webnovel

Tugas kamu, puasin aku

Rama memasuki kamar Jenna bertepatan ketika perempuan itu sedang berusaha menghabiskan jus jeruknya, laki-laki itu melirik nampan makanan Jenna kemudian mengangguk puas karena sama sekali tidak menemukan sisa makanan di sana.

“Kamu masih pucat.”gumam Rama tidak suka.

“Apa ada yang salah sama kandungan gizi makannya?”

“Enggak, sama sekali enggak ada masalah Ram.” Sela Jenna dengan cepat.

“Mungkin.. mungkin karena aku enggak kena sinar matahari jadi keliatan pucat.” Rama menganggukan kepala, alasan perempuan itu terdengar masuk akal di telinganya.

“Tapi kamu belum boleh keluar.”

“Kenapa? seenggaknya aku mau nyoba jalan-jalan di taman.” bujuk Jenna.

Rama menggelengkan kepala sebagai jawaban, laki-laki itu kemudian menunduk mengecup bibir Jenna yang kering sebagai tanda pamit.

“Aku ke kantor dulu, baik-baik kamu di sini.”

Jenna berusaha mengulas senyum meski perutnya sudah bergejolak hebat, perempuan itu menghitung satu sampai tiga di dalam hati dan begitu pintu tertutup Jenna langsung berlari kekamar mandi dan sekali lagi memuntahkan isi perutnya di sana.

Jenna berusaha kelihatan baik-baik saja ketika keluar dari kamar mandi dan menemukan bu Asih sedang membersihkan ranjangnya. Perempuan itu mendekat memeluk bu Asih yang langsung menghentikan apapun yang sedang di kerjakannya.

“Maaf..”

“Bukan salah kamu Jenna, tapi tuan Rama memang menjadi sedikit pemarah sejak kamu tiba-tiba aja menghilang.”

“Sedikit apanya, Rama bener-bener berubah jadi orang yang enggak lagi Jenna kenal.” Bisik perempuan itu dengan sedih.

“Jenna mau Rama yang dulu bu.”

“Tuan Rama yang dulu enggak bisa bikin kamu takut, kamu pasti akan terus menganggap enteng perasaan tuan Rama untuk kamu.”

“Aku enggak begitu.”

“Kamu memang begitu.”ucap bu Asih dengan yakin.

“Kamu tau gimana perasaan tuan Rama untuk kamu, tapi kamu malah berani pacaran sama berandalan kampung itu. Kamu juga jadi suka memberontak, enggak lagi nurut sama kata-katanya tuan Rama.” Jenna menundukan kepala, karena apa yang di katakana oleh bu Asih adalah benar.

Sejak menyadari perasaan Rama untuknya, Jenna memang mengusahakan seribu satu cara untuk tidak bersama laki-laki itu salah satunya adalah dengan menerima ajakan Rudi untuk menjalin hubungan. Jenna juga berusaha menjaga jarak yang sepertinya justru membuat Rama menjadi semakin terobsesi kepadanya.

“Kenapa Jenna, kenapa kamu melakukan hal bodoh dengan menggali kuburan untuk diri kamu sendiri.”

“Jenna takut.” ucap perempuan itu dengan bibir bergetar.

“Jenna takut sama Rama, dia kasar suka seenaknya dan enggak peduli sama perasaan orang lain. Jenna enggak bisa bayangin hidup sama orang kayak gitu!” perempuan itu terisak.

“Tapi kamu sama sekali enggak keberatan sama apapun yang Rama lakukan ke kamu.”

“Itu karena balas budi.” Jenna membasahi bibirnya.

“Itu semua demi balas budi, aku tau kalau apa yang kami lakukan itu salah. Tapi kalau Rama mau, aku sama sekali enggak keberatan karena aku punya banyak hutang budi ke keluarga Sore.” Jenna membasahi bibir ketika akan melanjutkan kalimatnya.

“Kalau Bima juga maupun, aku enggak akan keberatan.” Bu Asih menggelengkan kepala, benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran perempuan muda di hadapannya.

Bu Asih sudah akan kembali membuka mulut ketika tiba-tiba saja pintu kamar Jenna kembali terbuka dan memunculkan sosok Rama, perempuan paruh baya itu menunduk menyadari hawa suram dari majikannya.

“Keluar.” desis Rama

“Ram.. aku..”

“Keluar Asih, saya perlu bicara empat sama sama Jenna.”

“Baik tuan.”

Jenna langsung gelagapan, perempuan itu bisa dengan mudah merasakan kemarahan dalam diri Rama. Laki-laki itu pasti mendengar semua percakapannya dengan bu Asih barusan.

“Ram..” Jenna berjalan mundur, perempuan itu ketakutan melihat mata Rama yang tiba-tiba saja menggelap.

“Ram.. aku-”

“Balas budi?” desis Rama sembari membuka kancing teratas kemejanya.

“Kamu bilang semuanya demi balas budi?” Jenna mulai terisak.

“Kalau gitu, seharusnya selama ini aku enggak perlu menahan diri ya. Seharusnya aku enggak perlu terlalu memikirkan apa kamu bisa menikmati permainannya atau enggak karena aku adalah satu-satu orang yang seharusnya di puaskan.” Jenna menggigil ketakutan, sebelumnya belum pernah Rama menatap tubuhnya degan cara sekurang ajar itu.

“Ram-“

“Sttt, jangan banyak omong Na. Karena sekarang tugas kamu sekarang adalah puasin aku.”