“Berlutut Asih, saya minta kamu berlutut.” Meski kebingungan, Asih tetap menurut.

‘ctar’

“Argh!”

Teriakan bu Asih menarik perhatian Jenna, perempuan itu langsung menjerit dan bergegas menahan tangan Rama yang sudah bersiap kembali melayangkan pecutan ke tubuh perempuan paruh baya tersebut.

“Ram! Apa-apan sih.” Jerit Jenna siap menangis.

“Jangan ikut campur Jenna, aku harus mendisiplinkan salah satu pekerjaku.”

‘ctar’

“Am.. ampun tuan..” jerit bu Asih pilu.

“Bu Asih salah apa?!”

“Dia gagal bujuk kamu untuk makan, itu kesalahan besar.” Jawab Rama dengan santai. Tangannya sudah bersiap kembali melayangkan pecutkan ketika akhirnya Jenna berlutut di bawah kakinya.

“Aku akan makan, aku akan makan!” ucap Jenna dengan cepat.

“Tolong, jangan cambuk bu Asih lagi. Aku akan makan, aku akan makan sekarang.” ucap Jenna dengan bibir bergetar.

Rama melempar alat pecutnya dengan asal kemudian menarik tubuh Jenna agar berdiri menghadapnya, sekuat tenaga Rama mengeraskan hati melihat raut ketakutan di wajah Jenna yang pucat.

“Kamu tau aku enggak akan pernah bisa nyakitin kamu, jadi para pekerja di rumah ini yang akan menanggung hukuman yang seharusnya di berikan untuk kamu. Paham?” Jenna mengangguk.

“Mulai sekarang pikirkan lagi baik-baik kalau kamu mau memberontak.” Desis Rama sebelum meninggalkan kamar Jenna, laki-laki itu berteriak agar koki mengantarkan makanan hangat dan baru ke kamar Jenna.

Tidak lama kemudian, pelayan datang. Salah satu dari mereka membantu bu Asih agar mendapat perawatan sedangkan yang lain menyiapkan makanan untuk Jenna.

“Huek.. huek.. huek..” Jenna langsung memuntahkan makanannya di kamar mandi begitu pelayan yang mengurusnya menutup pintu kamar, perutnya sama sekali tidak bisa mencerna makanan yang baru saja ia telan.

“Hiks.. hiks.. aku mau pulang.. aku mau pulang..” tangis Jenna di dalam kamar mandi dengan pilu.