webnovel

Chapter 32 Tiger Meet Cat

Sesampainya di apartemen Caise, dia memakai apron nya dan melihat Leo yang duduk di sofa ruang tamu menatap ponselnya. Dia benar benar sangat santai.

Caise tersenyum, dia lalu kembali memasak. Ketika dia memasak, Leo mendapatkan Notifikasi di ponsel nya dari Noah.

Itu adalah sebuah pesan masuk. == Leo, jika kau tidak ingin hubungan mu merasa jauh dengan Caise, buatlah suasana menjadi sangat hangat==

Dari pesan itu Leo terdiam, ia lalu menurunkan ponsel nya dan melihat Caise ada di dapur membelakangi nya.

Kucing kucing Caise yang ada di dekatnya itu menatap Leo. "Meong"

Leo hanya terdiam menatap mereka juga, lalu dia berdiri dan perlahan berjalan mendekat ke belakang Caise.

Caise yang sedang memasak menatap kompor tiba tiba merasakan sesuatu memeluk perutnya.

Kedua tangan besar yang memeluknya dan napas hangat muncul di lehernya di belakang.

"Mas Leo?" Dia menoleh, dan rupanya benar itu adalah Leo yang memeluknya dari belakang. "Ha... Caise... Sekarang kau tampak seperti istri yang idaman sekali, memasak kan ku makan malam" Tatap Leo.

Seketika Caise memerah, karena hal itu dia menolong Leo membuat Leo terdiam. "Ehem... Tidak baik melakukan itu ketika aku memasak... Itu bisa membuat ku hilang fokus"

"Haha baiklah, kalau begitu biarkan aku membantu mu" Leo berjalan ke samping nya dan mengambil pisau. Dia mengiris sayuran di samping Caise.

"Mas Leo, apa Mas Leo memang bisa memotong?" Caise menatap ragu.

"Tentu, lihat ini" Leo memotong di irisan pertama tapi siapa sangka, dia terdiam dan wajah Caise yang melihat ke pisau itu menjadi terkejut membuka mata lebar.

Leo menoleh ke tangan nya yang rupanya teriris. "E..." Ia terdiam.

"Astaga.... Lihat ini, tunggu.... Aku akan mengambilkan kotak pertolongan pertama" Caise berlari buru buru mengambil kotak pertolongan pertama dan langsung mengobati jari Leo yang teriris sangat banyak itu.

"Caise... Seharusnya kau menghisap nya terlebih dahulu" Tatap Leo.

Seketika Caise berwajah merah. "Tidak ada hisap hisapan, hanya ada anestesi" Dia langsung memberikan alkohol di jari Leo membuat Leo sedikit terkejut. "(Aku benci anestesi)" Wajahnya menajadi dingin.

Tak lama kemudian, Caise selesai menutup luka di jari Leo itu dengan sangat rapi. "Baiklah, sudah, Mas Leo, apa itu tidak sakit?" Caise menatap.

"Ketika terluka, memang tidak sakit, tapi ketika terkena anestesi itu jelas sakit berkedut" Tatap Leo.

"(Aw Mas Leo yang malang) jangan khawatir.... Itu akan sembuh dalam waktu yang cepat jika di beri anestesi" Kata Caise.

"Kurasa, ini sembuh lebih cepat bukan karena itu, tapi karena di obati oleh Caise" Lirik Leo membuat Caise kembali berwajah merah. "Akhh berhenti membuat ku memerah, lebih baik Mas Leo duduk di sofa saja, biarkan aku memasak" Caise mendorong Leo.

Lalu ia bisa kembali memasak, tapi di telenan tadi, ada bekas darah Leo. Ia lalu mengelap nya tapi terkejut sebentar dengan terpaku tubuhnya. "(Kenapa? Untuk sesaat, aku merasakan bahwa warna darah itu sama seepeti darah yang ada di layar ponsel ku.... Mungkin hanya perasaan ku)" Ia menggeleng dan kembali mengelap. Lalu melanjutkan memasak nya.

Setelah selesai, dia menyajikan nya di meja sofa.

"Wah wah, Caise... Apakah ini tidak terlalu banyak dan kenapa kita makan di sini, tidak di meja dapur?" Leo menatap bingung.

"Tak apa, aku lebih suka jika makan di sini hehe, lesehan" Balas Caise, ia lalu memberikan sumpit pada Leo. "Silahkan, dimakan, ini pertama kalinya kita makan bersama dan juga untuk ku, makan bersama orang luar dengan masakan ku sendiri" Kata Caise.

"Haha orang luar, sudha jelas aku pacar mu" Tatap Leo membuat Caise kembali memerah dan langsung makan.

--

Beberapa menit kemudian mereka selesai makan. "Ha... Aku benar benar tak pernah merasakan se kenyang ini sebelumnya, aku bisa memakan semuanya karena rasanya sangat enak" Kata Leo memegang perutnya yang kenyang.

Lalu Caise yang sudah selesai mencuci menjadi duduk di samping Leo membuat Leo terdiam bingung.

"Caise?"

". . . Um... Apa? Aku tidak bermaksud melakukan sesuatu tapi... Aku hanya ingin seauatu... E maksud ku" Caise menajdi canggung dan malu, lalu Leo tersenyum kecil dan langsung merangkul Caise. Mereka duduk di bawah sofa bersama.

Caise terkejut ketika Leo merangkulnya dengan hangat.

".. Mas Leo?" Caise berwajah merah karena Leo mendekat.

"Kenapa? Apa yang kau pikirkan ketika aku mendekati mu dengan hal ini?" Leo menatap.

"(I.... Ini membuat ku meledak....)" Caise mendorong bantal membuat bantal itu menutupi wajah Leo, tapi ia jatuh dan menarik kerah Leo secara tidak sengaja.

"Ah!" Caise terjatuh di bawah, tapi siapa sangka. Ketika Leo ikut jatuh, tangan nya menahan kepala Caise agar tidak terbentur di lantai dan sekarang posisi mereka sangat dekat dengan Leo berada di atas Caise yang benar benar berwajah merah.

"(Apa ini.... Apa dia menginginkan ciuman.... Aku mungkin berpikir juga berharap begitu...)" Caise terdiam, dia lalu menutup mata dan menunggu Leo mencium bibirnya.

Tapi rupanya, Leo memegang pipi Caise dan mencubitnya perlahan. "Haha.... Wajah mu benar benar sangat manis Caise..."

Caise terkejut mendengar itu, jantung nya berdegup sangat kencan. "I... Itukah yang kau katakan setelah mendorong ku dan mencubit pipi ku?"

"Ah, aku tidak mendorong mu, hanya kau sendiri yang melakukan nya dan soal bagaimana pandangan ku menilai kau imut adalah, itu memang kenyataan"

"Te... Terima kasih" Caise mengucapkan nya sambil membuang wajah.

"Caise... Apa kau belajar sesuatu hari ini, soal hubungan kita?" Leo menatap, dia mengelus pelan pipi Caise dengan posisi yang masih sama.

". . . (Yang aku ingat hanyalah perkataan Mas Noah soal Mas Leo juga termasuk dalam seseorang yang ada di kediaman dan memiliki nama bermarga besar maupun penting... Tapi tetap saja, aku bingung bagaimana mempelajari ini) Maafkan aku... Aku tak bisa cepat belajar dan aku pikir aku tak bisa melakukan nya... Pengetahuan ku cukup lambat soal hal ini" Caise berwajah kecewa.

Tapi Leo kembali mengelus pipinya membuat Caise menatpnya. "Aku tak menganggap mu bisa melakukan sama seperti ku. .. Sekecil apapun itu, aku tetap akan mengajari mu dari dasar, mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman, karena itulah yang penting saat mengajari seseorang apalagi padamu, Caise" Tatap Leo membuat Caise bertambah berwajah merah.

"Mas Leo... Aku benar benar bisa melihat bahwa kau lelaki yang begitu baik" Caise menatap.

". . . Hahaha, apakah selama ini aku buruk untuk mu? Tidak bukan, selagi aku menemukan sebuah pencerahan seperti mu, aku tidak akan bersikap buruk apapun kepadamu" Kata Leo.

Caise kembali tersenyum dan mengangkat tubuhnya langsung memeluk Leo. "Ini hangat" Kata Caise.

Leo juga tersenyum kecil. "(Aku berhasil menciptakan suasana hangat)"