Bunyi dan getaran hanphone itu entah kenapa lebih terasa daripada getara mobil di malam yang tenang ini, seperti biasanya jadwal yang padat terus membututi pria itu dengan setelan jas nya.walaupun untuk kali ini dia sendirilah yang mengadkan jamuan makan ini, tampak jelas waktu istirahatlah yang dibutuhkan nya saat ini.
"tuan , kita sudah sampai."
Ucap supir pribadi pria itu. Pintu terbuka, terdengar seorang wanita melayani nya dengan ramah menunjukan dimana tempat kumpulan manusa berkepentingan itu di pertemukan.
"selamat malam dan silahkan masuk tuan, anda sudah ditunggu."
Memasuki restoran itu farhan diarahkan pada ruangan khusus yang disediakan hanya untuk para tamu istimewa, naik, kelantai tertinggi dimana pintu besar terlihat jelas disana dan setelah pintu itu terbuka, tak nampak satupun orang yang tak punya jabatan disana, tanda pembicaraan ini akan sangat kaku dan melelahkan. Hanya saja itu terjadi jika tak ada seorang yang punya karisma duduk dijamuan itu dengan segelas wine ditangan nya.
"maaf saya datang terlambat, semoga anda sekalian tidak tertalu lama menunggu."
Dibuka dan dibawakannya jas yang dia pakai oleh para pelayan restoran itu untuk mempermudah dirinya untuk duduk santai di meja itu.
"santai saja, lagi pula kita masih harus menunggu kehadiran tuan Arifin dan ikhsan. Duduklah, Farhan."
***
"Terimakasih sudah menerima jamuan saya. Tadinya saya berniat menjemput sendri, tapi saya merasa tidak enak pada pak razak yang sudah menunggu terlalu lama."
Sekedar basa-basi farhan pada seorang kepala dinas pendidikan bapak Arifin Aryanto dan kepala kepolisisan Ikhsan mubarrak yang baru saja datang dan ikut dalam jamuan makan yang diadakan oleh farhan sendiri
"justru kami yang minta maaf sudah bikin repot, terimakasih jamuan nya."
"tidak , saya yang harus berterimakasih atas tuan sekalian terutama pada pak Agus triyono. Bapak sudah banyak memberikan kemudahaan perijinan atas perusahaan kami."
"simpan formalitas mu untuk nanti farhan, kita sedang didalam restoran bukan diruang sidang."
Potong seorang paruh baya dengan rambut putih yang menggararis di sisi sampingnya menyisakan hitam legam pada atas kepalanya membuatnya terlihat garang namun bijaksana disaat yang sama, ditambah postur tubuh yang tinggi besar layaknya monster dalam ruangan itu.
"maaf kebiasaan"
Menyadari sifat formal nya yang kaku farhan menurunkan intensitas formalitasnya dalam perbincangan nya itu
"kebiasaan? Apakah meminum jus buah pada gelas wine juga sebuah kebiasaan mu?"
"hahaha begitulah, saya tidak kuat minum dan cenderung melakukan hal-hal bodoh saat mabuk"
"tapi sungguh, aku berterimakasih padamu kau telah mengijinkanku untuk menginap di hotel mu, kau juga memberikan kamar suite untuk karantina olimpiade nanti ditambah kau juga yang mengajar mereka."
Dengan kesadaran diri farhan menungkan wine kesukaan kepala daerah yang sudah banyak membantunya itu.
"sama sekali bukan masalah, justru dengan ini saya bisa dekat dengan adik saya"
"farhan! Lancang sekali kau."
Bentak seorang wanita yang berdiri di belakang pria itu, seorang asisten pribadi kepala daerah itu tanda tak setuju bila dia menyebut Angga adalah adik nya.namun tak butuh waktu lama untuk semua orang terdiam dengan diangkatnya satu tangan dari pria itu tanda dia tak mau ada pertikaian di depan makanannya.
"anakku Angga, sangat bersikeras memenangkan olimpiade itu. Dengan otak cerdasnya itu aku ingin dia melanjutkan sekolah hukum nya di oxford tapi dia membangkang. Dan malah sibuk dengan motor busuk itu dan ingin jadi pembalap. Dia pikir sebarapa banyak yang aku lakukan untuk mempermudah jalan nya sekarang."
"pak agus, beberapa manusia memang diciptakan untuk menjadi pemeran figuran dan berjalan diatas alur cerita yang ditentukan oleh sang karakter utama, tapi angga, dengan punya mimpi saya pikir orang berpendirian sepertinya adalah laki-laki sejati."
Jawab farhan dengan tenang sambil mencicipi hidangan yang di sajikan.
"farhan, kau masih sangat muda. Saat seumuranmu aku juga kagum pada orang-orang idealis yang berprinsip. Tapi, semakin aku menua semakin aku sadar, dunia tidak ramah pada orang orang yang terlalu lurus. Ibarat sumpit yang kupegang ini jika mereka belajar untuk bengkok sedikit, lentur sedikit mereka akan patah."
"itukah yang terjadi pada anda? Bapak Agus triyono, seorang mantan DPRD, menjabat sebagai kepala daerah yang terkenal idealis memperjuangkan suara rakyat, sekarang malah sembunyi dinegri nya sendiri negri tempat nya mengabdi dari kejaran KPK. Apa pendirian anda berubah karna pendirian anda terlalu lemah melawan kerasnya realita dan sebagai gantinya menjadikan saya sebagai boneka anda?"
"cukup, cepat minta maaflah sekarang juga!"
Bentak salah satu tamu yang tak tahan dangan omongan farhan yang tampak seperti menyudutkan pria tua itu
"haha ha haha haha!!!"
Dalam suasana yang panas itu tawa lepas Agus tak tertahan lagi
"haha, farhan kau ini. Biasanya gaya bicaramu diplomatis, protokoler. Tapi sekalinya kau bicara tanpa protocol, lidahmu nggak pakai filter ya. Sekarang aku sadar, kaulah mainan favoritku. Spertinya aku bisa berharap banyak padamu."
"semoga"