webnovel

Chapter 34 Tiger Meet Cat

Sesampainya di rumah sakit, Caise di hubungi seseorang yakni Naya teman nya. "Aduh..." Ia berhenti berjalan.

"Caise, ada apa?" Leo menatap, dia sudah berjalan akan masuk ke dalam bersama Noah.

"Mas Leo, duluan saja, aku hanya sebentar" Caise menunjukan ponselnya.

"Aku akan menemani" Leo mendekat tapi siapa sangka, darahnya keluar begitu saja dan itu muncrat mengenai baju Caise, sepertinya luka itu memang parah.

"Akh!" Caise terkejut melihat cipratan darah Leo mengenai baju bagian dada nya.

"Hah, maafkan aku" Leo terkejut.

"Leo, sudahlah" Noah menarik kerah Leo dan menariknya masuk ke dalam membuat Leo masih terdiam menatap Caise dari jauh.

"Darah Mas Leo.... Mengenai baju ku... Kenapa darah ini benar benar sangat gelap" Caise menatap dada nya tapi ponselnya terus berbunyi membuat nya mengangkat nya.

"Halo Naya, ada apa?"

"Ah Caise... Aku sebenarnya ingin meminta bantuan mu mari belajar bersama, aku agak kurang paham bagian bab kedua dari pembelajaran pertama, kamu pasti paham, bisa ajarkan aku sekarang, aku akan ke apartemen mu" kata Naya yang berbicara di ponsel.

"Eh tunggu Naya, jangan pergi dulu" Caise berteriak membuat Naya terdiam bingung. "Um.... Aku sedang tidak ada di apartemen sekarang, takutnya tidak bisa kesana juga karena urusan penting"

"Ada apa? Oh.... Aku tahu, pasti pacar mu ngajak jalan jalan kan... Wah wah.... Parah, besok masih sekolah aja pacaran" Naya memasang nada bercanda.

"Haiz apaan sih, aku itu ada di rumah sakit"

"Hah, di rumah sakit?! Kau kenapa?! Sakit?"

"Um sebenarnya Mas Leo baru saja kecelakaan"

"Astaga.... Aku mengerti, lalu bagaimana kondisi nya?"

"Ini agak aneh.... " Kata Caise, dia mendadak melihat sekitar seperti memastikan bahwa tak akan ada orang.

"Ada apa? Aneh kenapa?" Naya penasaran.

"Luka Mas Leo sangat parah bahkan jika orang lain mengalaminya pastinya akan langsung tidak sadarkan diri, tapi dia benar benar kalem dan tidak merasakan sakit sedikit pun..." Kata Caise.

". . . Hm... Itu memang aneh sih, tapi siapa tahu dia kuat, dia pasti tidak kesakitan karena kuat, atau karena dia tak ingin kamu mengkhawatirkan kesakitan nya"

"Hah, sampai segitunya?? Hanya karena luka, dia menahan sakit nya di depan ku? Tapi itu pastinya tetap menyakiti nya" Caise menjadi khawatir.

"Semuanya begitu Caise, hampiri saja dia, temani dia, dan maaf menganggu, sampai jumpa" Kata Naya, lalu dia menutup panggilan membuat Caise terdiam.

"(Aku tidak mengerti, kenapa ini aneh sekali.... Mas Leo tidak mungkin menyembunyikan sakit nya kan.... Itu tidak baik untuk ny)" Caise tambah khawatir lalu segera menyusul di ruangan dimana Leo tadi berada, kebetulan ada Noah di depan salah satu pintu ruangan.

"(Untung nya ada Mas Noah, aku bisa bertanya padanya) Mas Noah..." Caise memanggil dan mendekat.

"Caise, sudah selesai?"

"Ya, bagaimana dengan Mas Leo?"

"Dokter sedang mencoba mengobatinya tapi setelah ini kau bisa dengar apa yang terjadi" Kata Noah dengan tatapan datar dan kalem nya.

Tiba tiba, di saat itu juga terdengar suara teriakan di dalam ruangan itu.

"Akhh.... Aku benci anestesi!" Rupanya Leo yang berteriak di dalam.

"Hah, Mas Leo kesakitan, aku harus ke dalam" Caise langsung melewati Noah dan masuk ke dalam.

Di saat itu juga dia melihat Leo yang duduk di atas ranjang rumah sakit menghadap dokter yang duduk di kursi depan nya.

Leo tidak telanjang dada, kemeja yang dia pakai itu hanya sebatas setengah kancing terbuka dan diturunkan di lengan kirinya untuk membuat luka itu terlihat karena lukanya ada di bahu hingga lengan kirinya, di saat itu juga tato nya juga terlihat dari leher melewati bahunya ke belakang punggung.

Dokter, perawat dan Leo sendiri yang ada di sana menatap Caise dengan diam.

"Caise" Leo langsung tersenyum senang.

Tapi dokter dengan segera akan memberikan cairan obat pada luka Leo secara perlahan tapi siapa sangka. "Ahk... Sialan.... Itu sakit!!" Dia langsung menatap tajam, padahal dokter belum sama sekali menyentuhnya.

"Er..." Dokter nya menjadi ragu.

Caise yang melihat itu menjadi menghela napas panjang dan berjalan mendekat ke Leo lalu memegang kedua pipi Leo untuk Leo menghadap nya. "(Rupanya dia tidak sepenuhnya menyembunyikan kesakitan nya, dia malah seeprti anak kecil yang takut sekarang) Tatap aku..." Caise menatap membuat Leo terdiam juga menatap wajahnya.

Dokter juga menatao Caise, dia seperti mengatakan sesuatu. "Tolong, alihkan perhatian nya... Mentang mentang punya otot keras tapi teriakan nya seperti kesakitan...."

"(Haiz.... Ini juga bukan salah ku Mas Leo bertingkah begini ketika melihat Anestesi.... Bagaimanapun juga aku harus mengalihkan perhatian nya) Mas Leo... Apa makanan kesukaan mu?" Caise menatap, dia lalu melirik ke dokter dan dokter mengangguk, dia tahu maksud Caise, dia mencoba mengalihkan perhatian Leo.

Lalu dokter perlahan memberikan cairan tadi di luka betis leo.

"Makanan kesukaan ku.... E.. a.. Sakit!! Sialan!!" Leo malah menoleh ke dokter itu tapi Caise menjadi kesal dan kembali menarik pipi leo.

"Apa Mas Leo suka masakan yang aku buat?" Caise menatap.

"Ah, iya.... Aku suka makanan yang kau buat sayang!! Akhh!!!" Leo berteriak di antara sakitnya.

Tapi tiba tiba Caise menutup bibirnya membuat Leo terdiam dengan mulutnya yang tertutup tangan Caise. "Hiz... Kau bisa melindungi kucing tadi tanpa sakit ketika kecelakaan tadi, kenapa saat di obati sakit hah?! Bukan nya kamu itu lelaki, luka sebegitu kecilnya kamu kesakitan?! Apa kamu perlu di bius?" Caise menatap tajam membuat Leo terdiam.

"Kenapa diam?!!" Caise menatap marah.

"Nona, sebenarnya, kamu harus membuat 24 jahitan di sini" Kata Dokter seketika Caise terkejut menutup bibirnya sendiri.

"(Astaga, rupanya menang separah itu, aku tidak boleh heran dengan sakitnya....) Tapi tetap saja, kenapa harus berteriak tidak suka anestesi?"

"I... Itu, maksudku.... Alkohol semacam anestesi sangat sakit jika bersentuhan dengan luka..." Leo menatap.

". . . Ha..." Caise menghela napas panjang, dia lalu menatap serius pada Leo. "Kamu terlalu kaku, istirahat lah selagi bisa....Kalau tidak, kamu akan jatuh terkapar sebelum menghadapi pertempuran yang sesungguhnya"

"Pertempuran yang sesungguhnya, apakah ada hal itu?"

" . . . Tidak, aku hanya bicara soal kehidupan" Kata Caise membuat Leo terdism membuka mata lebar.

"Hidup dengan bahagia dan jujur, selagi melakukan yang terbaik berdasarkan keyakinan mu, tapi kamu juga terkadang mengikuti arus dan menyembunyikan nya bahkan di depan ku sekalipun, meski begitu, kamu tetap harus memberitahu ku yang sesungguhnya" Kata Caise.

Leo masih terdiam, dia lalu menatap bawah. "Maafkan aku... Aku benar benar pria yang buruk untuk gadis baik seperti mu"